Halaman

Selasa, 01 September 2009

Tuberculosis Belum Mati

Peringatan Hari Tuberculosis Sedunia (TB) Sedunia tahun 2009 mengambil tema "I am stopping TB" yang diindonesiakan "Ayo Berantas Tuntas TB". Tema ini diluncurkan pada ajhir 2007 di Cape Town oleh Stop TB Global sebagai upaya menyadarkan masyarakat dunia tentanfg bahaya TB yang masih mengancam.
Mycobacterium Tuberculosis, bakteri penyebab Tuberculosis (TB)yang ditemukan oleh Robert Koch pada 24 Maret 1882 belumlah mati. Hingga hari ini, ancaman TB masih terus diwaspadai, terutama di negara-negara tropis sedang berkembang seperti Indonesia.
Sejauh ini, penanggulangan TB di Indonesia menerapkan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse). Mulai diterapkan tahun 1995, strategi DOTS adalah strategi yang direkomendasikan WHO untuk menanggulangi TB. Di Indonesia, strategi ini dilaksanakan oleh Puskesmas yang memiliki jangkauan relatif paling luas dibandingkan unit pelayanan kesehatan lainnya(klinik swasta, rumah sakit dll).
Dalam Strategi DOTS, pemeriksaan awal TB dilakukan melalui pemeriksaan dahak. Jika terbukti positif mengandubg kuman mycobacterium tuberculosis, pasien diharuskan menjalani pengobatan selama 6 hingga 9 bulan dengan pendampingan dari orang lain yang bertindak sebagai Pengawas Menelan Obat (PMO). PMO ini dapat berasal dari petugas kesehatan, anggota keluarga maupun yang dekat dengan pasien.
Permasalahan dalam pengobatan TB adalah seringkali pasien tidak melanjutkan pengobatan hingga tuntas karena jenuh ataupun karena merasa lebih baik setelah minum obat di 2 bulan pertama. Penyebab lain bisa muncul dari masalah ekonomo hingga hambatan transportasi untuk berobat di Puskesmas. Selain itu, terkait dengan stigma pelayanan di Puskesmas, banyak masyarakat memilih nuntuk berobat di klinik swasta atau Rumah Sakit yang justru belum menerapkan strategi DOTS dalam penanganan TB.
Pengobatan yang terputus ataupun tidak sesuai standar DOTS dapat berakibat pada munculnya kasus kekebalan multi terhadap obat anti TB yang memunculkan jenis kuman yang lebih kuat, yang dikenal dengan TB MDR (Multi Drug Resistance). Pengobatan TB MDR membutuhkan waktu yang lebih lama dan biaya yang lebih mahal dengan keberhasilan pengobatan yang belum pasti.
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut dengan memperkuat kesiapan pelayanan kesehatan dalam menyediakan pelayanan TB yang berkualitas, antara lain dengan meningkatkan kualitas pelayanan di Puskesmas dan menerapkan strategi DOTS di Rumah Sakit maupun dokter praktek swasta sesuai dengan Pedoman Penanggulangn TB di Indonesia.