Halaman

Jumat, 26 Agustus 2011

ANALGETIC DAN ANTIPIRETIC


Analgetik Dan Antipiretik

Oleh : Triyo Rachmadi,S.Kep.

PENDAHULUAN

Inflamasi adalah respons terhadap cedera jaringan dan infeksi. Proses inflamasi merupakan suatu mekanisme perlindungan dimana tubuh berusaha untuk menetralisir dan membasmi agen-agen yang berbahaya pada tempat cedera dan untuk mempersiapkan keadaan untuk perbaikan jaringan.

TANDA-TANDA UTAMA INFLAMASI

Lima ciri khas dari inflamasi, dikenal sebagai tanda-tanda utama inflamasi, adalah kemerahan, panas, pembengkakan (edema), nyeri dan hilangnya fungsi.

Lima Tanda-Tanda Utama Inflamasi Ialah :

TANDA-TANDA

KETERANGAN & PENJELASAN

1. Eritema (Kemerahan)

2. Edema (Pembeng-kakan)

3. Demam

4. Nyeri

5. Hilangnya fungsi

Kemerahan terjadi pada tahap pertama dari inflamasi. Darah berkumpul pada daerah cedera jaringan akibat pelepasan mediator kimia tubuh (kinin, prostaglandin, dan histamin). Histamin mendilatasi erteriol.

Pembengkakan merupakan tahap kedua dari inflamasi. Plasma merembes ke dalam jaringan interstisial pada tempat cedera. Kinin mendilatasi arterio, meningkatkan permeabilitas kapiler.

Suatu keadaan keseimbangan terganggu pada keadaan patologis adanya zat pirogen endogen atau sitokin yang memacu Biosintesa Prostoglandin hingga menaikkan suhu.

Alat pengatur suhu tubuh di hipotalamus.

Didefinisikan suatu perasaan dan keadaan emosi yang tidak menyenangkan sebagai suatu kenyataan adanya potensiasi kerusakan jaringan yang rusak.

Hilangnya fungsi disebabkan karena penumpukan cairan pada tempat cedera jaringan dan karena rasa nyeri, yang mengurangi mobilitas pada daerah yang terkena.

OBAT-OBAT ANTI INFLAMASI




OBAT-OBAT ANTI-INFLAMASI NONSTEROID

Obat-obat anti-inflamasi nonstreroid (AINS) merupakan suatu grup obat yang secara kimiawi tidak sama, yang berbeda aktivitas anti-piretik, analgesik dan anti-inflamasinya. Obat-obat ini terutama bekerja dengan jalan menghambat enzim siklo-oksigenase.

A. Aspirin dan Salisilat lain

Aspirin adalah asam organik lemah yang unik diantara obat-obat AINS dalam asetilasi.. Mungkin menguntungkan karena dapat membatasi jaringan inflamasi oleh esterase dalam tubuh, menghasilkan salisilat, yang mempunyai efek anti-inflamasi, anti-piretik, dan analgesik. Diflunisal 3 sampai 4 kail lebih kuat daripada aspirin, tetapi tidak mempunyai efek antipiretik. Diflunisal tidak memasuki SSP dan karena itu tidak menghilangkan demam.

1. Mekanisme kerja : Efek antipiretik dan anti-inflamasi salisilat terjadi karena penghambatan sintesis prostaglandin di pusat pengatur panas dalam hipotalamus dan perifer di daerah target.

2. Efek

Obat-obat AINS, termasuk aspirin mempunyai tiga efek terapi utama, yaitu mengurangi inflamasi (anti-inflamasi), rasa sakit (analgesik) dan demam (anti pireksia)

a. Efek anti-inflamasi

Karena aspirin menghambat aktivitas sikooksigenase, maka aspirin mengurangi pembentukan prostaglandin.

b. Efek analgesik

Prostaglandin E2 (PGE2) diduga mensensitisasi ujung saraf terhadap efek bradikinin, histamin, dan mediator kimiawi lainnya yang dilepaskan secara lokal oleh proses inflamasi.

c. Efek antipiretik

Demam terjadi jika “set-point” pada pusat pengatur panas di hipotalamus anterior meningkat.

3. Penggunaan Klinik

a. Antipiretik dan Analgesik : Natrium salisilat, kolin salisilat (dalam formula liquid), kolin magnesium salisilat dan aspirin digunakan sebagai antipiretik dan analgesik pada pengobatan gout, demam rematik, dan artritis rematoid.

b. Penggunaan eksternal : Asam salisilat digunakan secara topikal untuk mengobati kutil, kalus, dan epidermofitosis (suatu erupsi yang disebabkan oleh jamur).

4. Farmakokinetik

a. Dosis : pada dosis rendah, salisilat menunjukkan aktivitas analgesik; hanya pada dosis lebih tinggi obat-obat ini menunjukkan aktivitas anti-inflamasi. Misalnya, dua tablet aspirin 300 mg yang diberikan 4 kali sehari menghasilkan analgesia, sedangkan 12 sampai 20 tablet perhari menghasilkan aktivitas analgesik dan anti-inflamasi.

b. Nasib : pada dosis rendah normal (600 mg/hari), aspirin dihidrolisis menjadi salisilat dan asam asetat oleh esterase yang ada di dalam jaringan dan darah. Salisilat disekresi ke dalam urine dan dapat mempengaruhi ekskresi asam urat. Pada dosis rendah aspirin, sekresi asam urat menurun; pada dosis besar, sekresi asam urat meningkat.

5. Efek samping

a. Saluran cerna : efek salisilat terhadap saluran cerna yang paling umum adalah distres epigastrium, mual, dan muntah. Aspirin seharusnya diberi bersama makanan dan cairan volume besar untuk mengurangi gangguan saluran cerna.

b. Hipersensitivitas : sekitar 15% pasien yang minum aspirin mengalami reaksi hipersensitivitas. Gejala alergi yang asli adalah urtikaria, bronkokonstriksi, atau edema angioneurotik.

B. Derivat asam propionat

Ibuprofen adalah obat pertama dari kelas ini yang tersedia. Kemudian diikuti oleh naproksen, fenoprofen, ketoprofen, flurbiprofen, dan oksaprozin. Semua obat-obat ini mempunyai aktivitas anti-inflamasi, analgesik, dan antipiretik dan mendapat prioritas yang luas pada pengobatan rematoid dan osteoartritis kronik karena efek terhadap saluran cerna umum paling sedikit dibandingkan dengan aspirin.

Obat-obat ini adalah penghambat reversibel siklo-oksigenase dan karena itu, seperti aspirin, menghambat sintesis prostaglandin tetapi tidak menghambat leukotrien. Mengalami metabolisme hepatik dan diekskresikan melalui ginjal. Feel samping yang paling umum adalah terhadap saluran cerna, mulai dari dispepsia sampai perdarahan.

C. Asam indolasetat

Yang termasuk dalam grup obat-obat ini adalah Indometasin, Sulindak dan Etodolak. Semua mempunyai aktivitas anti-inflamasi, analgesik dan antipiretik. Bekerja menghambat siklo-oksigenase secara reversibel. Umumnya tidak digunakan untuk menurunkan demam.

1. Indometasin : Sebagai anti-inflamasi, obat AINS ini lebih poten daripada aspirin, tetapi lebih inferior terhadap salisilat pada dosis toleransi penderita artritis rematoid.

a. Penggunaan terapi : walaupun potensinya sebagai obat anti-inflamasi, toksisitas indometasin membatasi pemakaiannya untuk pengobatan kondisi di atas. Indometasin juga bermanfaat untuk mengontrol nyeri yang berhubungan dengan uveitis dan pasca-operasi mata.

b. Farmakokinetik : Indometasin cepat dan hampir sempurna diabsorbsi dari saluran cerna bagian atas setelah pemberian per-oral. Dimetabolisme oleh hati. Diekskresikan ke dalam empedu dan urine dalam bentuk tidak berubah dan dalam bentuk metabolit.

c. Efek samping : efek samping Indometasin terjadi sampai pada 50% penderita yang diobati; sekitar 20% ditemukan efek samping yang tidak bisa ditoleransi dan pemakaian obat dihentikan. Kebanyakan efek samping ini berhubungan dengan dosis. Keluhan saluran cerna yaitu mual, muntah, anoreksia, diare, dan nyeri abdomen.

2. Sulindak : Pro-dug yang tidak aktif ini erat kaitannya dengan Indometasin. Metabolisme oleh enzim mikrosom hati menghasilkan bentuk aktif (sulfida) obat, yang mempunyai masa kerja lama. Walaupun obat ini kurang poten daripada Indometasin, obat ini berguna pada pengobatan artritis rematoid, osteoartritis,. Efek samping mirip dengan obat AINS lain termasuk indometasin, tetapi lebih ringan.

3. Etodolak : Obat ini mempunyai efek mirip dengan obat AINS lain. Masalah saluran cerna mungkin lebih sedikit. Namun, telah dilaporkan efek samping lain seperti retensi cairan dan fungsi ginjal dan hati yang abnormal. Etodolak dapat meningkatkan kadar serum, sehingga meningkatkan resiko efek samping yang disebabkan oleh digoksin, litium, metotreksat, dan meningkatkan nefrotoksisitas siklosporin.

D. Derivat oksikam

Pada waktu ini, hanya piroksikam yang tersedia. Mekanisme kerjanya belum jelas, tetapi piroksikam digunakan untuk pengobatan artritis rematoid, dan osteoartritis. Waktu paruh rata-rata 50 jam sehingga pemberiannya satu kali sehari. Gangguan saluran cerna terjadi pada sekitar 20% penderita. Obat dan metabolitnya dieksresikan ke dalam urine.

E. Fenamat

Asam mefenamat dan meklofenamat tidak mempunyai anti-inflamasi dibandingkan obat AINS lain. Efek samping, seperti diare, dapat berat dan berhubungan dengan peradangan abdomen. Telah dilaporkan adanya kasus anemia hemolitik.

F. Fenilbutazon

Fenilbutazon mempunyai efek anti-inflamasi kuat tetapi aktivitas analgesik dan antipiretiknya lemah. Obat ini bukan merupakan obat ”first line”.

1. Penggunaan terapi : Fenilbutazon diresepkan terutama untuk terapi jangka pendek artritis rematoid akut jika obat AINS lain gagal. Penggunaan fenilbutazon dibatasi oleh toksisitasnya.

2. Farmakokinetik : fenilbutazon terikat luas dengan protein plasma. Sifat ini dapat menggantikan tempat warfarin, obat-obat hipoglikemik oral dan sulfonamid dari tempat ikatannya pada protein plasma, menyebabkan peningkatan selintas fraksi bebas obat-obat ini.

3. Efek samping : Fenilbutazon sedikit sekali ditoleransi oleh kebanyakan penderita : efek samping terjadi pada hampir setengah dari mereka yang diobati. Efek samping yang paling serius adalah agronulositosis dan anemia aplastik.

G. Obat-obat lain

1. Diklofenak : Penghambat siklo-oksigenase, digunakan untuk pengobatan jangka lama artritis rematoid, osteoartritis.

2. Ketorolak : diberikan secara intramuskular untuk pengobatan nyeri pasca operasi, dan secara topikal untuk alergi konjungtivitis.

3. Tolmetin dan nabumeton : Tolmetin dan nabumeton sama kuat dengan aspirin dalam mengobati artritis rematoid atau osteroartritis dewasa atau juvelisi, tetapi efek sampingnya lebih sedikit.

ANALGESIK NON-NARKOTIK

Tidak seperti obat AINS, analgesik non-narkotik mempunyai sedikit atau tidak mempunyai aktivitas anti-inflamasi. Keuntungan terapi analgesik non-narkotik tidak menimbulkan ketergantungan fisik atau toleransi.

A. Asetaminofen dan fenasetin

Asetaminofen dan fenasetin bekerja dengan jalan menghambat sintesis prostaglandin pada SSP. Ini menerangkan efek antipiretik dan analgesiknya. Efeknya kurang terhadap siklo-oksigenase jaringan perifer, yang mengakibatkan aktivitas anti-inflamasinya lemah.

1. Penggunaan terapi : Asetaminofen merupakan pengganti yang baik untuk efek analgesik dan antipiretik aspirin pada penderita dengan keluhan saluran cerna dan pada mereka dengan perpanjangan waktu perdarahan yang tidak menguntungkan atau mereka yang tidak memerlukan efek anti-inflamasi aspirin.

2. Farmakokinetik : Asetaminofen cepat diabsorbsi dari saluran cerna. Metabolisme lintas pertama yang bermakna terjadi pada sel lumen usus dan hepatosit.

3. Efek samping : pada dosis terapi normal, asetaminofen bebas dari efek samping bermakna. Kemerahan pada kulit dan reaksi alergi minor sering terjadi.

KERUGIAN TERAPEUTIK KEUNTUNGAN TERAPEUTIK

AINS Terpilih AINS Terpilih

Ringkasan obat-obat anti-inflamasi non-steroid (AINS)

ASUHAN KEPERAWATAN INDIVIDU DENGAN HIV,FLU BURUNG,GERIATRI,DISASTER DAN STROKE

ASUHAN KEPERAWATAN INDIVIDU PADA HIV/ AIDS

A. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan mencakup pengenalan faktor resiko yang potensial termasuk praktik seksual yang beresiko dan penggunaan obat-obat intravena. Status fisik dan psikologis pasien harus dinilai. Semua faktor yang mempengaruhi fungsi sistem imun perlu digali dengan seksama.

Status nutrisi dinilai dengan menanyakan riwayat diet dan mengenali factor-faktor yang dapat mengganggu asupan otak seperti anoreksia, mual, vomitus, nyeri oral atau kesulitan menelan. Disamping itu, kemampuan pasien untuk membeli dan mempersiapkan makanan harus dinilai. Pertimbangan berat badan, pengukuran antopometrik, pemeriksaan kadar BUN (Blood Urea Nitrogen), protein serum, albumin dan transparerin akan memberikan parameter status nutrisi yang objektif.

Kulit dan membrane mukosa diinspeksi setiap hari untuk menemukan tanda-tanda lesi, ulserasi atau infeksi. Rongga mulut diperiksa untuk memantau gejala kemerahan, ulserasi dan adanya bercak-bercak putih seperti krim yang menunjukkan kandidiasis. Daerah perianal harus diperiksa untuk menemukan ekskoriasi dan infeksi pada pasien dengan diare profus. Pemeriksaan kultur luka dapat dimintakan untuk mengidentifikasi mikroorganisme yang infeksius.

Status respiratorius dimulai dengan pemantauan pasien untuk mendeteksi gejala batuk, produksi sputum, napasyang pendek dan orthopnea, tachipnea dan nyeri dada. Keberadaan suara pernapasan dan sifatnya juga harus diperiksa. Ukuran fungsi paru yang lain mencakup hasil foto rontgen thoraks, hasil pemeriksaan gas arah arteri dan hasil tes faal paru.

Status neurologis ditentukan dengan menilai tingkat kesadaran pasien, orientasinya terhadap orang, tempat dan waktu serta ingatan yang hilang. Pasien juga dinilai untuk mendeteksi gangguan sensorik (perubahan visual, sakit kepala, patirasa dan parestesia pada ekstremitas)serta gangguan motorik (perubahan gaya jalan, paresis atau paralysis) dan serangan kejang.

Status cairan dan elekrolit dinilai dengan memeriksa kulit serta membrane mukosa untuk menentukan turgor dan kekeringan. Peningkatan rasa haus, penurunan haluaran urin, tekanan darah yang rendah dan penurunan tekanan sistolik antara 10 dan 15 mmHg dengan disertai kenaikan frekuensi denyut nadi ketika pasien duduk, denyut nadi yang lemah serta cepat dan berat jenis urin sebesar 1,025 atau lebih, menunjukkan dehidrasi. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit seperti penurunan kadar natrium, kalium, kalsium, magnesium dan klorida dalam serum secara khas akan terjadi karena diare hebat. Pemeriksaan pasien juga dilakukan untuk menilai tanda-tanda dan gejala deplesi elektrolit, tanda-tanda ini mencakup penurunan status mental, kedutan otot, denyut nadi yang tidak teratur, mual serta vomitus dan pernapasan yang dangkal.

Tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya dan cara-cara penularan penyakit harus dievaluasi. Disamping itu tingkat pengetahuan keluarga dan sahabat perlu dinilai. Reaksi psikologis pasien terhadap diagnosis penyakit AIDS merupakan informasi penting yang harus digali. Reaksi dapat bervariasi antara pasien yang satu dengan yang lainnya dan dapat mencakup penolakan, amarah, rasa takut, rasa malu, menarik diri dari pergaulan social dan depresi. Pemahaman tentang cara pasien menghadapi sakitnya dan riwayat stress utama yang pernah dialami sebelumnya kerapkali bermanfaat. Sumber-sumber yang dimiliki pasien untuk memberikan dukungan kepadanya juga harus diidentifikasi.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko tinggi infeksi berhubunan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko

b. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi nonoportunistik yang dapat ditransmisikan.

c. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang dicintai.

d. Isolasi social yang berhubungan dengan stigma penyakit, penarikan diri dari system pendukung, prosedur isolasi dan ketakutan apabila dirinya menulari orang lain.

e. Berduka diantisipasi yang berhubungan dengan perubahan gaya hidup serta perannya dan dengan prognosis yang tidak menyenangkan

f. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara mencegah HIV dan perawatan mandiri.

3. Perencanaan keperawatan

a. Diagnosa keperawatan I:

Tujuan dan kriteria hasil: pasien akan bebas infeksi oportunistik dan komplikasinya dengan kriteria tak ada tanda-tanda infeksi baru, lab.tidak ada infeksi oportunistik, tanda vital dalam batas normal, tidak ada luka atau eksudat.

Intervensi:

- Monitor tanda-tanda infeksi baru

- Gunakan tekhnik aseptic pada setiap tindakan invasive. Cuci tangan sebelum memberikan tindakan.

- Anjurkan pasien metode mencegah terpapar terhadap lingkungan yang pathogen.

- Kumpulkan specimen untuk test lab. Sesuai order.

- Atur pemberian antiinfeksi sesuai order.

Untuk pengobatan dini:

- Mencegah pasien terpapar oleh kuman pathogen yang diperoleh di rumah sakit

- Mencegah bertambahnya infeksi

- Meyakinkan diagnosis akurat dan pengobatan

- Mempertahankan kadar darah yang terapetik

b. Diagnosa Keperawatan 2:

Tujuan dan kriteria hasil:

Infeksi HIV tidak ditransmisikan, tim kesehatan memperhatikan universal precautions dengan criteria kontak pasien dan tim kesehatan tidak terpapar HIV, tidak terinfeksi pathogen lain seperti TBC.

Intervensi:

- Anjurkan pasien atau orang penting lainnya metode mencegah transmisi HIV dan kuman pathogen lainnya.

- Gunakan darah dan cairan tubuh precaution bila merawat pasien. Gunakan masker bila perlu.

- Pasien dan keluarga mau dan memerlukan informasi ini

- Mencegah transmisi infeksi HIV ke orang lain

c. Diagnosa Keperawatan 3:

Tujuan dan kriteria hasil:

Keluarga atau orang penting lain mempertahankan support system dan adaptasi terhadap perubahan akan kebutuhannya dengan kriteria pasien dan keluarga berinteraksi dengan cara yang konstruktif.

Intervensi:

- Kaji koping keluarga terhadap sakit pasien dan perawatannya

- Biarkan keluarga mengungkapkan perasaan secara verbal.

- Ajarkan kepada keluarga tentang penyakit dan transmisinya.

Memulai suatu hubungan dalam bekerja secara konstruktif dengan keluarga

Mereka tak menyadari bahwa mereka berbicara secara bebas.

Menghilangkan kecemasan tentang transmisi melalui kontak sederhana.

d. Diagnosa Keperawatan 4:

Intervensi:

- Lakukan penilaian tingkat interaksi sosial pasien

- Lakukan tindakan pengendalian infeksi di rumah sakit atau di rumah untuk memberikan kontribusi atas emosi pasien.

- Perawat harus memahami dan menerima penderita HIV dan keluarga serta pasangan seksualnya.

- Berikan informasi tentang cara melindungi diri sendiri dan orang lain dapat membantu pasien agar tidak terhindar kontak sosial.

- Pendidikan bagi dokter, perawat akan mengurangi factor-faktor yang turut membuat pasien merasa terisolasi.

Evaluasi:

Mengalami pengurangan perasaan terisolir dari pergaulan sosial.

e. Diagnosa keperawatan 5:

- Bantu pasien mengungkapkan dengan kata-kata bagaimana perasaannya.

- Motivasi pasien untuk mempertahankan kontak dengan keluarga serta sahabatnya dan memanfaatan kelompok-kelompok pendukung AIDS local maupun nasional serta saluran telepon hotline.

Evaluasi:

Melewati proses kesedihan/ duka cita

f. Diagnosa keperawatan 6:

- Beritahukan kepada keluarga dan sahabat-sahabat pasien tentang cara-cara penularan AIDS. Bicarakan masalah ketakutan dan kesalahpahaman dengan seksama.

- Sampaikan tindakan penjagaan yang diperlukan untuk mencegah penularan virus HIV termasuk penggunaan kondom selama melakukan hubungan seksual.

Evaluasi:

Melaporkan peningkatan pemahaman tentang penyakit HIV/ AIDS serta turut berpartisipasi sebanyak mungkin dalam kegiatan keperawatan mandiri.

Pengkajian

Biodata :

Nama : Tn. W

Umur : 40 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Kebumen

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke VCT RSUD Kebumen pada tanggal 11 Januari 2010 dengan keluhan sering merasa lemas dan cepat lelah, pasien sudah berulang kali berobat ke tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan tetapi belum sembuh. Atas saran dari perawat di Puskesmas setempat pasien dianjurkan memeriksakan diri di Klinik VCT RSUD Kebumen. Di klinik VCT, pasien diperiksa laboratorium darahnya dan hasilnya HIV positif. Pasien merasa cemas dan bingung.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah menderita sakit yang berat dan pasien belum pernah menderita sakit yang tidak kunjung sembuh seperti sekarang.

Riwayat Penyakit Keluarga

Anggota keluarga pasien belum perrnah menderita sakit yang berat sampai opname di Rumah Sakit.

Status Nutrisi

Pasien tidak pernah melakukan pengaturan diet pada makanan sehari-harinya, pasien akhir-akhir ini merasa mual tetapi tidak mengganggu kebiasaan makannya sehari-hari.

Status Kulit dan membrane Mukosa

Tidak ada tanda-tanda lesi, ulserasi atau infeksi pada tubuhnya. Rongga mulut tidak ada kelainan. Daerah perianal tidak ada kelainan.

Status respiratorius

Pasien tidak mengeluh batuk, sesak napas dan nyeri dada. Pada pemeriksaan napas paru dan jantung tidak ada kelainan.

Status neurologis

Kesadaran pasien compos mentis, orientasi terhadap orang, waktu dan tempat baik, ingatan baik. Pasien tidak mengeluh pusing, sakit kepala. Pasien hanya meras lemas ada semua ekstremitas, merasa mudah lelah.

Status cairan dan elektrolit

Turgor kulit pasien baik, intake dan output cairan baik. Minum sehari ± 8 gelas sehari, BAK 6 x sehari, BAB 1x sehari.

Tingkat pengetahuan

Pengetahuan pasien masih kurang dengan informasi penyakit yang ada sekarang terutama HIV/ AIDS. Pasien merasa cemas dan bingung dengan penyakitnya sekarang dan hasil laboratorium yang menyatakan HIV Positif.

Analisa Data

DS : - mengeluh lemas, cepat lelah, cemas dengan hasil laboratorium: HIV Positif, bingung.

DO : Hasil LAB :

- Hb 11 gr/dl

- Leukosit 20.000/uL

- Trombosit 160.000/uL

- LED 30 mm

- Na 98 mmoL/L

- K 2,8 mmol/L

- Cl 110 mmol/L

- Tes HIV positif

2. Diagnosa keperawatan

1. Isolasi social yang berhubungan dengan stigma penyakit, penarikan diri dari sistem pendukung, prosedur isolasi dan ketakutan apabila dirinya menulari orang lain.

2 Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara mencegah HIV dan perawatan mandiri.

Analisa data

No

Data

Etiologi

Masalah

1

DS:cemas dengan hasil laboratorium: HIV Positif, bingung.

DO :

- Na 98 mmoL/L

- K 2,8 mmol/L

- Cl 110 mmol/L

- HIV positif

Stigma penyakit, penarikan diri dari system pendukung, prosedur isolasi, takut menulari ke orang lain

Isolasi sosial

2

DS : bingung dengan penyakitnya

DO :- Leukosit 20.000/uL

- Trombosit 160.000/uL

- LED 30 mm, HIV positif

Tidak tahu cara-cara mencegah HIV dan perawatannya.

Kurang pengetahuan

Rencana asuhan keperawatan

Diagnosa : Isolasi sosial yang berhubungan dengan stigma penyakit, penarikan diri dari sistem pendukung, prosedur isolasi dan ketakutan apabila dirinya menulari orang lain.

Tujuan: tidak terjadi isolasi sosial.

Kriteria hasil: cemas dan bingung berkurang,

Intervensi

Rasional

Mandiri

- Lakukan penilaian tingkat interaksi social pasien

- Lakukan tindakan pengendalian infeksi di rumah sakit atau di rumah untuk memberikan kontribusi atas emosi pasien.

- Perawat harus memahami dan menerima penderita HIV dan keluarga serta pasangan seksualnya.

- Berikan informasi tentang cara melindungi diri sendiri dan orang lain dapat membantu pasien agar tidak terhindar kontak social.

- Pendidikan bagi dokter, perawat akan mengurangi faktor-faktor yang turut membuat pasien merasa terisolasi.

Kolaborasi

  • Berikan obat-obatan sesuai indikasi : penenang dan lain-lain.
  • Pantau hasil pemeriksaan laboratorium.

.

- Mengalami pengurangan perasaan terisolir dari pergaulan social.

Dx : Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara mencegah HIV dan perawatan mandiri.

Tujuan : Pasien dan keluarga memahami tentang cara-cara mencegah HIV dan perawatan mandiri.

Kriteria hasil: Melaporkan peningkatan pemahaman tentang penyakit HIV/ AIDS serta turut berpartisipasi sebanyak mungkin dalam kegiatan keperawatan mandiri.

Intervensi

Rasional

Mandiri

- Beritahukan kepada keluarga dan sahabat-sahabat pasien tentang cara-cara penularan AIDS. Bicarakan masalah ketakutan dan kesalahpahaman dengan seksama.

- Sampaikan tindakan penjagaan yang diperlukan untuk mencegah penularan virus HIV termasuk penggunaan kondom selama melakukan hubungan seksual.

Kolaborasi

  • Berikan antibiotik atau agen antimikroba, misal: trimetroprim (bactrim atau septra), nistasin, pentamidin atau retrovir.

Dengan keluarga pasien mengetahui tentang cara-cara penularan HIV diharapkan dapat ikut mencegah penularan HIV/ AIDS.

Evaluasi

1. Mengalami pengurangan perasaan terisolir dari pergaulan sosial.

2. Melaporkan peningkatan pemahaman tentang penyakit HIV/ AIDS serta turut berpartisipasi sebanyak mungkin dalam kegiatan keperawatan mandiri.

BAB XIII

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA HIV/ AIDS

A. Pengkajian

a. Data Umum

Nama KK : Tn. D

Alamat : Bendogarap RT. 01, RW. III, Klirong, Kebumen

Pekerjaan : Buruh

Pendidikan : SMA

Komposisi Keluarga :

1. Tn. D, Laki-laki, Kepala Keluarga, 45 tahun, SMA -.

2. Ny. W, Perempuan, istri, 40 tahun, SMP -.

3. Sdri. L, Perempuan, anak, 25 tahun, mahasiswa 1 rumah.

4. sdri. R, perempuan, anak, 17 tahun, pelajar 1 rumah.

Tipe keluarga: Nuclear Family

Suku bangsa: Keluarga Tn. D termasuk suku bangsa Jawa

Agama : semua anggota keluarga menganut agama Islam

Status Sosial Ekonomi Keluarga:

Dalam keluarga ini yang bekerja yaitu Tn. D sebagai buruh pabrik rokok dengan penghasilan kurang lebih Rp. 800.000,-/ bulan dan Ny. W sebagai penjaga toko dengan penghasilan Rp. 400.000,-/ bulan, barang yang dimiliki TV berwarna 14 inchi, meja kursi, 3 buah tempat tidur, 1 buah sepeda motor.

Aktifitas Rekreasi Keluarga:

Keluarga Tn. D tidak mempunyai waktu dan dana tersendiri untuk pergi ke tempat rekreasi. Untuk rekreasi setiap hari adalah dengan menonton TV.

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Keluarga ini masuk pada tahap transisi yang terdiri dari pasangan suami istri dengan 2 orang anak yaitu anak pertama berusia 25 tahun dan anak kedua berusia 17 tahun.

2) Tahap perkembangan yang belum terpenuhi.

Keluarga Tn. D berada pada tahap transisi yang belum dapat mempertahankan hubungan sehat dalam keluarga karena Tn. D selalu memaksakan kehendak kepada istri dan anak-anaknya.

Keluarga Tn. D kurang mampu mempertahankan keintiman komunikasi yang kondusif.

3) Riwayat Keluarga Inti

Dalam keluarga Tn. D tidak terdapat riwayat penyakit keturunan.

Tn.D dan Ny. W tidak menderita penyakit menular dan kronis namun perhatian dan pengetahuan terhadap kesehatan kurang karena hidup di lingkungan yang jauh perkotaan.

Saat dilakukan pengkajian pada anak pertama (Sdri. L) menderita penyaki AIDS.

Saat pengkajian pada anak kedua (Sdri.R) tidak menderita penyakit apapun.

c. Pengkajian Lingkungan

1. Karakteristik lingkungan rumah

Status kepemilikan rumah milik sendiri. Lantai rumah masih dari tanah, jendela rumah ada 3 buah terletak pada tiap kamar, dinding rumah terbuat dari kayu dengan ukuran luas rumah 3 x 6 m/ segi, rumah agak rapat dengan tetangga, keadaan lingkungan rumah kotor, keadaan udara di dalam rumah agak lembab, kamar mandi dan jamban di luar rumah, jenis air minum yang digunakan adalah dari air sumur, jarak antara sumur dengan jamban pembuangan 15 meter.

2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Keluarga Tn. D merupakan keluarga pendatang. Hubungan dengan tetangga berlangsung baik, namun keluarga jarang terlibat dalam kegiatan yang diselenggarakan di lingkungannya misalnya pada kebiasaan budaya setempat membantu tetangga yang punya hajat.

3. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Sejak pernikahan keluarga tidak pernah berpisah dan mereka hidup dalam 1 rumah, kunjungan ke rumah keluarga sangat jarang, terutama hanya bila ada acara keluarga saja.

4. Sistem pendukung keluarga

Tn. D, Ny. W dan anak R secara umum dalam keadaan sehat.

d. Struktur keluarga

1. Pola komunikasi keluarga

Pola komunikasi dalam keluarga Tn. D berlangsung kurang baik karena Tn. D tidak pernah memperhatikan keluarga, selain itu Tn. D juga selalu memaksakan kehendaknya kepada istri dan anak-anaknya yang dalam keluarga ini kepala keluarga sebagai pengambil keputusan tunggal.

2. Struktur kekuatan keluarga

Keluarga kurang responsiif terhadap kegiatan yang dilakukan oleh lingkungannya, warga sekitar tidak dapat merubah perilaku Tn. D karena keluarga Tn. D tertutup dengan lingkungan sekitar.

3. Struktur peran.

Masing-masing anggota keluarga berperilaku kurang sesuai dengan perannya.

Tn. D sebagai buruh pabrik belum dapat memenuhi kebutuhan keluarga.

Ny. W sebagai ibu rumah tangga dan patuh kepada suaminya.

4. Nilai atau norma keluarga

Apabila anggota keluarga ada yang sakit , tidak dibawa ke Puskesmas terdekat kecuali jika anggota keluarga tersebut dalam keadaan parah.

e. Fungsi keluarga

1. Fungsi afektif

Dalam keluarga ini kurang tercipta sikap saling menghargai karena dari suami selalu memaksakan kehendaknya kepada istri dan anak-anaknya serta kepala keluarga tidak pernah bisa menerima pendapat dari anggota keluarganya.

2. Fungsi spesialisasi

Secara umum, interaksi atau hubungan dalam keluarga kurang baik.

3. Fungsi Perawatan Kesehatan

a. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

Keluarga kurang mampu mencukupi kebutuhan nutrisi dengan makanan yang bergizi.

b. Pemenuhan Kebutuhan Pakaian

Keluarga mampu mencukupi kebutuhan pakaian pada seluruh anggota keluarga meskipun sederhana.

c. Kemampuan Keluarga Mengenal Masalah Kesehatan

Keluarga samapi saat ini masih kurang tahu tentang penyebab dan faktor yang mempengaruhi penyakit AIDS.

d. Kemampuan Keluarga Dalam Mengambil Keputusan

Keluarga tidak bisa mengambil keputusan yang tepat untuk merawat anggota keluarga (Sdri. L).

e. Kemampuan Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga Yang Sakit.

Keluarga kurang mampu memberikan perawatan yang sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh anggota keluarga yang menderita (Sdri. L)

f. Kemampuan Keluarga Memelihara Lingkungan Rumah Yang Sehat.

Keluarga tidak mengetahui tentang pentingnya cara menjaga kebersihan lingkungan rumahnya, terbukti keadaan rumahnya cukup kotor dan berantakan.

g. Kemampuan Keluarga Dalam Menggunakan fasilitas Kesehatan di Masyarakat.

Keluarga sudah menggunakan fasilitas kesehatan yang ada tetapi ti dak secara maksimal.

4. Fungsi reproduksi

Keluarga Tn. D telah menjalankan fungsinya dengan baik yaitu mempunyai dua orang anak. Ny. W telah mengikuti program KB dengan baik.

5. Fungsi Ekonomi

Dalam keluarga Tn. D dengan gaji buruh pabrik yang diterima setiap bulan, keluarga merasa kurang dalam memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan untuk anggota keluarga, karena untuk kepentingan biaya pendidikan untuk anaknya.

f.Stress dan Koping

Keluarga Tn. D saat menghadapi masalah terkadang tidak dapat menyelesaikannya secara tuntas dengan keputusan yang diambil oleh kepala keluarga.

g.Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan hanya pada anggota keluarga yang sakit atau Sdri. L , hasil sebagai berikut:

1) Inspeksi

Keadaan Umum : lemah

Postur tubuh : kurus

Kesadaran : Komposmentis

TB/ BB : 163 cm/ 38 kg

Kepala : normal

Leher/ dada : normal

Abdomen : normal

Ekstremitas : tidak ada luka, gerak motorik baik, tidak ada oedema.

2) Palpasi

Kepala : tidak ada benjolan atau kelainan

Leher : tidak ada pembengkakan pada thyroid dan vena jugularis normal

Abdomen : tidak ada pembesaran hepar

Tidak teraba adanya massa

Turgor kulit jelek

Ekstremitas : ekstremitas bawah tidak ada oedem

Simetris antara kiri dan kanan

Pergerakan normal

Nadi : 90 kali/ menit dengan frekuensi

yang teratur.

3) Perkusi pada abdomen terdengar pekak

4) Pemeriksaan penunjang : lab. Pemeriksaan darah positif virus HIV

h. Harapan keluarga

Keluarga mengharapkan adanya suatu informasi dari petugas kesehatan tentang masalah kesehatan yang ada dalam keluarganya dan alternatif pemecahan masalah yang terbaik yang harus di lakukan oleh keluarga.

B. Analisa Data

No.

Analisa Data

Problem

Etiologi

1.

2.

DS: pasien mengatakan bahwa dia takut dengan penyakit yang diderita serta pasien juga tidak tahu apa yang harus dilakukan.

DO: pasien tampak cemas dan gelisah, pasien tampak tidak mempunyai motivasi.

DS: Pasien mengatakan bahwa tidak nafsu makan, mual dan muntah.

DO: pasien tampak kurus dan lemah, BB turun

Cemas

Nutrisi kurang

Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita terkait kebutuhan nutrisi

Kurangnya pengetahuan keluarga terkait kebutuhan nutrisi

Ketidaktahuan keluarga terkait penyakit AIDS

C. Diagnosa

1. Cemas pada Sdri. L di keluarga Tn. D berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga terkait penyakit AIDS.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan pada Sdri. L di keluarga Tn. D berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita terkait kebutuhan nutrisi.

D. Prioritas Masalah

1. Cemas pada Sdri. L di keluarga Tn. D berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga terkait penyakit AIDS.

Sifat Masalah

Ancaman kesehatan

Kemungkinan masalah dapat diubah : sebagian

Potensial masalah dapat dicegah : cukup

Menonjolnya masalah : masalah harus segera ditangani 3/3 x 1

Merupakan ancaman karena bila hal tersebut dibiarkan terus dapat mengancam dan menyebabkan gangguan kesehatan. Dengan diberikannya pengarahan pada salah satu anggota keluarga, masalah dapat diubah tetapi memerlukan proses. Dengan memeperhatikan pengarahan, potensial masalah cukup untuk dapat dicegah. Keluarga tahu bahwa anggota keluarganya terdiagnosa penyakit AIDS maka perlu segera ditangani.

2.Nutrisi kurang dari kebutuhan pada Sdri. L di keluarga Tn. D berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita terkait kebutuhan nutrisi.

Sifat Masalah

Ancaman kesehatan

Kemungkinan masalah dapat diubah : susah

Potensial masalah dapat dicegah : rendah

Menonjolnya masalah : masalah perlu segera ditangani 3/3 x 1

Merupakan suatu kondisi ancaman dimana salah satu anggota keluarga telah terdiagnosa penyakit AIDS dan mengalami gangguan pemenuhan nutrisi. Walaupun dengan pengarahan tentang nutrisi untuk penderita kemungkinan untuk diubah susah karena menurunnya funsi organ pencernaan. Walaupun dengan memperhatikan pengarahan, masalah untuk dicegah masih rendah. Keluarga tahu bahwa anggota keluarganya terdiagnosa penyakit AIDS maka perlu segera ditangani.

Berdasarkan diatas, maka prioritas diagnosa keperawatan pada keluarga Tn. D adalah sebagai berikut:

1) Cemas pada Sdri. L di keluarga Tn. D berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga terkait penyakit AIDS, ditandai dengan keluarga mengetahui bahwa Sdri. L menderita penyakit AIDS, tetapi belum mengetahui mengenai factor-faktor yang berhubungan dengan penyakit AIDS baik sifat, penyebab, komplikasi, prognosa, cara perawatan dan diet pada penderita penyakit AIDS (Sdri. L).

2) Nutrisi kurang dari kebutuhan pada Sdri. L di keluarga Tn. D berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita terkait kebutuhan nutrisi ditandai dengan keluarga tidak mampu memberikan nutrisi yang sesuai dan dibutuhkan oleh sdri. L.

Diagnosa Keperawatan I:

Tujuan khusus:

1. Keluarga dapat menjelaskan pengertian AIDS

2. Keluarga dapat menyebutkan tanda dan gejala AIDS

3. Keluarga dapat menyebutkan factor penyebab AIDS

4. Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat mengenai penatalaksanaan AIDS.

Tujuan Umum:

Setelah dilakukan penyuluhan keluarga mengetahui tentang penyakit AIDS.

Berikan Pendidikan kesehatan mengenai:

a. Pengertian AIDS

b. Tanda dan gejala AIDS

c. Faktor penyebab AIDS

d. Penatalaksanaan khususnya nutrisi pada Penderita AIDS

Diagnosa Keperawatan 2:

Tujuan khusus:

1. Keluarga dapat menyebutkan cara penatalaksanaan nutrisi bagi penderita AIDS.

2. Keluarga mampu melakukan perawatan pada penderita AIDS.

Tujuan Umum:

Setelah dilakukan penyuluhan keluarga mampu mengambil keputusan untuk memberikan penatalaksanaan yang tepat pada penderita AIDS:

1. Berikan Pendidikan kesehatan mengenai: Cara penatalaksanaan khususnya nutrisi pada penderita AIDS.

2. Ajarkan ibu untuk membuat catatan makanan harian yang khusus untuk anggota keluarga yang menderita AIDS.

BAB XIV

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE

A. Pengkajian

1. Biodata

Nama : Tn. T

Umur : 55 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Klirong RT. 01, RW. III, Klirong.

2. Biodata penanggung jawab

Nama : Ny. W

Umur : 55 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Klirong RT. 01, RW. III, Klirong

Hubungan keluarga : Istri

3. Keluhan Utama

Lemah anggota gerak bagian kanan

4. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RSUD Kebumen pada hari Kamis,tanggal 31 Desember 2009 jam. 09.00 WIB dengan keluhan lemah anggota gerak bagian kanan, badan terasa lemas, pusing, bicara pelo. Di IGD pasien diperiksa Tekanan darah: 190/ 90 mmHg, Nadi: 88 x/ menit, pernapasan: 24 x/ menit, Suhu: 37,5 º C. Pasien habis jatuh di kamar mandi rumah pada jam 06.00 WIB. Oleh keluarga pasien langsung dibawa ke RSUD Kebumen.

5. Riwayat penyakit Dahulu

Pasien pernah mengalami sakit yang sama sejak 1 tahun yang lalu dan pernah opname di RSUD Kebumen selama 1 minggu.

6. Riwayat Penyakit Keluarga

Anggota keluarga belum pernah ada yang menderita sakit seperti Tn. T.

7. Status Nutrisi

Pasien tidak pernah melakukan pengaturan diet pada makanan sehari-harinya, pasien menyukai makanan yang berminyak dan berlemak.

8. Status Kulit dan membrane Mukosa

Tidak ada tanda-tanda lesi, ulserasi atau infeksi pada tubuhnya. Rongga mulut tidak ada kelainan. Daerah perianal tidak ada kelainan.

9. Status respiratorius

Pasien tidak mengeluh batuk, sesak napas dan nyeri dada. Pada pemeriksaan napas paru dan jantung tidak ada kelainan.

10. Status neurologis

Kesadaran pasien compos mentis, orientasi terhadap orang, waktu dan tempat baik, ingatan baik. Pasien mengeluh pusing dan lemas serta lemah anggota gerak bagian kanan. Pasien hanya merasa lemas ada semua ekstremitas, merasa mudah lelah.

11. Status cairan dan elektrolit

Turgor kulit pasien baik, intake dan output cairan baik. Minum sehari ± 8 gelas sehari, BAK 6 x sehari, BAB 1x sehari.

12. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan pasien masih kurang dengan informasi penyakit yang ada sekarang terutama Stroke. Pasien merasa cemas dan bingung dengan penyakitnya sekarang.

11. Analisa Data

DS : - Lemah anggota gerak bagian kanan, badan terasa lemas, pusing, bicara pelo. Cemas dengan keadaan penyakitnya

DO : Tekanan darah: 190/ 90 mmHg, Nadi: 88 x/ menit, pernapasan: 24 x/ menit, Suhu: 37,5 º C.

Hasil LAB :

- Hb 11 gr/dl

- Leukosit 20.000/uL

- Trombosit 160.000/uL

- LED 30 mm

- Na 98 mmoL/L

- K 2,8 mmol/L

- Cl 110 mmol/L

2. Diagnosa keperawatan

1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan pada syaraf di ekstremitas ditandai dengan lemah anggota gerak bagian kanan, badan terasa lemas, pusing,

2. Cemas berhubungan dengan belum mengetahui tentang penyakit Stroke ditandai dengan cemas dengan keadaan penyakitnya

Analisa data

No

Data

Etiologi

Masalah

1

DS: Lemah anggota gerak bagian kanan, badan terasa lemas, pusing, bicara pelo. Cemas dengan keadaan penyakitnya

DO : Tekanan darah: 190/ 90 mmHg, Nadi: 88 x/ menit, pernapasan: 24 x/ menit, Suhu: 37,5 º C.

Hasil LAB :

- Hb 11 gr/dl

- Leukosit 20.000/uL

- Trombosit 160.000/uL

- LED 30 mm

- Na 98 mmoL/L

- K 2,8 mmol/L

- Cl 110 mmol/L

kelemahan pada syaraf di ekstremitas

Gangguan mobilitas fisik

2

DS : Cemas dengan keadaan penyakitnya

DO : Tekanan darah: 190/ 90 mmHg, Nadi: 88 x/ menit, pernapasan: 24 x/ menit, Suhu: 37,5 º C.

belum mengetahui tentang penyakit Stroke

Cemas

Rencana asuhan keperawatan

Diagnosa :. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan pada syaraf di ekstremitas ditandai dengan lemah anggota gerak bagian kanan, badan terasa lemas, pusing,

Tujuan: mengurangi gangguan mobilitas fisik.

Kriteria hasil: pasien dapat memenuhi kebutuhannya dengan keterbatasan fisiknya,

Intervensi

Rasional

Mandiri

- Lakukan penilaian tingkat gangguan mobilitas fisiknya

- Lakukan latihan fisoterapi setiap hari.

- Berikan informasi tentang penyakit Stroke dan Penatalaksanaanya.

Kolaborasi

  • Berikan obat-obatan sesuai indikasi : penenang dan lain-lain.
  • Pantau hasil pemeriksaan laboratorium.

.

- Mengalami pengurangan dalam gangguan mobilitas fisik.

- Dapat melakukan latihan dan pergerakan pada anggota badannya yang lemah.

Dx : Cemas berhubungan dengan belum mengetahui tentang penyakit Stroke ditandai dengan cemas dengan keadaan penyakitnya

Tujuan : Pasien dan keluarga memahami tentang Penyakit Stroke dan cara-cara pencegahannya.

Kriteria hasil: Melaporkan peningkatan pemahaman tentang penyakit Stroke serta turut berpartisipasi sebanyak mungkin dalam kegiatan keperawatan mandiri.

Intervensi

Rasional

Mandiri

- Beritahukan kepada keluarga dan sahabat-sahabat pasien tentang Penyakit Stroke. Bicarakan masalah ketakutan dan kesalahpahaman dengan seksama.

Kolaborasi

  • Berikan antibiotik atau agen antimikroba, misal: trimetroprim (bactrim atau septra), nistasin, pentamidin atau retrovir.

Dengan keluarga pasien mengetahui tentang Penyakit Stroke diharapkan dapat ikut membantu dalam memenuhi kebutuhan pasien dan anggota keluarga yang lain.

Evaluasi

1. Mengalami pengurangan gangguan mobilitas fisik.

2. Melaporkan peningkatan pemahaman tentang penyakit Stroke serta turut berpartisipasi sebanyak mungkin dalam kegiatan keperawatan mandiri.

BAB XV

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PASIEN STROKE

A. Pengkajian

a. Data Umum

Nama KK : Tn. T

Alamat : Klirong RT. 01, RW. III, Klirong, Kebumen

Pekerjaan : Swasta

Pendidikan : SMA

Komposisi Keluarga :

1. Tn. T, Laki-laki, Kepala Keluarga, 55 tahun, SMA.

2. Ny. W, Perempuan, istri, 55 tahun, SMA.

3. Tn. L, Laki-laki, anak, 25 tahun, Swasta, 1 rumah.

4. Sdr. R, Laki-laki, anak, 17 tahun, pelajar 1 rumah.

5. Ny. N, Perempuan, menantu, 24 tahun, ibu rumah tangga 1 rumah

Tipe keluarga: Extended Family

Suku bangsa: Keluarga Tn. T termasuk suku bangsa Jawa

Agama : semua anggota keluarga menganut agama Islam

b. Status Sosial Ekonomi Keluarga:

Dalam keluarga ini yang bekerja yaitu Tn. D sebagai wiraswasta dengan penghasilan kurang lebih Rp. 800.000,-/ bulan dan Ny. W sebagai ibu rumah tangga, Tn. L sebagai anaknya juga bekerja sebagai karyawan swasta dengan gaji Rp.750.000,-/ bulan sehingga bisa ikut menopang keluarga, barang yang dimiliki TV berwarna 14 inchi, meja kursi, 3 buah tempat tidur, 1 buah sepeda motor.

c. Aktifitas Rekreasi Keluarga:

Keluarga Tn. T tidak mempunyai waktu dan dana tersendiri untuk pergi ke tempat rekreasi. Untuk rekreasi setiap hari adalah dengan menonton TV.

d. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Keluarga ini terdiri dari pasangan suami istri dengan 2 orang anak dan 1 orang menantu yaitu anak pertama berusia 25 tahun dan sudah menikah, anak kedua berusia 17 tahun, anak menantu berusia 24 tahun.

2) Tahap perkembangan yang belum terpenuhi.

Keluarga Tn T dapat mempertahankan hubungan sehat dalam keluarga

Keluarga Tn. T mampu mempertahankan keintiman komunikasi yang kondusif.

3) Riwayat Keluarga Extended

Dalam keluarga Tn. T dan keluarga menantu tidak terdapat riwayat penyakit keturunan.

Tn.T dan Ny. W tidak menderita penyakit menular dan kronis namun perhatian dan pengetahuan terhadap kesehatan kurang karena sibuk dengan aktifitas pekerjaannya.

Saat dilakukan pengkajian pada anak pertama (Tn.L), anak kedua (Sdri.R) dan menantunya (Ny. N). tidak menderita penyakit apapun.

e. Pengkajian Lingkungan

1. Karakteristik lingkungan rumah

Status kepemilikan rumah milik sendiri. Lantai rumah sudah lantai, jendela rumah ada 5 buah terletak pada tiap kamar, dinding rumah terbuat dari batu bata dengan ukuran luas rumah 13 x 10 m/ segi, rumah agak rapat dengan tetangga, keadaan lingkungan rumah bersih, keadaan udara di dalam rumah cukup, kamar mandi dan jamban di dalam rumah, jenis air minum yang digunakan adalah dari air sumur, jarak antara sumur dengan jamban pembuangan 15 meter.

2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Keluarga Tn. T merupakan keluarga pendatang. Hubungan dengan tetangga berlangsung baik, namun keluarga jarang terlibat dalam kegiatan yang diselenggarakan di lingkungannya misalnya pada kebiasaan budaya setempat membantu tetangga yang punya hajat.

3. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Sejak pernikahan keluarga tidak pernah berpisah dan mereka hidup dalam 1 rumah, kunjungan ke rumah keluarga sangat jarang, terutama hanya bila ada acara keluarga saja.

4. Sistem pendukung keluarga

Tn. L, Ny. W , Sdri. R dan Ny. N secara umum dalam keadaan sehat.

f. Struktur keluarga

1. Pola komunikasi keluarga

Pola komunikasi dalam keluarga Tn. D berlangsung baik karena Tn. D memperhatikan keluarga, selain itu Tn. D juga tidak memaksakan kehendaknya kepada istri dan anak-anaknya yang dalam keluarga ini kepala keluarga mengambil keputusan berdasarkan musyawarah dengan anggota keluarga.

2. Struktur kekuatan keluarga

Keluarga responsif terhadap kegiatan yang dilakukan oleh lingkungannya, warga sekitar memaklumi pekerjaan sehari-hari Tn T yang sibuk.

3. Struktur peran.

Masing-masing anggota keluarga berperilaku kurang sesuai dengan perannya.

Tn. T sebagai wiraswasta dapat memenuhi kebutuhan keluarga.

Ny. W sebagai ibu rumah tangga dan patuh kepada suaminya.

Tn. L sebagai anak dan suami dapat ikut membantu memenuhi kebutuhan keluarga.

Ny. N sebagai menantu dan istri serta ibu rumah tangga patuh kepada suami dan mertuanya.

4. Nilai atau norma keluarga

Apabila anggota keluarga ada yang sakit, langsung dibawa ke Rumah Sakit terdekat.

Fungsi keluarga

5. Fungsi afektif

Dalam keluarga ini tercipta sikap saling menghargai karena dari suami tidak memaksakan kehendaknya kepada istri dan anak-anaknya serta kepala keluarga bisa menerima pendapat dari anggota keluarganya.

6. Fungsi spesialisasi

Secara umum, interaksi atau hubungan dalam keluarga baik.

7. Fungsi Perawatan Kesehatan

a. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

Keluarga mampu mencukupi kebutuhan nutrisi dengan makanan yang bergizi.

b. Pemenuhan Kebutuhan Pakaian

Keluarga mampu mencukupi kebutuhan pakaian pada seluruh anggota keluarga meskipun sederhana.

c. Kemampuan Keluarga Mengenal Masalah Kesehatan

Keluarga sampai saat ini masih kurang tahu tentang penyebab dan faktor yang mempengaruhi penyakit Stroke.

d. Kemampuan Keluarga Dalam Mengambil Keputusan

Keluarga tidak bisa mengambil keputusan yang tepat untuk merawat anggota keluarga (Tn. T).

e. Kemampuan Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga Yang Sakit.

Keluarga mampu memberikan perawatan yang sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh anggota keluarga yang menderita (Tn. T)

g. Kemampuan Keluarga Memelihara Lingkungan Rumah Yang Sehat.

Keluarga mengetahui tentang pentingnya cara menjaga kebersihan lingkungan rumahnya, terbukti keadaan rumahnya cukup bersih dan rapi.

h. Kemampuan Keluarga Dalam Menggunakan fasilitas Kesehatan di Masyarakat.

Keluarga sudah menggunakan fasilitas kesehatan yang ada tetapi ti dak secara maksimal.

6. Fungsi reproduksi

Keluarga Tn. D telah menjalankan fungsinya dengan baik yaitu mempunyai dua orang anak. Ny. W telah mengikuti program KB dengan baik.

7. Fungsi Ekonomi

Dalam keluarga Tn. D dengan gaji setiap bulan, keluarga merasa cukup dalam memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan untuk anggota keluarga.

f.Stress dan Koping

Keluarga Tn. T saat menghadapi masalah terkadang tidak dapat menyelesaikannya secara tuntas dengan keputusan yang diambil oleh musyawarah keluarga.

g.Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan hanya pada anggota keluarga yang sakit atau Tn. T , hasil sebagai berikut:

1) Inspeksi

Keadaan Umum : baik

Postur tubuh : kurus

Kesadaran : Komposmentis

TB/ BB : 163 cm/ 38 kg

Kepala : normal

Leher/ dada : normal

Abdomen : normal

Ekstremitas : tidak ada luka, gerak motorik lemah, lemah pada ekstremitas bagian kanan, tidak ada oedema.

2) Palpasi

Kepala : tidak ada benjolan atau kelainan

Leher : tidak ada pembengkakan pada thyroid dan vena jugularis normal

Abdomen : tidak ada pembesaran hepar

Tidak teraba adanya massa

Turgor kulit jelek

Ekstremitas : ekstremitas bawah tidak ada oedem

Simetris antara kiri dan kanan

Pergerakan lemah pada bagian kanan

Nadi : 90 kali/ menit dengan frekuensi

yang teratur.

Tekanan Darah : 190/ 90 mmHg.

3) Perkusi pada abdomen terdengar pekak

4) Pemeriksaan penunjang : lab.

h.Harapan keluarga

Keluarga mengharapkan adanya suatu informasi dari petugas kesehatan tentang masalah kesehatan yang ada dalam keluarganya dan alternatif pemecahan masalah yang terbaik yang harus di lakukan oleh keluarga.

B. Analisa Data

No.

Analisa Data

Problem

Etiologi

1.

2.

DS: pasien mengatakan bahwa dia takut dengan penyakit yang diderita serta pasien juga tidak tahu apa yang harus dilakukan.

DO: pasien tampak cemas dan gelisah, pasien tampak tidak mempunyai motivasi.

DS: Pasien mengatakan bahwa tidak nafsu makan, mual dan muntah.

DO: pasien tampak kurus dan lemah, BB turun

Cemas

Nutrisi kurang

Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita terkait kebutuhan nutrisi

Kurangnya pengetahuan keluarga terkait kebutuhan nutrisi

Ketidaktahuan keluarga terkait penyakit Stroke

C. Diagnosa

1. Cemas pada Tn. T di keluarga Tn. T berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga terkait penyakit Stroke.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan pada Tn. T di keluarga Tn. T berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita terkait kebutuhan nutrisi.

D. Prioritas Masalah

1. Cemas pada Tn. T di keluarga Tn. T berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga terkait penyakit Stroke.

Sifat Masalah

Ancaman kesehatan

Kemungkinan masalah dapat diubah : sebagian

Potensial masalah dapat dicegah : cukup

Menonjolnya masalah : masalah harus segera ditangani 3/3 x 1

Merupakan ancaman karena bila hal tersebut dibiarkan terus dapat mengancam dan menyebabkan gangguan kesehatan. Dengan diberikannya pengarahan pada salah satu anggota keluarga, masalah dapat diubah tetapi memerlukan proses. Dengan memeerhatikan pengarahan, potensial masalah cukup untuk dapat dicegah. Keluarga tahu bahwa anggota keluarganya terdiagnosa penyakit Stroke maka perlu segera ditangani.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan pada Tn. L di keluarga Tn. T berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita terkait kebutuhan nutrisi.

Sifat Masalah

Ancaman kesehatan

Kemungkinan masalah dapat diubah : susah

Potensial masalah dapat dicegah : rendah

Menonjolnya masalah : masalah perlu segera ditangani 3/3 x 1

Merupakan suatu kondisi ancaman dimana salah satu anggota keluarga telah terdiagnosa penyakit Stroke dan mengalami gangguan pemenuhan nutrisi. Walaupun dengan pengarahan tentang nutrisi untuk penderita kemungkinan untuk diubah susah karena menurunnya funsi organ pencernaan. Walaupun dengan memperhatikan pengarahan, masalah untuk dicegah masih rendah. Keluarga tahu bahwa anggota keluarganya terdiagnosa penyakit Stroke maka perlu segera ditangani.

Berdasarkan diatas, maka prioritas diagnosa keperawatan pada keluarga Tn. D adalah sebagai berikut:

4) Cemas pada Tn. T di keluarga Tn. T berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga terkait penyakit Stroke, ditandai dengan keluarga mengetahui bahwa Tn. menderita penyakit Stroke, tetapi belum mengetahui mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit Stroke baik sifat, penyebab, komplikasi, prognosa, cara perawatan dan diet pada penderita penyakit Stroke (Tn. T).

5) Nutrisi kurang dari kebutuhan pada Tn. T di keluarga Tn. T berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita terkait kebutuhan nutrisi ditandai dengan keluarga tidak mampu memberikan nutrisi yang sesuai dan dibutuhkan oleh Tn. T.

Diagnosa Keperawatan I:

Tujuan khusus:

1. Keluarga dapat menjelaskan pengertian Stroke

2. Keluarga dapat menyebutkan tanda dan gejala Stroke

3. Keluarga dapat menyebutkan factor penyebab Stroke

4. Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat mengenai penatalaksanaan Stroke.

Tujuan Umum:

Setelah dilakukan penyuluhan keluarga mengetahui tentang penyakit Stroke.

Berikan Pendidikan kesehatan mengenai:

a.Pengertian Stroke

b.Tanda dan gejala Stroke

c.Faktor penyebab Stroke

d.Penatalaksanaan khususnya nutrisi pada Penderita Stroke.

Diagnosa Keperawatan 2:

Tujuan khusus:

    1. Keluarga dapat menyebutkan cara penatalaksanaan nutrisi bagi penderita Stroke.
    2. Keluarga mampu melakukan perawatan pada penderita Stroke.

Tujuan Umum:

Setelah dilakukan penyuluhan keluarga mampu mengambil keputusan untuk memberikan penatalaksanaan yang tepat pada penderita Stroke:

1. Berikan Pendidikan kesehatan mengenai: Cara penatalaksanaan khususnya nutrisi pada penderita Stroke.

2. Ajarkan ibu untuk membuat catatan makanan harian yang khusus untuk anggota keluarga yang menderita Stroke.

BAB XVI

ASUHAN KEPERAWATAN INDIVIDU PADA PASIEN FLU BURUNG

A. Pengkajian

1. Biodata

Nama : Tn. F

Umur : 35 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Klirong RT. 01, RW. III, Klirong.

2. Biodata penanggung jawab

Nama : Ny. L

Umur : 55 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Klirong RT. 01, RW. III, Klirong

Hubungan keluarga : Istri

3. Keluhan Utama

Demam

4. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RSUD Kebumen pada hari Kamis,tanggal 1 Januari jam. 09.00 WIB dengan keluhan demam, batuk, nyeri tenggorokan, nyeri seluruh badan. Pasien sudah mengalami sakit sejak 3 hari yang lalu. Di IGD pasien diperiksa Tekanan darah: 130/ 80 mmHg, Nadi: 84 x/ menit, pernapasan: 24 x/ menit, Suhu: 38,5 º C. Oleh keluarga pasien dibawa ke Puskesmas atas saran dari perawat pasien dirujuk ke RSUD Kebumen. Oleh keluarga langsung dibawa ke RSUD Kebumen. Di lingkungan rumahnya pasien memelihara unggas yaitu ayam dan 3 hari terakhir ini semua ayamnya mati.

5. Riwayat penyakit Dahulu

Pasien belum pernah mengalami sakit yang sama.

6. Riwayat Penyakit Keluarga

Anggota keluarga belum pernah ada yang menderita sakit seperti Tn. T.

7. Status Nutrisi

Pasien tidak pernah melakukan pengaturan diet pada makanan sehari-harinya.

8. Status Kulit dan membrane Mukosa

Tidak ada tanda-tanda lesi, ulserasi atau infeksi pada tubuhnya. Rongga mulut tidak ada kelainan. Daerah perianal tidak ada kelainan.

9. Status respiratorius

Pasien mengeluh batuk dan nyeri tenggorokan. Pada pemeriksaan napas paru dan jantung tidak ada kelainan.

10. Status neurologis

Kesadaran pasien compos mentis, orientasi terhadap orang, waktu dan tempat baik, ingatan baik. Semua ekstremitas tidak ada kelainan. Pasien mengeluh nyeri seluruh badan.

11. Status cairan dan elektrolit

Turgor kulit pasien baik, intake dan output cairan baik. Minum sehari ± 8 gelas sehari, BAK 6 x sehari, BAB 1x sehari.

12. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan pasien masih kurang dengan informasi penyakit yang ada sekarang terutama Flu Burung. Pasien merasa cemas dan bingung dengan penyakitnya sekarang.

11. Analisa Data

DS : - Pasien mengeluh demam, batuk, nyeri tenggorokan, nyeri seluruh badan. Cemas dengan keadaan penyakitnya

DO : Tekanan darah: 130/ 80 mmHg, Nadi: 88 x/ menit, pernapasan: 24 x/ menit, Suhu: 38,5 º C.

Hasil LAB :

- Hb 11 gr/dl

- Leukosit 20.000/uL

- Trombosit 160.000/uL

- LED 30 mm

- Na 98 mmoL/L

- K 2,8 mmol/L

- Cl 110 mmol/L

2. Diagnosa keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental akibat influenza.

Intervensi:

a. Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, misal: mengi, krekels, ronki.

Rasional:

Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan dapat/ tidak dapat dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius, missal penyebaran, krekels basah (bronchitis); bunyi napas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema); atau tak adanya bunyi napas (asma berat).

b. Kaji/ pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio inspirasi/ ekspirasi.

Rasional:

Tachipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stress/ adanya proses infeksi akut. Pernapasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.

c. Catat adanya/ derajat dispnea, misal: keluhan “lapar udara”, gelisah, ansietas, distress pernapasan, penggunaan otot bantu.

Rasional:

Disfungsi pernapasan adalah variable yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit, missal: infeksi, reaksi alergi.

d. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, misal: peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.

Rasional:

Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi. Namun, pasien dengan distress berat akan mencari posisi yang paling mudah untuk bernapas. Sokongan tangan/ kaki dengan meja, bantal dan lain-lain membantu menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.

e. Pertahankan polusi lingkungan minimum, missal; debu, asap, dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.

Rasional:

Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara.

2. Pertukaran gas, kerusakan berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi).

Intervensi:

a. Kaji frekuens, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori, napas bibir, ketidakmampuan bicara/ berbincang.

Rasional:

Berguna dalam evaluasi derajat stress pernapasan dan/ atau kronisnya proses penyakit.

b. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai kebutuhan/ toleransi individu.

Rasional:

Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk menurunkan jalan napas, dispnea dan kerja napas.

c. Kaji/ awasi secara rutin dan warna membrane mukosa.

Rasional:

Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar bibir/ daun telinga). Keabu-abuan dan diagnosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.

d. Dorong mengeluarkan sputum: penghisapan bila diindikasikan.

Rasional:

Kental, tebal dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif.

e. Palpasi fremitus

Rasional:

Penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara terjebak.

f. Awasi tingkat kesadaran/ statua mental. Selidiki adanya perubahan.

Rasional:

Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. GDA memburuk disertai bingung/ somnolent menunjukkan disfungsi serebral yang berhubungan dengan hipoksemia.

g. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang dan kalem. Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk tidur/ istirahat di kursi selama fase akut. Mungkinkan pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan tingkatkan sesuai toleransi individu.

Rasional:

Selama distress pernapasan berat/ akut/ refraktori pasien secara total tak mampu melakukan aktivitas sehari-hari karena hipoksemia dan dispnea. Istirahat diselingi aktivitas perawatan masih penting dari program pengobatan. Namun, program latihan ditujukan untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa menyebabkan dispnea berat dan dapat meningkatkan rasa sehat.

BAB XVII

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PADA PASIEN FLU BURUNG

A. Pengkajian

a. Data Umum

Nama KK : Tn. F

Alamat : Tambakagung RT. 01, RW. III, Klirong,

Pekerjaan : PNS

Pendidikan : SMA

Komposisi Keluarga :

1. Tn. F, Laki-laki, Kepala Keluarga, 35 tahun, SMA.

2. Ny. W, Perempuan, istri, 35 tahun, SMA.

3. Sdr. L, Laki-laki, anak, 17 tahun, pelajar, 1 rumah.

4. Sdr. R, Laki-laki, anak, 10 tahun, pelajar 1 rumah.

Tipe keluarga: Nuclear Family

Suku bangsa: Keluarga Tn. F termasuk suku bangsa Jawa

Agama : semua anggota keluarga menganut agama Islam

b. Status Sosial Ekonomi Keluarga:

Dalam keluarga ini yang bekerja yaitu Tn. F sebagai PNS dengan penghasilan kurang lebih Rp. 1.800.000,-/ bulan dan Ny. W sebagai ibu rumah tangga, barang yang dimiliki TV berwarna 14 inchi, meja kursi, 3 buah tempat tidur, 1 buah sepeda motor.

c. Aktifitas Rekreasi Keluarga:

Keluarga Tn. F kadang-kadang mempunyai waktu dan dana tersendiri untuk pergi ke tempat rekreasi. Untuk rekreasi setiap hari adalah dengan menonton TV.

d. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Keluarga ini terdiri dari pasangan suami istri dengan 2 orang anak pertama berusia 17 tahun, anak kedua berusia 10 tahun, tahap perkembangan yang terpenuhi.

Keluarga Tn F dapat mempertahankan hubungan sehat dalam keluarga

Keluarga Tn. F mampu mempertahankan keintiman komunikasi yang kondusif.

2) Riwayat Keluarga Inti

Dalam keluarga Tn. F tidak terdapat riwayat penyakit keturunan.

Tn.F dan Ny. W tidak menderita penyakit menular dan kronis namun perhatian dan pengetahuan terhadap kesehatan kurang karena sibuk dengan aktifitas pekerjaannya.

Saat dilakukan pengkajian pada anak pertama (Sdr. .L), anak kedua (Sdr.R) tidak menderita penyakit apapun.

e. Pengkajian Lingkungan

1) Karakteristik lingkungan rumah

Status kepemilikan rumah milik sendiri. Lantai rumah sudah lantai, jendela rumah ada 5 buah terletak pada tiap kamar, dinding rumah terbuat dari batu bata dengan ukuran luas rumah 13 x 10 m/ segi, rumah agak rapat dengan tetangga, keadaan lingkungan rumah bersih, keadaan udara di dalam rumah cukup, kamar mandi dan jamban di dalam rumah, jenis air minum yang digunakan adalah dari air sumur, jarak antara sumur dengan jamban pembuangan 15 meter. Keluarga Tn. F memlihara beberapa ekor ayam di kandang dekat rumahnya.

2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Keluarga Tn. F merupakan keluarga pendatang. Hubungan dengan tetangga berlangsung baik, namun keluarga sering terlibat dalam kegiatan yang diselenggarakan di lingkungannya misalnya pada kebiasaan budaya setempat membantu tetangga yang punya hajat.

3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Sejak pernikahan keluarga tidak pernah berpisah dan mereka hidup dalam 1 rumah, kunjungan ke rumah keluarga sangat jarang, terutama hanya bila ada acara keluarga saja.

f. Sistem pendukung keluarga

Ny. W , Sdri. R dan Ny. N secara umum dalam keadaan sehat.

g. Struktur keluarga

1) Pola komunikasi keluarga

Pola komunikasi dalam keluarga Tn. F berlangsung baik karena Tn. F memperhatikan keluarga, selain itu Tn. F juga tidak memaksakan kehendaknya kepada istri dan anak-anaknya yang dalam keluarga ini kepala keluarga mengambil keputusan berdasarkan musyawarah dengan anggota keluarga.

2) Struktur kekuatan keluarga

Keluarga responsif terhadap kegiatan yang dilakukan oleh lingkungannya, warga sekitar memaklumi pekerjaan sehari-hari Tn F yang sibuk.

3) Struktur peran.

Masing-masing anggota keluarga berperilaku kurang sesuai dengan perannya.

Tn. T sebagai PNS dapat memenuhi kebutuhan keluarga.

Ny. W sebagai ibu rumah tangga dan patuh kepada suaminya.

Sdr. L sebagai anak patuh kepada orang tua.

Sdr. R sebagai anak patuh kepada orang tua.

4) Nilai atau norma keluarga

Apabila anggota keluarga ada yang sakit, langsung dibawa ke Rumah Sakit terdekat.

h. Fungsi keluarga

1. Fungsi afektif

Dalam keluarga ini tercipta sikap saling menghargai karena dari suami tidak memaksakan kehendaknya kepada istri dan anak-anaknya serta kepala keluarga bisa menerima pendapat dari anggota keluarganya.

2. Fungsi spesialisasi

Secara umum, interaksi atau hubungan dalam keluarga baik.

3. Fungsi Perawatan Kesehatan

a. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

Keluarga mampu mencukupi kebutuhan nutrisi dengan makanan yang bergizi.

b. Pemenuhan Kebutuhan Pakaian

Keluarga mampu mencukupi kebutuhan pakaian pada seluruh anggota keluarga meskipun sederhana.

c. Kemampuan Keluarga Mengenal Masalah Kesehatan

Keluarga sampai saat ini masih kurang tahu tentang penyebab dan faktor yang mempengaruhi penyakit Flu Burung.

d. Kemampuan Keluarga Dalam Mengambil Keputusan

Keluarga tidak bisa mengambil keputusan yang tepat untuk merawat anggota keluarga (Tn. F).

e. Kemampuan Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga Yang Sakit.

Keluarga mampu memberikan perawatan yang sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh anggota keluarga yang menderita (Tn. F)

f. Kemampuan Keluarga Memelihara Lingkungan Rumah Yang Sehat.

Keluarga mengetahui tentang pentingnya cara menjaga kebersihan lingkungan rumahnya, terbukti keadaan rumahnya cukup bersih dan rapi terutama kandang unggas/ ayamnya.

g. Kemampuan Keluarga Dalam Menggunakan fasilitas Kesehatan di Masyarakat.

Keluarga sudah menggunakan fasilitas kesehatan yang ada tetapi ti dak secara maksimal.

4. Fungsi reproduksi

Keluarga Tn. F telah menjalankan fungsinya dengan baik yaitu mempunyai dua orang anak. Ny. W telah mengikuti program KB dengan baik.

5) Fungsi Ekonomi

Dalam keluarga Tn. F dengan gaji setiap bulan, keluarga merasa cukup dalam memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan untuk anggota keluarga.

f.Stress dan Koping

Keluarga Tn. F saat menghadapi masalah terkadang tidak dapat menyelesaikannya secara tuntas dengan keputusan yang diambil oleh musyawarah keluarga.

g.Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan hanya pada anggota keluarga yang sakit atau Tn. F , hasil sebagai berikut:

5) Inspeksi

Keadaan Umum : baik

Postur tubuh : sedang

Kesadaran : Komposmentis

TB/ BB : 163 cm/ 60 kg

Kepala : normal

Leher/ dada :normal, batuk dan nyeri tenggorokan.

Abdomen : normal

Ekstremitas : tidak ada luka, gerak motorik lemah, lemah pada ekstremitas bagian kanan, tidak ada oedema.

6) Palpasi

Kepala : tidak ada benjolan atau kelainan

Leher : tidak ada pembengkakan pada thyroid dan vena jugularis normal

Abdomen : tidak ada pembesaran hepar

Tidak teraba adanya massa

Ekstremitas : ekstremitas bawah tidak ada oedem

Simetris antara kiri dan kanan

Nadi : 80 kali/ menit dengan frekuensi

yang teratur.

Tekanan Darah : 130/ 80 mmHg.

7) Perkusi pada abdomen terdengar pekak

8) Pemeriksaan penunjang : lab.

h.Harapan keluarga

Keluarga mengharapkan adanya suatu informasi dari petugas kesehatan tentang masalah kesehatan yang ada dalam keluarganya dan alternatif pemecahan masalah yang terbaik yang harus di lakukan oleh keluarga.

B. Analisa Data

No.

Analisa Data

Problem

Etiologi

1.

2.

DS: pasien mengatakan bahwa dia takut dengan penyakit yang diderita serta pasien juga tidak tahu apa yang harus dilakukan.

DO: pasien tampak cemas dan gelisah, pasien tampak tidak mempunyai motivasi.

DS:Pasien mengatakan bahwa badannya lemah dan panas

DO: Nadi: 80 x/ menit, Suhu: 38,5 º C, Pernapasan: 24 x/ menit, Tekanan rah: 130/80 mmHg.

Cemas

Panas

Kurangnya pengetahuan keluarga

Proses Infeksi

C. Diagnosa

1. Cemas pada Tn. T di keluarga Tn. T berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga terkait penyakit Flu Burung.

2. Panas berhubungan dengan proses infeksi

D. Prioritas Masalah

1. Cemas pada Tn. T di keluarga Tn. T berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga terkait penyakit Flu Burung.

Sifat Masalah

Ancaman kesehatan

Kemungkinan masalah dapat diubah : sebagian

Potensial masalah dapat dicegah : cukup

Menonjolnya masalah : masalah harus segera ditangani 3/3 x 1

Merupakan ancaman karena bila hal tersebut dibiarkan terus dapat mengancam dan menyebabkan gangguan kesehatan. Dengan diberikannya pengarahan pada salah satu anggota keluarga, masalah dapat diubah tetapi memerlukan proses. Dengan memeerhatikan pengarahan, potensial masalah cukup untuk dapat dicegah. Keluarga tahu bahwa anggota keluarganya terdiagnosa penyakit Flu Burung maka perlu segera ditangani.

2. Panas berhubungan dengan proses infeksi

Sifat Masalah

Ancaman kesehatan

Kemungkinan masalah dapat diubah : sebagian

Potensial masalah dapat dicegah : cukup

Menonjolnya masalah : masalah perlu segera ditangani 3/3 x 1

Merupakan suatu kondisi ancaman dimana salah satu anggota keluarga telah terdiagnosa penyakit Flu Burung dan mengalami gangguan rasa nyaman: Panas. Walaupun dengan pengarahan tentang panas untuk penderita kemungkinan untuk diubah sebagian karena proses infeksi. Dengan memperhatikan pengarahan, masalah untuk dicegah cukup. Keluarga tahu bahwa anggota keluarganya terdiagnosa penyakit Flu Burung maka perlu segera ditangani.

Berdasarkan diatas, maka prioritas diagnosa keperawatan pada keluarga Tn. F adalah sebagai berikut:

a. Cemas pada Tn. F di keluarga Tn. F berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga terkait penyakit Flu Burung, ditandai dengan keluarga mengetahui bahwa Tn. F menderita penyakit Flu Burung, tetapi belum mengetahui mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit Stroke baik sifat, penyebab, komplikasi, prognosa, cara perawatan dan diet pada penderita penyakit Flu burung (Tn. F).

b. Panas berhubungan dengan proses infeksi

Diagnosa Keperawatan I:

Tujuan khusus:

1. Keluarga dapat menjelaskan pengertian Flu burung

2. Keluarga dapat menyebutkan tanda dan gejala Flu Burung

3. Keluarga dapat menyebutkan faktor penyebab Flu Burung

4. Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat mengenai penatalaksanaan Flu Burung.

Tujuan Umum:

Setelah dilakukan penyuluhan keluarga mengetahui tentang penyakit Flu Burung.

Berikan Pendidikan kesehatan mengenai:

a.Pengertian Flu Burung

b.Tanda dan gejala Flu Burung

c.Faktor penyebab Flu Burung

d.Penatalaksanaan pada Penderita Flu burung.

Diagnosa Keperawatan 2:

Tujuan khusus:

Panas badan turun, proses infeksi tidak terjadi.

Tujuan Umum:

Setelah dilakukan penyuluhan keluarga mampu mengambil keputusan untuk memberikan penatalaksanaan yang tepat pada penderita Flu Burung:

1. Berikan Pendidikan kesehatan mengenai: Cara penatalaksanaan pada penderita Flu Burung.

2. Ajarkan keluarga untuk mengompres badan pasien yang baik dan benar dalam rangka usaha menurunkan demam.

BAB XVIII

ASUHAN KEPERAWATAN INDIVIDU

PADA PASIEN GERIATRI

A. Pengkajian

1. Biodata

Nama : Tn. G

Umur : 70 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pendidikan : SR

Pekerjaan : Pensiunan

Alamat : Klirong RT. 01, RW. I, Klirong.

2. Biodata penanggung jawab

Nama : Ny. W

Umur : 35 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Klirong RT. 01, RW. I, Klirong

Hubungan keluarga : Anak

3. Keluhan Utama

Badan terasa lemas

4. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RSUD Kebumen pada hari Kamis,tanggal 31 Desember 2009 jam. 10.00 WIB dengan keluhan badan terasa lemas. Di IGD pasien diperiksa Tekanan darah: 150/ 90 mmHg, Nadi: 88 x/ menit, pernapasan: 24 x/ menit, Suhu: 37,5 º C. Oleh keluarga pasien langsung dibawa ke RSUD Kebumen.

5. Riwayat penyakit Dahulu

Pasien pernah mengalami sakit yang sama sejak 1 tahun yang lalu dan pernah opname di RSUD Kebumen selama 1 minggu.

6. Riwayat Penyakit Keluarga

Anggota keluarga belum pernah ada yang menderita sakit seperti Tn. G

7. Status Nutrisi

Pasien tidak pernah melakukan pengaturan diet pada makanan sehari-harinya, pasien menyukai makanan yang berminyak dan berlemak.

8. Status Kulit dan membrane Mukosa

Tidak ada tanda-tanda lesi, ulserasi atau infeksi pada tubuhnya. Rongga mulut tidak ada kelainan. Daerah perianal tidak ada kelainan.

9. Status respiratorius

Pasien tidak mengeluh batuk, sesak napas dan nyeri dada. Pada pemeriksaan napas paru, tidak ada kelainan. Jantung ada cardiomegali.

10. Status neurologis

Kesadaran pasien compos mentis, orientasi terhadap orang, waktu dan tempat baik, ingatan baik. Pasien mengeluh merasa lemas pada semua ekstremitas, merasa mudah lelah.

11. Status cairan dan elektrolit

Turgor kulit pasien baik, intake dan output cairan baik. Minum sehari ± 8 gelas sehari, BAK 6 x sehari, BAB 1x sehari.

12. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan pasien masih kurang dengan informasi penyakit geriatri. Pasien merasa cemas dan bingung dengan penyakitnya sekarang.

11. Analisa Data

DS : - Pasien mengeluh merasa lemas pada semua ekstremitas, merasa mudah lelah.

DO : Tekanan darah: 150/ 90 mmHg, Nadi: 88 x/ menit, pernapasan: 24 x/ menit, Suhu: 37,5 º C.

Hasil LAB :

- Hb 11 gr/dl

- Leukosit 20.000/uL

- Trombosit 160.000/uL

- LED 30 mm

- Na 98 mmoL/L

- K 2,8 mmol/L

- Cl 110 mmol/L

2. Diagnosa keperawatan

1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan degenerasi pada musculoskeletal ditandai dengan Pasien mengeluh merasa lemas pada semua ekstremitas, merasa mudah lelah.

2. Cemas berhubungan dengan belum mengetahui tentang penyakit Geriatri ditandai dengan cemas dengan keadaan penyakitnya

3. Analisa data

No

Data

Etiologi

Masalah

1

DS: Pasien mengeluh merasa lemas pada semua ekstremitas, merasa mudah lelah.

Cemas dengan keadaan penyakitnya

DO : Tekanan darah: 150/ 90 mmHg, Nadi: 88 x/ menit, pernapasan: 24 x/ menit, Suhu: 37,5 º C.

Hasil LAB :

- Hb 11 gr/dl

- Leukosit 20.000/uL

- Trombosit 160.000/uL

- LED 30 mm

- Na 98 mmoL/L

- K 2,8 mmol/L

- Cl 110 mmol/L

Proses degenerasi pada muskuloskeletal

Gangguan mobilitas fisik

2

DS : Cemas dengan keadaan penyakitnya

DO : Tekanan darah: 150/ 90 mmHg, Nadi: 88 x/ menit, pernapasan: 24 x/ menit, Suhu: 37,5 º C.

belum mengetahui tentang penyakit Stroke

Cemas

Rencana asuhan keperawatan

Diagnosa : Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan degenerasi pada musculoskeletal ditandai dengan Pasien mengeluh merasa lemas pada semua ekstremitas, merasa mudah lelah.

Tujuan: mengurangi gangguan mobilitas fisik.

Kriteria hasil: pasien dapat memenuhi kebutuhannya dengan keterbatasan fisiknya,

Intervensi

Rasional

Mandiri

- Lakukan penilaian tingkat gangguan mobilitas fisiknya

- Lakukan latihan fisoterapi setiap hari.

- Berikan informasi tentang penyakit Stroke dan Penatalaksanaanya.

Kolaborasi

1.Berikan obat-obatan sesuai indikasi : penenang dan lain-lain.

2.Pantau hasil pemeriksaan laboratorium.

.

- Mengalami pengurangan dalam gangguan mobilitas fisik.

- Dapat melakukan latihan dan pergerakan pada anggota badannya yang lemah.

Dx : Cemas berhubungan dengan belum mengetahui tentang penyakit Stroke ditandai dengan cemas dengan keadaan penyakitnya

Tujuan : Pasien dan keluarga memahami tentang Penyakit Geriatri dan cara-cara penatalaksanaannya

Kriteria hasil: Melaporkan peningkatan pemahaman tentang penyakit Geriatri serta turut berpartisipasi sebanyak mungkin dalam kegiatan keperawatan mandiri.

Intervensi

Rasional

Mandiri

- Beritahukan kepada keluarga dan sahabat-sahabat pasien tentang Penyakit Geriatri. Bicarakan masalah ketakutan dan kesalahpahaman dengan seksama.

Kolaborasi

  • Kolaborasikan dengan Psikolog

Dengan keluarga pasien mengetahui tentang Penyakit geriatri diharapkan dapat ikut membantu dalam memenuhi kebutuhan pasien dan anggota keluarga yang lain.

Evaluasi

1. Mengalami pengurangan gangguan mobilitas fisik.

2. Melaporkan peningkatan pemahaman tentang penyakit Stroke serta turut berpartisipasi sebanyak mungkin dalam kegiatan keperawatan mandiri.

BAB XIX

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PADA PASIEN GERIATRI

B. Pengkajian

a. Data Umum

Nama KK : Tn. G

Alamat : Klirong RT. 01, RW. I, Klirong,

Pekerjaan : Pensiunan

Pendidikan : SR

Komposisi Keluarga :

1. Tn. G, Laki-laki, Kepala Keluarga, 70 tahun, SR.

2. Ny. W, Perempuan, Anak, 35 tahun, SMA.

3. Tn. L, Laki-laki, Menantu, 37 tahun, PNS, 1 rumah.

Tipe keluarga: Nuclear Family

Suku bangsa: Keluarga Tn. G termasuk suku bangsa Jawa

Agama : semua anggota keluarga menganut agama Islam

b. Status Sosial Ekonomi Keluarga:

Dalam keluarga ini yang bekerja yaitu Tn. L sebagai PNS dengan penghasilan kurang lebih Rp. 1.800.000,-/ bulan dan Ny. W sebagai ibu rumah tangga, setiap bulan juga keluarga menerima gaji pensiunan Tn. G, barang yang dimiliki TV berwarna 14 inchi, meja kursi, 3 buah tempat tidur, 1 buah sepeda motor.

c. Aktifitas Rekreasi Keluarga:

Keluarga Tn. G kadang-kadang mempunyai waktu tersendiri untuk pergi ke tempat rekreasi. Untuk rekreasi setiap hari adalah dengan berjalan-jalan di luar rumah.

d. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Keluarga ini terdiri dari 1 orang kepala keluarga, 1 orang anak dan 1 orang menantu berusia 35 tahun, menantu berusia 37 tahun, Istri Tn. G meninggal 2 tahun yang lalu, tahap perkembangan yang terpenuhi.

Keluarga Tn G dapat mempertahankan hubungan sehat dalam keluarga

Keluarga Tn. G mampu mempertahankan keintiman komunikasi yang kondusif.

2) Riwayat Keluarga Inti

Dalam keluarga Tn. G tidak terdapat riwayat penyakit keturunan.

Tn.G, Ny. W dan Tn. L tidak menderita penyakit menular dan kronis namun perhatian dan pengetahuan terhadap kesehatan kurang karena sibuk dengan aktifitas pekerjaannya.

Saat dilakukan pengkajian pada Ny. W dan Tn. L tidak menderita penyakit apapun.

e. Pengkajian Lingkungan

1) Karakteristik lingkungan rumah

Status kepemilikan rumah milik sendiri. Lantai rumah sudah lantai, jendela rumah ada 5 buah terletak pada tiap kamar, dinding rumah terbuat dari batu bata dengan ukuran luas rumah 13 x 10 m/ segi, rumah agak rapat dengan tetangga, keadaan lingkungan rumah bersih, keadaan udara di dalam rumah cukup, kamar mandi dan jamban di dalam rumah, jenis air minum yang digunakan adalah dari air sumur, jarak antara sumur dengan jamban pembuangan 15 meter.

2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Keluarga Tn. G merupakan keluarga pendatang. Hubungan dengan tetangga berlangsung baik, namun keluarga sering terlibat dalam kegiatan yang diselenggarakan di lingkungannya misalnya pada kebiasaan budaya setempat membantu tetangga yang punya hajat.

3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Sejak pernikahan keluarga tidak pernah berpisah dan mereka hidup dalam 1 rumah, kunjungan ke rumah keluarga sangat jarang, terutama hanya bila ada acara keluarga saja.

f. Sistem pendukung keluarga

Ny. W , dan Tn. L secara umum dalam keadaan sehat.

g. Struktur keluarga

1) Pola komunikasi keluarga

Pola komunikasi dalam keluarga Tn. G berlangsung baik karena Tn. G memperhatikan keluarga, selain itu Tn. G juga tidak memaksakan kehendaknya kepada anak dan menantunya yang dalam keluarga ini kepala keluarga mengambil keputusan berdasarkan musyawarah dengan anggota keluarga.

2) Struktur kekuatan keluarga

Keluarga responsif terhadap kegiatan yang dilakukan oleh lingkungannya, warga sekitar memaklumi pekerjaan sehari-hari Tn G yang sibuk.

3) Struktur peran.

Masing-masing anggota keluarga berperilaku kurang sesuai dengan perannya.

Tn. L sebagai PNS dapat memenuhi kebutuhan keluarga.

Ny. W sebagai ibu rumah tangga dan patuh kepada suaminya dan orang tuanya.

4) Nilai atau norma keluarga

Apabila anggota keluarga ada yang sakit, langsung dibawa ke Rumah Sakit terdekat.

h. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif

Dalam keluarga ini tercipta sikap saling menghargai karena dari suami tidak memaksakan kehendaknya kepada istri dan anak-anaknya serta kepala keluarga bisa menerima pendapat dari anggota keluarganya.

2) Fungsi spesialisasi

Secara umum, interaksi atau hubungan dalam keluarga baik.

3) Fungsi Perawatan Kesehatan

a. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

Keluarga mampu mencukupi kebutuhan nutrisi dengan makanan yang bergizi.

b. Pemenuhan Kebutuhan Pakaian

Keluarga mampu mencukupi kebutuhan pakaian pada seluruh anggota keluarga meskipun sederhana.

c. Kemampuan Keluarga Mengenal Masalah Kesehatan

Keluarga sampai saat ini masih kurang tahu tentang penyebab dan faktor yang mempengaruhi penyakit Flu Burung.

d. Kemampuan Keluarga Dalam Mengambil Keputusan

Keluarga tidak bisa mengambil keputusan yang tepat untuk merawat anggota keluarga (Tn. G).

e. Kemampuan Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga Yang Sakit.

Keluarga mampu memberikan perawatan yang sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh anggota keluarga yang menderita (Tn. G)

h. Kemampuan Keluarga Memelihara Lingkungan Rumah Yang Sehat.

Keluarga mengetahui tentang pentingnya cara menjaga kebersihan lingkungan rumahnya, terbukti keadaan rumahnya cukup bersih dan rapi terutama kandang unggas/ ayamnya.

i. Kemampuan Keluarga Dalam Menggunakan fasilitas Kesehatan di Masyarakat.

Keluarga sudah menggunakan fasilitas kesehatan yang ada tetapi ti dak secara maksimal.

4) Fungsi reproduksi

Keluarga Tn. G telah menjalankan fungsinya dengan baik yaitu mempunyai seorang orang anak.

5) Fungsi Ekonomi

Dalam keluarga Tn. G dengan gaji pensiunan setiap bulan dan gaji anak menantunya, keluarga merasa cukup dalam memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan untuk anggota keluarga.

f.Stress dan Koping

Keluarga Tn. G saat menghadapi masalah terkadang tidak dapat menyelesaikannya secara tuntas dengan keputusan yang diambil oleh musyawarah keluarga.

g.Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan hanya pada anggota keluarga yang sakit atau Tn. G , hasil sebagai berikut:

1) Inspeksi

Keadaan Umum : baik

Postur tubuh : sedang

Kesadaran : Komposmentis

TB/ BB : 163 cm/ 60 kg

Kepala : normal

Leher/ dada :normal, batuk dan nyeri tenggorokan.

Abdomen : normal

Ekstremitas : tidak ada luka, gerak motorik lemah, lemah pada ekstremitas, tidak ada oedema.

2) Palpasi

Kepala : tidak ada benjolan atau kelainan

Leher : tidak ada pembengkakan pada thyroid dan vena jugularis normal

Abdomen : tidak ada pembesaran hepar

Tidak teraba adanya massa

Ekstremitas : ekstremitas bawah tidak ada oedem

Simetris antara kiri dan kanan

Nadi : 80 kali/ menit dengan frekuensi

yang teratur.

Tekanan Darah : 130/ 80 mmHg.

3) Perkusi pada abdomen terdengar pekak

4) Pemeriksaan penunjang : lab.

h.Harapan keluarga

Keluarga mengharapkan adanya suatu informasi dari petugas kesehatan tentang masalah kesehatan yang ada dalam keluarganya dan alternatif pemecahan masalah yang terbaik yang harus di lakukan oleh keluarga.

B. Analisa Data

No.

Analisa Data

Problem

Etiologi

1.

2.

DS: pasien mengatakan bahwa dia takut dengan penyakit yang diderita serta pasien juga tidak tahu apa yang harus dilakukan.

DO: pasien tampak cemas dan gelisah, pasien tampak tidak mempunyai motivasi.

DS:Pasien mengatakan bahwa badannya lemah dan panas

DO: Nadi: 80 x/ menit, Suhu: 37,5 º C, Pernapasan: 24 x/ menit, Tekanan darah: 130/80 mmHg.

Cemas

Gangguan mobilitas fisik

Kurangnya pengetahuan keluarga

Proses regenerasi musculoskeletal.

C. Diagnosa

1. Cemas pada Tn. G di keluarga Tn. G berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga terkait penyakit geriatri.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan proses regenerasi muskuloskeletal

D. Prioritas Masalah

1. Cemas pada Tn. G di keluarga Tn. G berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga terkait penyakit geriatri.

Sifat Masalah

Ancaman kesehatan

Kemungkinan masalah dapat diubah : sebagian

Potensial masalah dapat dicegah : cukup

Menonjolnya masalah : masalah harus segera ditangani 3/3 x 1

Merupakan ancaman karena bila hal tersebut dibiarkan terus dapat mengancam dan menyebabkan gangguan kesehatan. Dengan diberikannya pengarahan pada salah satu anggota keluarga, masalah dapat diubah tetapi memerlukan proses. Dengan memeperhatikan pengarahan, potensial masalah cukup untuk dapat dicegah. Keluarga tahu bahwa anggota keluarganya terdiagnosa penyakit Geriatri.

2.Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan proses regenerasi musculoskeletal.

Sifat Masalah

Ancaman kesehatan

Kemungkinan masalah dapat diubah : sebagian

Potensial masalah dapat dicegah : cukup

Menonjolnya masalah : masalah perlu segera ditangani 3/3 x 1

Merupakan suatu kondisi ancaman dimana salah satu anggota keluarga telah terdiagnosa penyakit geriatri dan mengalami gangguan mobilitas fisik. Walaupun dengan pengarahan tentang aktifitas fisik untuk penderita kemungkinan untuk diubah sebagian karena proses degenerasi. Dengan memperhatikan pengarahan, masalah untuk dicegah cukup. Keluarga tahu bahwa anggota keluarganya terdiagnosa penyakit Geriatri maka perlu segera ditangani.

Berdasarkan diatas, maka prioritas diagnosa keperawatan pada keluarga Tn. F adalah sebagai berikut:

a. Cemas pada Tn. G di keluarga Tn. G berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga terkait penyakit Geriatri, ditandai dengan keluarga mengetahui bahwa Tn. G menderita penyakit Geriatri, tetapi belum mengetahui mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit Geriatri baik sifat, penyebab, komplikasi, prognosa, cara perawatan dan diet pada penderita penyakit geriatri (Tn. G).

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan proses regenerasi musculoskeletal.

Diagnosa Keperawatan I:

Tujuan khusus:

1. Keluarga dapat menjelaskan pengertian Geriatri

2. Keluarga dapat menyebutkan tanda dan gejala geriatri

3. Keluarga dapat menyebutkan faktor penyebab geriatri

4. Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat mengenai penatalaksanaan geriatri.

Tujuan Umum:

Setelah dilakukan penyuluhan keluarga mengetahui tentang penyakit Geriatri

Berikan Pendidikan kesehatan mengenai:

a.Pengertian Geriatri

b.Tanda dan gejala Geriatri

c.Faktor penyebab Geriatri

d.Penatalaksanaan pada Penderita Geriatri

Diagnosa Keperawatan 2:

Tujuan khusus:

Mobilitas fisik dapat dilakukan

Tujuan Umum:

Setelah dilakukan penyuluhan keluarga mampu membantu Tn. G dalam mobilitas fisiknya.

1. Berikan Pendidikan kesehatan mengenai: pentingnya mobilitas fisik yang ringan bagi pasien geriatric.

2. Ajarkan keluarga untuk membantu Tn. G dalam membantu aktifitas dan mobilitas fisiknya.

BAB XX

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DEMAM BERDARAH DENGUE ( DBD )

A. PENGERTIAN

Dengue adalah penyakit virus didaerah tropis yang ditularkan oleh nyamuk dan ditandai dengan demam, nyeri kepala, nyeri pada tungkai, dan ruam (Brooker, 2001).

Demam dengue/dengue fever adalah penyakit yang terutama pada anak, remaja, atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot, atau sendi yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam (rash) dan limfadenophati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakkan bola mata, rasa menyecap yang terganggu, trombositopenia ringan, dan bintik-bintik perdarahan (ptekie) spontan (Noer, dkk, 1999).

Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Suriadi & Yuliani, 2001).

B. ETIOLOGI

Gigitan nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue (sejenis arbovirus).

C. FATOFISIOLOGI

Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus-antibody, dalam asirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen (Suriadi & Yuliani, 2001).

Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama kali menyebabkandemam dengue. Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila seseorang mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Dan DHF dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen-antibodi (kompleks virus-antibodi) yang tinggi (Noer, dkk, 1999).

D. MANIFESTASI KLINIS

Demam tinggi 5-7 hari.

Perdarahan, terutama perdarahan bawah kulit ; ptekie, ekhimosis, hematoma.

Epistaksis, hematemesis, melena, hematuria.

Mual, muntah, tidak ada napsu makan, diare, konstipasi.

Nyeri otot, tulang dan sendi, abdomen dan ulu hati.

Sakit kepala.

Pembengkakan sekitar mata.

Pembesaran hati, limpa dan kelenjar getah bening.

Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary reffil time lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).

E. KLASIFIKASI

WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :

Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.

Derajat II : Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.

Derajat III : Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (>120x/mnt ) tekanan nadi sempit (120 mmHg), tekanan darah menurun, (120/80 , 120/100 , 120/110, 90/70, 80/70, 80/0, 0/0)

Derajat IV : Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung 140x/mnt) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Minum banyak 1,5 liter – 2 liter/24 jam (dengan air teh, gula, susu).

Antipiretik jika terdapat demam.

antikonvulsan jika terdapat kejang.

Pemberian cairan melalui infus, dilakukan jika pasien mengalami kesulitan minum dan nilai hematokrit cenderung meningkat.

MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas

DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak, remaja dan dewasa (Effendy, 1995).

2. Keluhan Utama

Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.

3. Riwayat penyakit sekarang

Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun.

4. Riwayat penyakit terdahulu

Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.

5. Riwayat penyakit keluarga

Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.

6. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.

7. Riwayat Tumbuh Kembang

8. Pengkajian Per Sistem

Sistem Pernapasan

Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.

Sistem Persyarafan

Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat trjadi DSS

Sistem Cardiovaskuler

Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

Sistem Pencernaan

Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.

Sistem perkemihan

Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.

Sistem Integumen.

Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.

2. Resiko defisit cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

3. Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

4. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.

5. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan darah (trombositopeni).

6. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi anak.

7. Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit, prognosis, efek prosedur, dan perawatan anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat informasi.

C. Rencana Asuhan Keperawatan.

DP 1 : Hipertermie berhubungan dengan proses infeksi virus dengue

Tujuan : Suhu tubuh normal

Kriteria : - Suhu tubuh antara 36 – 37

- Nyeri otot hilang

Intervensi :

a. Kaji suhu tubuh pasien

Rasional : mengetahui peningkatan suhu tubuh, memudahkan intervensi

b. Beri kompres air hangat

Rasional : mengurangi panas dengan pemindahan panas secara konduksi. Air hangat mengontrol pemindahan panas secara perlahan tanpa menyebabkan hipotermi atau menggigil.

c. Berikan/anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari (sesuai toleransi)

Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.

d. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat

Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.

e. Observasi intake dan output, tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah) tiap 3 jam sekali atau sesuai indikasi

Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.

f. Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai program.

Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat khususnya untuk menurunkan panas tubuh pasien.

DP 2 : Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

Tujuan : Tidak terjadi defisit voume cairan

Kriteria : - Input dan output seimbang

- Vital sign dalam batas normal

- Tidak ada tanda presyok

- Akral hangat

- Capilarry refill < 2 detik

Intervensi :

a. Awasi vital sign tiap 3 jam/sesuai indikasi

Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan intravaskuler

b. Observasi capillary Refill

Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer

c. Observasi intake dan output. Catat warna urine / konsentrasi, BJ

Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi.

d. Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi )

Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh peroral

e. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena

Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah terjadinya hipovolemic syok.

DP 3 : Resiko Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik

Kriteria : - Tanda Vital dalam batas normal

Intervensi :

a. Monitor keadaan umum pasien

Rasional ; Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terdi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok /syok.

b. Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih

Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi presyok / syok.

c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi perdarahan

Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan.

d. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena

Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat.

e. Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombosit

Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.

DP 4 : Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.

Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi

Kriteria : - Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

- Menunjukkan berat badan yang seimbang.

Intervensi :

a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai

Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi

b. Observasi dan catat masukan makanan pasien

Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan

c. Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan)

Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi.

d. Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan

Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster.

e. Berikan dan Bantu oral hygiene.

Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral

f. Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas.

Rasional : Menurunkan distensi dan iritasi gaster.

DP 5 : Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan darah (trombositopeni)

Tujuan : Tidak terjadi perdarahan

Kriteria : - TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat

- Tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut, trombosit meningkat.

Intervensi :

a. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis.

Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike.

b. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat ( bedrest )

Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.

c. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda perdarahan seperti : hematemesis, melena, epistaksis.

Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk penanganan dini bila terjadi perdarahan.

d. Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah.

Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.

e. Kolaborasi, monitor trombosit setiap hari

Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami pasien.

DP 6 : Kecemasan orangtua berhubungan dengan kondisi anak.

Tujuan : ansietas berkurang/terkontrol.

Kriteria : - klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.

- tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan.

a. Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.

Rasional : memudahkan intervensi.

b. Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi ansietas di masa lalu.

Rasional : mempertahankan mekanisme koping adaftif, meningkatkan kemampuan mengontrol ansietas.

c. Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.

Rasional : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk mengeksternalisasikan kecemasan yang dirasakan.

d. Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapan-harapan yang positif terhadap terapy yang di jalani.

Rasional : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan.

e. Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas sehari-hari meskipun dalam keadaan cemas.

Rasional : menciptakan rasa percaya dalam diri pasien bahwa dirinya mampu mengatasi masalahnya dan memberi keyakinan pada diri sendri yang dibuktikan dengan pengakuan orang lain atas kemampuannya.

f. Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.

Rasional : menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.

g. Sediakan informasi factual (nyata dan benar) kepada pasien dan keluarga menyangkut diagnosis, perawatan dan prognosis.

Rasional : meningkatkan pengetahuan, mengurangi kecemasan.

h. Kolaborasi pemberian obat anti ansietas.

Rasional : mengurangi ansietas sesuai kebutuhan.

DP 7 : Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit, prognosis, efek prosedur, dan perawatan anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat informasi.

Tujuan : orang tua mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.

Kriteria : - melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.

- memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.

a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.

Rasional : mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.

b. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.

Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.

c. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.

Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.

d. Anjurkan keluarga untuk memperhatikan perawatan diri dan lingkungan bagi anggota keluarga yang sakit. Lakukan/demonstrasikan teknik perawatan diri dan lingkungan klien.

Rasional : perawatan diri (mandi, toileting, berpakaian/berdandan) dan kebersihan lingkungan penting untuk menciptakan perasaan nyaman/rileks klien sakit.

e. Minta klien/keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.

Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.

D. Evaluasi

1. Suhu tubuh normal

2. Tidak terjadi devisit volume cairan

3. Tidak terjadi syok hipovolemik

4. Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi

5. Tidak terjadi perdarahan

6. Ansietas berkurang/terkontrol

7. orang tua memahami tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz Alimul A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak jilid.2. Salemba Medika : Jakarta

Nasrul, Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta

Noer, Sjaifoellah dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.

Suriadi & Yuliani, Rita. 2001. Buku Pegangan Praktek Klinik : Asuhan Keperawatan pada Anak. Sagung Seto : Jakarta

BAB XXI

ASUHAN KEPERAWATAN DI KOMUNITAS

A. Pengkajian

1. Data Umum

a. Lokasi

Letak: Ibukota Kecamatan Klirong terletak pada 7 º - 8 º LS, 109º – 110º BT. Berbatasan di sebelah barat dengan Kecamatan Petanahan, disebel;ah Timur dengan Kecamatan Buluspesantren, di sebelah Utara dengan Kecamatan Pejagoan dan di sebelah Selatan dengan Samudera Indonesia.

b. Luas Wilayah

Luas wilayah Kecamatan : 4325 Ha, 43,25 Km

Tanah sawah : 1313 Ha

Tanah kering : 3012 Ha

2. Data Khusus

a. Data Kultural

1. Jumlah penduduk 54.730 dengan kepadatan 1.265 jiwa/ Km2.

Laki-laki berjumlah 27.931 jiwa dan Perempuan 26.799 jiwa.

2. Beragama Islam berjumlah 54.095, Kristen Protestan berjumlah 577 jiwa, beragama Katolik 52 jiwa. Budha berjumlah 2 jiwa dan kepercayaan lainnya berjumlah 4 jiwa.

3. Pendidikan penduduk Kecamatan Klirong adalah:

-S1 berjumlah 345 orang

-Diploma berjumlah 1.165 orang

-SLTA/ MA berjumlah 4.655 orang

-SLTP/ MTs berjumlah 5.403 orang.

-SD/ MI berjumlah 6.996 orang

-Tidak/ belum tamat SD berjumlah 3.318 orang

Tidak/ belum pernah sekolah berjumlah 2.471 orang.

b. Data kesehatan

1. Jumlah Kelahiran hidup adalah 442 orang, lahir mati berjumlah 2 orang.

2. Jumlah kematian ibu maternal adalah jumlah lahir hidup 409 orang di Kabupaten Kebumen sedangkan di Kecamatan Klirong kematian ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas tidak ada.

3. Jumlah Pneumoni Balita yang ditemukan dan ditangani adalah 124 balita dari 2.033 balita yang ada (60,99 %).

4. Jumlah kasus HIV/ AIDS yang ditangani dan diobati berjumlah 2 orang, Infeksi Menular Seksual 16 orang, kasus DBD 16 orang dan kematian dan penanganan diare balita 1 orang.

5. Jumlah Kasus angka kesakitan Penyakit Menular Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) adalah tidak ada.

6. Jumlah cakupan kunjungan neonatus KN2 adalah 385 orang (94,13 %), kunjungan 385 orang (2,08 %), jumlah lahir hidup 409 orang, BBLR 8 orang (32,72 %), BBLR ditangani 8 orang (100 %).

7. Jumlah balita yang ada berjumlah 2.090 balita, ditimbang 1.593 balita (76,22 %), BB naik 1.319 balita (82,80 %), BGM 8 balita (0,5 %), Gizi buruk 8 balita (0,5 %)

8. Jumlah ibu hamil 451 orang, kunjungan K1 402 orang (89 %), Kunjungan K4 berjumlah 375 orang (83,15 %), jumlah ibu bersalin 409 orang, yang ditolong tenaga kesehatan 385 orang (94,13 %).

9. Jumlah PUS 4.356 orang, peserta KB baru 596 orang (13,68 %), peserta KB aktif 3.534 orang (81,13 %).

10. Jumlah bayi 531 orang, bayi yang diimunisasi lengkap berjumlah 85,69 % dengan DO 290.097 %.

11. Jumlah ibu hamil yang mendapat Fe1 adalah 412 orang (91,35 %), Fe3 berjumlah 399 orang (88,47 %), jumlah ibu yang mendapat vitamin A adalah 385 orang (94,13 %).

12. Jumlah cakupan pelayanan kesehatan Pra Usila dari 5.298 orang yang dilayani kesehatan berjumlah 1.003 orang (18,93 %), Usila umur 60 tahun ke atas berjumlah 4.065 orang yang dilayani kesehatan 1.076 (26,47 %).

13. Jumlah kasus penyakit tidak menular adlah Diabetes mellitus berjumlah 68 orang, Decompensasi Cordis 57 orang, Hipertensi Essensial 239 orang dan Stroke 6 orang.

2.Analisa Data

No.

Data

Masalah

Penyebab

1.

2.

3.

Jumlah kasus HIV/ AIDS yang ditangani dan diobati berjumlah 2 orang, Infeksi Menular Seksual 16 orang

Jumlah kasus penyakit tidak menular adlah Diabetes mellitus berjumlah 68 orang, Decompensasi Cordis 57 orang, Hipertensi Essensial 239 orang dan Stroke 6 orang.

Usila umur 60 tahun ke atas berjumlah 4.065 yang dilayani kesehatan 1.076 (26,47 %).

Resiko tinggi terjadi penularan HIV/ AIDS

Kurangnya pengetahuan

Tingginya angka Usila

Kurangnya pengetahuan masyarakat

Kurangnya informasi yang mendukung

Kurangnya pelayanan kesehatan Usila

4. Diagnosa Keperawatan

1.Resiko tinggi terjadi penularan HIV/ AIDS berhubungan dengan Kurangnya pengetahuan masyarakat ditandai dengan Jumlah kasus HIV/ AIDS yang ditangani dan diobati berjumlah 2 orang, Infeksi Menular Seksual 16 orang.

2. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan Kurangnya informasi yang mendukung ditandai dengan penyakit tidak menular adlah Diabetes mellitus berjumlah 68 orang, Decompensasi Cordis 57 orang, Hipertensi Essensial 239 orang dan Stroke 6 orang.

3. Tingginya angka Usila berhubungan dengan Kurangnya pelayanan kesehatan Usila ditandai dengan Usila umur 60 tahun ke atas berjumlah 4.065 yang dilayani kesehatan 1.076 (26,47 %).

5. Perencanaan Tindakan Keperawatan

a. Rencana Tujuan

- masyarakat menjadi tahu mengenai informasi Penyakit, penanggulangan dan penatalaksanaan HIV/ AIDS.

- masyarakat menjadi tahu mengenai informasi Penyakit, penanggulangan dan penatalaksanaan Stroke.

- masyarakat dapat memanfaatkan secara maksimal pelayanan kesehatan Usila di wilayahnya.

b. Rencana Tindakan

- Diagnosa keperawatan 1:

√ memberikan penyuluhan kesehatan masyarakat dengan topik Pencegahan penyakit HIV/ AIDS sebanyak 4 kali seminggu di Balai Desa.

√ Pendekatan terhadap tokoh-tokoh masyarakat formal dan informal untuk menggalang dukungan.

√ Libatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam menanggulani Penyakit HIV/ AIDS.

√ Kerjasama dengan instansi terkait untuk mendirikan Klinik AIDS di Puskesmas setempat.

Diagnosa Keperawatan 2:

√ memberikan penyuluhan kesehatan masyarakat dengan topik Pencegahan penyakit Stroke sebanyak 4 kali seminggu di Balai Desa.

√ Pendekatan terhadap tokoh-tokoh masyarakat formal dan informal untuk menggalang dukungan.

√ Libatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam menanggulani Penyakit Stroke.

√ Kerjasama dengan instansi terkait untuk mendirikan Klinik Stroke di Puskesmas setempat.

Diagnosa Keperawatan 3:

√ memberikan penyuluhan kesehatan masyarakat dengan topik S sebanyak 4 kali semingguehat di saat Usila di Balai Desa.

√ Pendekatan terhadap tokoh-tokoh masyarakat formal dan informal untuk menggalang dukungan.

√ Libatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam mengatasi Penyakit di saat Usila.

√ Kerjasama dengan instansi terkait untuk mendirikan Klinik Lansia di Puskesmas setempat.

5. Evaluasi

- masyarakat menjadi tahu mengenai informasi Penyakit, penanggulangan dan penatalaksanaan HIV/ AIDS.

- masyarakat menjadi tahu mengenai informasi Penyakit, penanggulangan dan penatalaksanaan Stroke.

- masyarakat dapat memanfaatkan secara maksimal pelayanan kesehatan Usila di wilayahnya.

1.