Halaman

Minggu, 07 Agustus 2011

BIOMEDIK (Materi kuliah)



PRINSIP-PRINSIP ETIK BIOMEDIK
A. Sejarah.
1. Kemajuan ilmu & teknologi biomedik à
– Kecemasan masyarakat
– Masalah etik
2. Merancang usaha & melindungi penyalahgunaan
3. Kode nuremberg (nuremberg code) 1947 ada 10 pointà kode etik internasional terhadap kejahatan nazi
4. Deklarasi helsinki 1964 oleh ikatan dokter sedunia (world medical association), ada 12 point
5. Perjanjian internasional tentang hak-hak politik dan sipil (1976), pasal 7:
– Tidak seseorangpun dapat dihadapkan pada penyiksaan atau perlakuan kejam, tidak manusiawi, merendahkan atau hukuman. Secara tegas, tidak seorangpun dapat diperlakukan tanpa persetujuan bebas untuk percobaan medik atau ilmiah
6. Dewan organisasi ilmu-ilmu kedokteran international (cioms) & who (1982)à usulan pedoman internasional bagi penelitian biomedik yang melibatkan subyek manusia
7. Cioms (1991): pedoman internasional untuk tinjauan etik terhadap penelitian epidemiologik
8. Cioms (1992) geneva: etika dan penelitian terhadap subyek manusia – pedoman internasional



DEKLARASI HELSINKI(1
• Rekomendasi yang mengatur para dokter dalam penelitian biomedik yang melibatkan subyek manusia
• Diterima oleh sidang umum majelis kedokteran sedunia (su-mks) ke 18, helsinki, finlandia, 1964
• Diamandemen su-mks ke 29 tokyo, jepang 1975
• Diamandemen su-mks ke 35 di venice, italy, 1983
• Diamandemen su-mks ke 41 di hongkong, 1989
DEKLARASIHELSINKI(2)
PRINSIP-PRINSIP MENDASAR
1. Harus selaras dengan prinsip-prinsip ilmiah yang diterima secara umum & harus didasarkan pada percobaan laboratorium & hewan menurut kepustakaan ilmiah
2. Rancangan & kinerja harus dipertimbangkan, dikomentari & diarahkan suatu komite independen, sesuai dengan hukum & undang-undang yg berlaku di negara penelitian
3. Dilakukan oleh orang-orang yang memenuhi syarat secara ilmiah & kompeten
4. Tidak sah kecuali bahwa pentingnya tujuan tersebut setara dengan resiko yang ada pada subyek
5. Dilakukan secara hati-hati tentang kemungkinan resiko & manfaat terhadap subyek & orang lain
6. Menghormati privatisasi subyek & meminimalkan dampak penelitian pada integritas fisik & mental
7. Dokter tidak dilibatkan dalam penelitain kecuali ada resiko yang dapat diramalkan sebelumnya
8. Mempertahankan akurasi hasil penelitian
9. Menginformasikan tujuan, metoda, manfaat yang diharapkan & kemungkinan resiko yang harus dialami
10. Hati-hati bila subyek melakukan karena hubungan ketergantungan atau tekanan
11. Bila subyek tidak cakap, informed conset harus diperoleh dari wakil hukum sesuai dengan uu yang berlaku
12. Protokol penelitian harus mengandung pernyataan pertimbangan etik

PRINSIP ETIK BIOMEDIK(1
• Penghormatan terhadap manusia
– Penghormatan terhadap otonomi
– Perlindungan orang cacat, rentan, tergantung terhadap kerugian atau penyalahgunaan
• Memaksimalkan kebaikan & meminimalkan kerugian serta kesalahan
• Setiap orang diberlakukan secara benar & layak
MENCAKUP:
• Penelitian proses fisiologik, biokimia /patologik, respon terhadap intervensi fisik atau psikologis
• Uji terkontrol diagnostik, preventif atau terapeutik
• Penelitian tentang konsekuensi individu/masyarakat terhadap tindakan preventif/ terapetik
• Penelitian tentang tingkah laku / kesehatan manusia terhadap keadaan & lingkungan


PEDOMAN UMUM
• Informed consent dari subyek, pedoman 1-9
• Seleksi subyek-subyek penelitian, pedoman 10-11
• Kerahasiaan data, pedoman 12
• Kompensasi terhadap subyek penelitian untuk cedera tak disengaja, pedoman 13
• Prosedur tinjauan, pedoman 14
• Penelitian yang disponsori pihak luar, pedoman 15

INFORMED CONSENT.
• Pedoman 1: informed consent individu
• pedoman 2: informasi esensial untuk calon subyek penelitian
• pedoman 3: kewajiban peneliti berkenan dengan informed consent
• pedoman 4: bujukan untuk berpartisipasi
• pedoman 5: penelitian yang melibatkan anak-anak
• pedoman 6: penelitian yang melibatkan orang dengan gangguan mental atau tingkah laku
• pedoman 7: penelitian yang melibatkan tawanan
• pedoman 8: penelitian yang melibatkan subyek di masyarakat terbelakang
• pedoman 9: informed consent dalam penelitian epidemiologik

SELEKSI SUBYEK PENELITIAN
• Pedoman 10: distribusi beban dan manfaat yang merata
• pedoman 11: seleksi wanita hamil atau menyusui sebagai subyek penelitian
PEDOMAN LAINNYA(1
• Kerahasian data
– Pedoman 12: melindungi kerahasiaan
batas-batas kemampuan peneliti untuk melindungi kerahasiaan & kemungkinan konsekuensi pelanggaran kerahasiaan
• Kompensasi terhadap subyek penelitian untuk cedera tak disengaja
– Pedoman 13: hak subyek untuk kompensasi
– Subyek yang menderita cedera tak disengaja berhak menerima finansial atau lainnya sebagai ganti rugi setara untuk kecacatan & ketidakmampuan sementara atau permanen
– Dalam kasus kematian, tanggungan berhak menerima kompensasi
– Hak untuk kompensasi dapat ditiadakan
• Prosedur tinjauan
– Pedoman 14: konstitusi dan tanggungjawab komite peninjau etik
– Semua usulan harus diserahkan untuk ditinjau & disetujui oleh satu atau lebih komite peninjau etik
– Persetujuan harus sudah dimiliki sebelum dilakukan penelitian


KESIMPULAN
Pedoman ini merefleksikan perhatian etik yang sangat penting pada kewaspadaan untuk melindungi hak-hak dan kesejahteraan dari subyek- subyek penelitan dan individu-individu atau kelompok rentan yang dianggap merupakan calon subyek
1. Pedoman ini dirancang untuk digunakan di semua negara dengan
 Mendefinisikan kebijakan- kebijakan nasional mengenai etika penelitian biomedik,
 Menerapkan standar-standar etik lokal serta Menetapkan & mendefinisikan kembali mekanisme yang memadai bagi tinjauan etik terhadap penelitian yang melibatkan subyek
2. Pedoman ini hampir tidak memecahkan masalah keraguan moral namun untuk mempertimbangkan secara hati-hati implikasi etik dari protokol & pelaksanaan penelitian à standar penelitian ilmiah & etik yang tinggi



Ilmu Biomedik Dasar

KONSEP SEHAT
Kompetensi .
Mampu membedakan kondisi sehat dan sakit pada pada berbagai tingkatan organ dan sistem tubuh secara keseluruhan
 Fungsi normal tubuh : fisiologi
 Struktur tubuh: anatomi
 Patologi: ketidak normalan
 Organisasi dan komposisi tubuh
 Fungsi sel normal
Homeostasis (Walter B. Cannon, )
 A Stable Internal Environment Is Essential for Normal Cell Function
 Homeostasis is the maintenance of steady states in the body by coordinated physiological mechanisms.
 The ability or tendency of an organism or cell to maintain internal equilibrium by adjusting its physiological processes.
 Disease or death is often the result of dysfunction of homeostatic mechanisms
 The effectiveness of homeostatic mechanisms varies over a person’s lifetime.
 Some homeostatic mechanisms are not fully developed at the time of birth. For example, a newborn infant cannot concentrate urine as well as an adult and is, therefore, less able to tolerate water deprivation
 Homeostatic mechanisms gradually become less efficient as people age. For example, older adults are less able to tolerate stresses, such as exercise or changing weather, than are younger adults.
Homeostatic control
 Negative Feedback Promotes Stability
 Feedforward Control Anticipates Change
 Positive Feedback Promotes a
Change in One Direction
Homeostasis (Walter B. Cannon,)
 Sebuah Lingkungan Internal Stabil Apakah penting untuk Fungsi your normal
 Homeostasis adalah pemeliharaan kondisi mapan dalam tubuh dengan mekanisme fisiologis terkoordinasi.
 Kemampuan atau kecenderungan dari suatu organisme atau sel untuk menjaga keseimbangan internal dengan menyesuaikan proses fisiologisnya.
 Penyakit atau kematian sering hasil dari disfungsi mekanisme homeostatik
 Efektivitas mekanisme homeostatik bervariasi selama seumur hidup seseorang.
 Beberapa mekanisme homeostatis tidak sepenuhnya berkembang pada saat lahir. Misalnya, bayi yang baru lahir tidak bisa berkonsentrasi urin serta orang dewasa dan, oleh karena itu, kurang bisa mentolerir kekurangan air
 Mekanisme homeostatik bertahap menjadi kurang efisien karena usia orang. Misalnya, orang dewasa yang lebih tua kurang mampu mentolerir stres, seperti olahraga atau cuaca berubah, daripada orang dewasa muda.
homeostatik kontrol
 Tanggapan Negatif Meningkatkan Stabilitas
 Pengendalian Feedforward Mengantisipasi Perubahan
 Tanggapan Positif Meningkatkan suatu
Perubahan Satu Arah




Anatomi Tubuh Manusia
Anatomi Tubuh Manusia disusun kedalam beberapa bagian sistem tubuh, yaitu:
1. Sistem Kerangka
Kerangka tubuh manusia terdiri dari susunan berbagai macam tulang yang satu sama lainnya saling berhubungan, terdiri dari:
• Tulang kepala: 8 buah
• Tulang kerangka dada: 25 buah
• Tulang wajah: 14 buah
• Tulang belakang dan pinggul: 26 buah
• Tulang telinga dalam: 6 buah
• Tulang lengan: 64 buah
• Tulang lidah: 1 buah Tulang kaki: 62 buah
Fungsi kerangka antara lain:
• menahan seluruh bagian-bagian tubuh agar tidak rubuh
• melindungi alat tubuh yang halus seperti otak, jantung, dan paru-paru
• tempat melekatnya otot-otot
• untuk pergerakan tubuh dengan perantaraan otot
• tempat pembuatan sel-sel darah terutama sel darah merah
• memberikan bentuk pada bangunan tubuh buah
Gelang bahu yaitu persendian yang menghubungkan lengan dengan badan. Pergelangan ini mempunyai mangkok sendi yang tidak sempurna oleh karena bagian belakangnya terbuka.
Gelang bahu terdiri atas tulang selangka yang melengkung berupa huruf S, dan tulang belikat yaitu sebuah tulang ceper berbentuk segi tiga.
Gelang bahu berhubungan dengan rangka batang badan hanya pada satu tempat saja. Ujung sebelah tengah tulang selangka dihubungkan dengan pinggir atas tulang dada oleh sendi dada-selangka. Ujung sebelah luar tulang selangka berhubungan dengan dengan sebuah taju tulang belikat (ujung bahu) dengan perantaraan sendi akromioklavikula.
Sendi lutut
Ujung bawah tulang paha mempunyai dua buah benjol sendi yang bertopang pada bidang atas tulang kering. Dengan demikian terbentuklah sebuah sendi yang dinamakan sendi lutut. Pada dinding depan sendi lutut terdapat tempurung lutut.

2. Sistem Otot
Otot punggung sejati merupakan dua buah jurai yang amat rumit susunannya, terletak di sebelah belakang kanan dan kiri tulang belakang, mengisi ruang antara taju duri dan taju lintang. Otot-otot punggung sejati itu hampir sama sekali tertutup oleh otot-otot punggung sekunder yang sebenarnya termasuk otot-otot anggota gerak atas dan bawah. Kedua jurai otot tersebut dinamakan penegak batang badan dan amat penting artinya untuk sikap dan gerakan tulang belakang.
3. Sistem Peredaran darah
Jantung berbentuk runjung yang terbalik letaknya. Letak jantung dalam tubuh sedemikian rupa sehingga ujung runjung tersebut (ujung jantung) mengarah ke bawah, ke depan dan ke kiri. Basis jantung mengarah ke atas, ke belakang dan sedikit ke kanan. Pada basis jantung inilah berhimpun aorta, batang nadi paru-paru, batang pembuluh balik atas dan bawah beserta ke dua (atau empat pembuluh balik paru-paru).
Bagian dalam jantung terdiri atas 4 ruang: serambi kiri, bilik kiri, serambi kanan dan bilik kanan. Serambi kiri dan bilik kiri satu sama lain berhubungan, demikian juga serambi kanan dan bilik kanan. Bagian kiri jantung dipisahkan dari bagian kanan oleh sekat rongga jantung.


4. Sistem pernapasan
Paru – paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung (gelembung hawa/alveoli). Gelembung-gelembung hawa terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Banyaknya gelembung paru-paru kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kanan dan kiri).
Paru-paru terletak pada rongga dada. Pada rongga dada tengah terletak paru-paru sedangkan pada rongga dada depan terletak jantung.
Paru-paru terdiri dari dua bagian yaitu paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Paru-paru kanan terbagi atas tiga belah paru (lobus) yaitu belah paru atas, belah paru tengah dan belah paru bawah. Paru-paru kiri terbagi atas dua belah paru yaitu belah paru atas dan belah paru bawah.

5. Sistem Indera
Alat Penglihatan
Alat penglihatan terdiri atas bola mata, saraf penglihatan, dan alat-alat tambahan mata.
Bola mata berbentuk bulat, hanya bidang depannya menyimpang dari bentuk bola sempurna karena selaput bening lebih menonjol ke depan. Ini terjadi karena bagian ini lebih melengkung dari pada bagian lain bola mata. Titik pusat bidang depan dan bidang belakang dinamakan kutub depan dan kutub belakang.
Garis penghubungnya adalah sumbu mata atau sumbu penglihat.
Bola mata dapat dibedakan dinding dan isinya. Dindingnya terdiri atas tiga lapis. Lapis luar adalah selaput keras, yang di depan beralih menjadi selaput bening. Lapis tengah dinamakan selaput koroid yang melapisi selaput keras dari dalam. Ke depan selaput koroid tidak mengikuti selaput bening. Di tempat peralihan selaput koroid dan selaput pelangi terdapat bentuk yang lebih tebal dan dikenal sebagai badan siliar. Di tengah selaput pelangi ada lubang yang disebut manik mata.


Alat Pendengaran
Alat pendengaran terdiri atas pendengar luar, pendengar tengah dan pendengar dalam. Pendengar luar terdiri atas daun telinga dan liang telinga luar. Daun telinga adalah sebuah lipatan kulit yang berupa rangka rawan kuping kenyal. Bagian luar liang telinga luar berdinding rawan, bagian dalamnya mempunyai dinding tulang. Ke sebelah dalam liang telinga luar dibatasi oleh selaput gendangan terhadap rongga gendangan.
Pendengar tengah terdiri atas rongga gendangan yang berhubungan dengan tekak melalui tabung pendengar Eustachius. Dalam rongga gendangan terdapat tulang-tulang pendengar, yaitu martil, landasan dan sanggurdi. Martil melekat pada selaput gendangan dan dengan sebuah sendi kecil juga berhubungan dengan landasan. Landasan mengadakan hubungan dengan sanggurdi melekat pada selaput yang menutup tingkap jorong pada dinding dalam rongga gendangan.
Kulit
Kulit terbagi atas kulit ari dan kulit jangat. Kulit ari terdiri atas beberapa lapis, yang teratas adalah lapis tanduk yang terdiri atas sel-sel gepeng, sedangkan lapis terdalam disebut lapis benih yang senantiasa membuat sel-sel epitel baru.
Kulit jangat berupa jaringan ikat yang mengandung pembuluh-pembuluh darah dan saraf-saraf. Tonjolan kulit jangat berupa jari ke dalam kulit ari dikenal dengan papil kulit jangat. Di dalamnya terdapat kapiler darah dan limfe serta ujung-ujung saraf dengan badan-badan perasa.
6. Sistem Pencernaan
Rongga mulut
Rongga mulut mulai dari celah mulut dan berakhir di belakang pada lubang tekak. Oleh karena lengkung gigi, rongga mulut dibagi dua bagian yaitu beranda yang terletak di luar lengkung gigi dan rongga mulut yang terdapat di belakangnya. Beranda dibatasi ke luar oleh bibir dan pipi yang mengandung otot-otot mimik dan karena itu gerakannya amat luas.
Geligi
Geligi terdiri atas dua baris gigi tertutup. Setiap baris gigi merupakan suatu garis melengkung yang pada rahang atas agak lain bentuknya daripada rahang bawah. Gigi pada rahang atas dan pada rahang bawah letaknya sedemikian rupa sehingga penampang terbesar setiap gigi rahang atas tepat menempati sela antara dua buah gigi rahang bawah dan sebaliknya. Jadi sewaktu mengunyah setiap gigi bekerja sama dengan dua buah gigi yang berlawanan letaknya.
Lambung
Lambung adalah bagian saluran pencernaan makanan yang melebar seperti kantong, terletakdi bagian atas rongga perut sebelah kiri, dan untuk sebagian tertutup oleh alat-alat yang letaknya berdekatan seperti hati, usus besar dan limpa. Lambung berhubungan dengan alat-alat itu dan juga dengan dinding belakang rongga perut dengan perantaraan dengan beberapa lipatan salut perut.
7. Sistem Urinaria
Ginjal
Ginjal adalah suatu kelenjar berbentuk seperti kacang yang terletak pada dinding belakang rongga perut setinggi ruas-ruas tulang belakang sebelah atas, ginjal kiri letaknya lebih tinggi daripada ginjal kanan. Sisi ginjal yang menghadap ke dalam berbentuk cekung. Di sini masuk nadi ginjal (dari aorta) ke dalam ginjal. Nadi ini bercabang-cabang dalam jaringan ginjal.
Kandung kemih
Kandung kemih merupakan tempat berkumpulnya semua air kemih yang terpancar dari saluran ginjal. Dinding kandung kemih yang terdiri atas jaringan otot polos dapat menyesuaikan diri terhadap banyaknya air kemih di dalam kandung kemih, karena dapat mengendor apabila diisi perlahan-lahan dengan air kemih.
8. Sistem Reproduksi
Alat reproduksi laki-laki
Alat-alat reproduksi laki-laki dibagi atas bagian pembuat mani dan bagian penyalur mani. Bagian pertama berupa kelenjar kelamin, yaitu buah zakar yang membentuk sel-sel mani. Buah zakar kanan dan kiri tergantung di dalam sebuah lipatan kulit yang berbentuk kantong dan terletak di bawah tulang kemaluan yang dinamakan kandung buah zakar (skrotum). Pada sisi belakang setiap buah zakar terdapat anak buah zakar yang tergolong sebagai jalan penyalur.
Sel-sel mani keluar dari buah zakar dan masuk ke dalam anak buah zakar. Di sini sel-sel mani melalui suatu saluran halus yang berliku-liku dan di bagian bawah anak buah zakar beralih menjadi pipa mani, yang berjalan di depan tulang kemaluan ke atas, diiringi oleh nadi buah zakar dan anyaman pembuluh balik. Buah zakar, anak buah zakar dan tali mani diselubungi oleh beberapa kerudung dan juga selapis otot yang bernama otot pegantung yang dapat menarik buah zakar dan anak buah zakar ke atas.
Alat reproduksi perempuan
Alat-alat reproduksi perempuan terdiri atas indung telur, tabung rahim, rahim, liang senggama dan alat-alat kelamin luar. Indung telur berjumlah dua, terletak pada dinding sisi panggul kecil di sebelah kanan dan di sebelah kiri. Masing-masing indung telur tergantung pada beberapa ikat dan lipatan salut perut. Indung telur adalah kelenjar kelamin perempuan yang menghasilkan sel-sel kelamin, yaitu sel-sel telur.
Sel-sel telur dalam indung telur diselubungi oleh oleh suatu selubung yang terdiri atas sel-sel,
keseluruhannya berupa bentuk yang dinamakan folikel atau gelembung Graaf. Pada perempuan yang telah masak kelamin, folikel yang berkembang merupakan tonjolan pada permukaan indung telur, yang menyerupai permukaan buah srikaya. Setelah folikel masak, maka akan pecah sambil melemparkan ke luar sel telurnya yang kini terapung dalam rongga perut (kejadian ini disebut ovulasi).
9. Sistem Syaraf
Otak
Sistem saraf pusat berkembang dari suatu struktur yang berbentuk bumbung. Pada bumbung tersebut dapat dilihat sebuah dasar, sebuah atap dan dua dinding sisi sebagai pembatas suatu terusan yang terletak di tengah. Dalam perkembangan selanjutnya pada beberapa tempat bumbung tadi menjadi tebal, sedangkan pada tempat-tempat lain dindingnya tetap tinggal seperti semula.
Di sebelah depan berkembang dua gelembung yang setangkup letaknya. Gelembung-gelembung ini kemudian menjadi kedua belahan otak besar. Di sebelah belakang terbentuk otak kecil, oleh karena itu atap bumbung di sini menjadi semakin tebal.
Sumsum Belakang
Sumsum belakang menyerupai batang kelubi yang penampangnya jorong. Letaknya dalam terusan tulang belakang anatara rongga tengkorak dan daerah pinggang. Penampangnya dari atas ke bawah semakin kecil, kecuali pada dua tempat, yaitu di daerah leher dan di daerah pinggang. Di tempat-tempat ini sumsum belakang agak melebar.
10. Sistem Endokrin
Kelenjar Himofise
Kelenjar himofise adalah suatu kelenjar endokrin yang terletak di dasar tengkorak, di dalam fosa hipofise tulang spenoid. Kelenjar himofise memegang peranan penting dalam sekresi hormon dari semua organ-organ endokrin karena hormon-hormon yang dihasilkannya dapat mempengaruhi aktifitas kelenjar lainnya.
Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid terdiri atas 2 belah yang terletak di sebelah kanan batang tenggorok diikat bersama oleh jaringan tiroid dan yang melintasi batang tenggorok di sebelah depan. Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang terdapat di dalam leher bagian depan bawah, melekat pada dinding pangkal tenggorok.





Anatomi Jantung Manusia

Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang memberi fasilitas proses pengangkutan berbagai substansi dari, dan ke sel-sel tubuh. Sistem ini terdiri dari organ penggerak yang disebut jantung, dan sistem saluran yang terdiri dari arteri yang mergalirkan darah dari jantung, dan vena yang mengalirkan darah menuju jantung.
Jantung manusia merupakan jantung berongga yang memiliki 2 atrium dan 2 ventrikel. Jantung merupakan organ berotot yang mampu mendorong darah ke berbagai bagian tubuh. Jantung manusia berbentuk seperti kerucut dan berukuran sebesar kepalan tangan, terletak di rongga dada sebalah kiri. Jantung dibungkus oleh suatu selaput yang disebut perikardium. Jantung bertanggung jawab untuk mempertahankan aliran darah dengan bantuan sejumlah klep yang melengkapinya. Untuk mejamin kelangsungan sirkulasi, jantung berkontraksi secara periodik.
Otot jantung berkontraksi terus menerus tanpa mengalami kelelahan. Kontraksi jantung manusia merupakan kontraksi miogenik, yaitu kontaksi yang diawali kekuatan rangsang dari otot jantung itu sendiri dan bukan dari syaraf.
Terdapat beberapa bagian jantung (secara anatomis) akan kita bahas dalam makalah ini, diantaranya yaitu :
a. Bentuk Serta Ukuran Jantung
Jantung merupakan organ utama dalam sistem kardiovaskuler. Jantung dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Ukuran jantung panjangnya kira-kira 12 cm, lebar 8-9 cm seta tebal kira-kira 6 cm.
Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7.571 liter darah.
Posisi jantung terletak diantar kedua paru dan berada ditengah tengah dada, bertumpu pada diaphragma thoracis dan berada kira-kira 5 cm diatas processus xiphoideus.
Pada tepi kanan cranial berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa III dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Tepi kiri cranial jantung berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa II sinistra di tepi lateral sternum, tepi kiri caudal berada pada ruang intercostalis 5, kira-kira 9 cm di kiri linea medioclavicularis.
Selaput yang membungkus jantung disebut perikardium dimana terdiri antara lapisan fibrosa dan serosa, dalam cavum pericardii berisi 50 cc yang berfungsi sebagai pelumas agar tidak ada gesekan antara perikardium dan epikardium. Epikardium adalah lapisan paling luar dari jantung, lapisan berikutnya adalah lapisan miokardium dimana lapisan ini adalah lapisan yang paling tebal. Lapisan terakhir adalah lapisan endokardium.
b. Ruang Dalam Jantung
Ada 4 ruangan dalam jantung dimana dua dari ruang itu disebut atrium dan sisanya adalah ventrikel. Pada orang awam, atrium dikenal dengan serambi dan ventrikel dikenal dengan bilik.
Kedua atrium merupakan ruang dengan dinding otot yang tipis karena rendahnya tekanan yang ditimbulkan oleh atrium. Sebaliknya ventrikel mempunyai dinding otot yang tebal terutama ventrikel kiri yang mempunyai lapisan tiga kali lebih tebal dari ventrikel kanan.
Kedua atrium dipisahkan oleh sekat antar atrium (septum interatriorum), sementara kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat antar ventrikel (septum inter-ventrikulorum). Atrium dan ventrikel pada masing-masing sisi jantung berhubungan satu sama lain melalui suatu penghubung yang disebut orifisium atrioventrikuler. Orifisium ini dapat terbuka atau tertutup oleh suatu katup atrioventrikuler (katup AV). Katup AV sebelah kiri disebut katup bikuspid (katup mitral) sedangkan katup AV sebelah kanan disebut katup trikuspid.



c. Katup-Katup Jantung
Diantara atrium kanan dan ventrikel kanan ada katup yang memisahkan keduanya yaitu katup trikuspid, sedangkan pada atrium kiri dan ventrikel kiri juga mempunyai katup yang disebut dengan katup mitral/ bikuspid. Kedua katup ini berfungsi sebagai pembatas yang dapat terbuka dan tertutup pada saat darah masuk dari atrium ke ventrikel.


1) Katup Trikuspid
Katup trikuspid berada diantara atrium kanan dan ventrikel kanan. Bila katup ini terbuka, maka darah akan mengalir dari atrium kanan menuju ventrikel kanan. Katup trikuspid berfungsi mencegah kembalinya aliran darah menuju atrium kanan dengan cara menutup pada saat kontraksi ventrikel. Sesuai dengan namanya, katup trikuspid terdiri dari 3 daun katup.
2) Katup pulmonal
Setelah katup trikuspid tertutup, darah akan mengalir dari dalam ventrikel kanan melalui trunkus pulmonalis. Trunkus pulmonalis bercabang menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri yang akan berhubungan dengan jaringan paru kanan dan kiri. Pada pangkal trunkus pulmonalis terdapat katup pulmonalis yang terdiri dari 3 daun katup yang terbuka bila ventrikel kanan berkontraksi dan menutup bila ventrikel kanan relaksasi, sehingga memungkinkan darah mengalir dari ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis.
3) Katup bikuspid
Katup bikuspid atau katup mitral mengatur aliran darah dari atrium kiri menuju ventrikel kiri.. Seperti katup trikuspid, katup bikuspid menutup pada saat kontraksi ventrikel. Katup bikuspid terdiri dari dua daun katup.



4) Katup Aorta
Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang terdapat pada pangkal aorta. Katup ini akan membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi sehingga darah akan mengalir keseluruh tubuh. Sebaliknya katup akan menutup pada saat ventrikel kiri relaksasi, sehingga mencegah darah masuk kembali kedalam ventrikel kiri.


d. Komponen Sistem Induksi Jantung
1). Sinoatrial
2). Atrioventrikular
3). RA, LA, RV, LV
d. Peace Meker ( Pusat Picu Jantung )
Fungsi utama jantung adalah memompa darh ke seluruh tubuh dimana pada saat memompa jantung otot-otot jantung (miokardium) yang bergerak. Untuk fungsi tersebut, otot jantung mempunyai kemampuan untuk menimmbulkan rangsangan listrik.
Aktifitas kontraksi jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh selalu didahului oleh aktifitas listrik. Aktifitas listrik inidimulai pada nodus sinoatrial (nodus SA) yang terletak pada celah antara vena cava suiperior dan atrium kanan. Pada nodus SA mengawali gelombang depolarisasi secara spontan sehingga menyebabkan timbulnya potensial aksi yang disebarkan melalui sel-sel otot atrium, nodus atrioventrikuler (nodus AV), berkas His, serabut Purkinje dan akhirnya ke seluruh otot ventrikel.




BIO MEDIK PATOLOGI

Tujuan Pembelajaran
 Tujuan Umum:
– Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan patologi umum dan mekanisme penyakit
 Tujuan Khusus: Mahasiswa mampu menjelaskan tentang:
– Konsep umum penyakit kesehatan dan penyakit
– Keturunan, lingkungan dan penyakit, Interaksi antara keturunan dan lingkungan
– Cedera dan kematian sel
– Respon tubuh terhadap cedera dan peradangan serta perbaikan
– Respon tubuh terhadap tantangan imunologis
– Respon tubuh terhadap agen menular







KARAKTERISTIK SEL DAN JARINGAN

 Sel adalah satuan dasar struktural dan fungsional terkecil dari suatu organisme.
 Bagian-bagian komponen sel yaitu: membran sel, sitoplasma, ribosom, retikulum endoplasmik, gogli kompleks, mitokondria dan nukleus.

Membran sel
 Membran sel berfungsi:
– Membantu pengaturan pertumbuhan dan pembelahan sel
– Membatasi bagian yang ada di dalam sel (cairan intraseluler) dengan bagian luar (ekstra seluler).
Reseptor untuk hormon dan substansi biologi lain.

Sitoplasma
 Sit à sel, Plasma à cairan
 Sitoplasma à cairan sel
 Yaitu larutan koloid esential yang mengandung air, elektrolit, protein, suspensi, lemak netral dan molekul glikogen.
 Sitoplasma mengelilingi inti dan tempat berlangsungnya aktivitas sel.

Organela-Organela
 ribosom,
 retikulum endoplasmik,
 gogli kompleks,
 mitokondria.
 Retikulum endoplasmik halus terletak di dalam sitoplasma berfungsi sebagai tempat metabolisma streoid, sintesis glikogen dan detoksifikasi obat terutama pada sel hepar.
 Retikulum endoplasmik kasar mengandung banyak ribosom berfungsi sebagai tempat sintesis RNA.
 Badan gogli : MENGHASILKAN ENZIM LITIK UNTUK MENFAGOSIT BENDA ASING YANG MASUK KE DALAM SEL.
 Mitokhondria : energi sel





Jaringan
 Tipe-tipe jaringan:
– Jaringan Epitel
– Jaringan Pengikat
 Jaringan Ikat Longgar.
 Jaringan Ikat Padat:.
 Jaringan Ikat Hematopoetik.
– Jaringan Otot
– Jaringan Saraf











PENDAHULUAN
 Patofisiogi merupakan suatu cabang ilmu yang membahas aspek dinamik dari proses penyakit.
 Patofisiologi merupakan bidang ilmu yang mempelajari fungsi yang berubah dan terganggu, misalnya perubahan-perubahan fisiologis yang ditimbulkan oleh penyakit pada makhluk hidup.
 Proses penyakit dasar seperi inflamasi, neoplasia, dan cedera imunologik dibahas dlm MK Patologi

KONSEP UMUM PENYAKIT: KESEHATAN DAN PENYAKIT
 Proses Hidup
 Ciri dan Sifat Kehidupan
 Penyakit
 Pengaruh Jejas
 Reaksi Tubuh
 Cara Mengenal Penyakit
 Penanggulangan Penyakit

Proses Hidup
 Awal mula berjalan dinamik diikuti perubahan yang berlaku seiring perjalanan waktu berakhir kematian
 Proses dinamik:
– Reaksi tubuh berupa perubahan dalam kehidupan oleh karena pengaruh lingkungan sekitar
 Pengaruh lingkungan
– Positif: Reaksi tubuh menunjang kehidupan
– Negatif: Reaksi tubuh mengganggu atau mengancam kehidupan sehingga terjadi kondisi sakit dan terjadi perubahan patologi
 Perubahan morfologi: perubahan anatomi dan histologi
– Ringan: Molekuler/sel
– Sedang: Sel/jaringan
– Berat: Organ
– Fatal: Organ vital
Ciri dan Sifat Kehidupan
 Sifat khas
– Walaupun akhirnya mati, selalu berusaha mempertahankan kehidupan secara individual dan bermasyarakat maupun reproduksi
 Perubahan mutasi
– Varian modifikasi atau jenis baru
 PATOLOGI Ilmu yang mempelajari sebab , sifat , perjalanan penyakit perubahan anatomik dan fungsinya à mempelajari penyakit dari segala seginya
 PATOFISIOLOGI
 Mempelajari gangguan fungsi pada organisme yang sakit meliputi asal penyakit , permulaan perjalanan dan akibat

 PENYAKIT
Reaksi tubuh terhadap rangsang à aktif & dinamik ,terdapat interaksi antara faktor host ( termasuk genetik ) dengan lingkungan

PATOLOGI UMUM
Mencakup tentang mekanisme dan karakteristik bentuk tertentu dari proses suatu penyakit
PATOLOGI SISTEMATIK
Merupakan penjelasan berbagai pengaruh dari penyakit tertentu terhadap organ sendiri atau sistem organ tsb à banyak menggunakan hukum dan batasan patologi umum
Penyakit
 Proses dinamikàberakibatàgangguan keseimbangan homeostasis dan kelainan struktur, fungsi atau kejiwaan
 Penyakit adalah perubahan proses-proses fisiologis dengan berbagai akibat sekunder
 Perjalan penyakit:
– Progresif
– Stasioner (menetap)
– Remisi (penyembuhan)




KARAKTERISTIK PENDEKATAN PENYAKIT
1. EPIDEMIOLOGI
o Studi insiden & distribusi populasi suatu penyakit
à pencatatan & analisa data pd klmp penduduk
o Penting untuk : - mencari etiologi
- rencana program pencegahan
- merencanakan fasilitas medik
- skrining pada masyarakat
2. PATOGENESIS
Suatu mekanisme dimana suatu sebab / etiologi beroperasi à terjadi manifestasi patologik & klinik Contoh :
o inflamasi : respon terhadap kuman/agen yang menyebabkan kerusakan jaringan
o reaksi imun : efek sistem imun yg tidak diharapkan.

3. MANIFESTASI PATOLOGIK & KLINIK
Agen etiologik bekerja melalui alur patogenetik/ mekanisme untuk memproduksi manifestasi penyakit yang menimbulkan tanda , gejala dan gambaran patologik (lesi ) dimana tanda dan gejala tersebut diperlihatkan
Lesi : kelainan struktur dan fungsi yg bertanggung
jawab terhadap keadaan sakit
– Beberapa perubahan baku à Komplikasi
– Akibat penyakit à Sequelae
– Kembali normal à Resolusi
Kelainan Patognomonik : bentuk tertentu , khusus
untuk satu jenis penyakit , tanpa ini maka
diagnosis sulit / tidak dapat ditegakkan
Penyakit
 Manifestasi:
– Stadium subklinis: Analisa Lab terjadi perubahan à tetapi penderita belum muncul gejala penyakit
– Stadium klinis: Perubahan dirasakan sebagai gejala-gejala penyakit:
 Subyektif à Gejala
Obyektif à Tanda

4. KOMPLIKASI DAN CACAT
Penyakit dpt lama , efek sekunder atau jauh , yg dpt menyebabkan komplikasi yang jauh disertai kelainan bentuk anatomi / fungsi

5. PROGNOSIS
Merupakan perkiraan jalannya penyakit Dipengaruhi : intervensi medik à beda dgn alamiah

6. ETIOLOGI
Suatu agen primer yg bertanggung jawab untuk memulai proses selanjutnya yg menghasilkan sakit
Sebab umum : - kelainan genetik - radiasi
- trauma - kemikal
- agen infektif

Kadang kadang : - multifaktor
- tidak diketahui à faktor risiko

Tanpa adanya penyebab yg diketahui àdiklasifikasikan
sebagai primer, idiopatik, esensial, spontaneus ,
atau cryptogenik



Rangsang penyesuaian rusak reversibel

kematian sel rusak ireversibel

Kelompok Penyakit sign & simptom

Keadaan yang berbatas kabur

BENTUK REAKSI :
o pertahanan aktif - pasif Reaksi Perlindungan dan
o adaptasi Perbaikan (struktural dan
o reaksi kekalahan kemikal )à darimana
seluruh lesi patologik
dibentuk
Pengaruh Jejas
 Tergantung pada:
– Endogen :
Kelainan Intrasel (Sitoplasma, Sistemik & Psikogenik)
– Eksogen
Fisik (Kimia, Biologi, Sosio Psikogenik)
– Kekuatan
Dosis (Kuantitatif), Virulensi (Kualitatif)
 Reaksi Tubuh
– Pertahanan aktif (Resistensi)
– Kemunduran/Kekalahan Subfisik
– Penyesuaian Adaptif
Perawatan / Pengobatan
 Perawatan
– Ners.
 Pengobatan
– Dokter
Terapi
 Preventif
 Promotif
 Kuratif
 Rehabilitatif

Cara mengenal Penyakit
 Anamnesa
 Pemeriksaan
 Penunjang
– Laboratorik
– RO”
– USG
– Dll


KETURUNAN, LINGKUNGAN DAN PENYAKIT
 Faktor Intrinsik
– Genetik
– Keturunan
 Faktor ekstrinsik
– agen infeksi,
– trauma mekanis,
– bahan kimia beracun,
– radiasi,
– suhu yang ekstrim,
– masalah gizi dan stres psikologik

Interaksi antara Faktor Ekstrinsik dan Intrinsik
(1) Agent (A), Host (H), E (Environment) dalam keadaan seimbang kondisi ini disebut sehat
(2) Meningkatnya kemampuan agent untuk menginfeksi host dan menimbulkan penyakit
(3) Meningkatnya proporsi host yang rentan
(4) Perubahan enviroment mengubah kerentanan host
(5) Perubahan enviroment memungkinkan penyebaran agent



Interaksi antara Faktor Ekstrinsik dan Intrinsik





CEDERA DAN KEMATIAN SEL
 Penyebab Jejas, Kematian, Adaptasi Sel
 Jejas Sel Dan Adaptasi
 Kematian Sel (Nekrosis)
 Perubahan Postmortem

PERUBAHAN SEL TERGANTUNG
1. Letak Jejas 4. Sifat & Lama Jejas
2. Status Metabolik Sel 5. Pasokan Oksigen & Nutrisi
3. Kemampuan Sel Membuang Sampah
Efek Terhadap Jaringan Tergantung :
- lama jejas - jumlah dan jenis sel
- sifat agen - kemampuan regenerasi sel


Penyebab Jejas, Kematian, Adaptasi Sel
 Hipoksia / Iskhemi
 Bahan kimia termasuk obat-obatan
 Agen fisik
 Agen mikrobiologi
 Jamur, protozoa dan cacing
 Mekanisme immune
 Gangguan genetik
 Ketidakseimbangan nutrisi Psikogenik

Hipoksia / Iskhemia
 Penyebab paling penting dan paling sering dan mempengaruhi respirasi oksidasi aerob
(1) Hilangnya perbekalan darah; aliran arteri/vena terhalang mis: penyakit vaskuler, bekuan darah dalam lumen
(2) Oksigenasi darah yang tidak memadahi oleh karena kegagalan kardiorespirasi: gagal jantung dan ARDS.
(3) Hilangnya kemampuan darah mengangkut O2; anemia, keracunan CO

Bahan kimia termasuk obat-obatan
 Kadar Glukosa
– Glukosa à konsentrasi normal TAA (baik)
– Glukosa à konsentrasi kurang/pekat merusak tek osmose lingkungan
 Racun à kerusakan hebat pada sel
– Beberapa à perubahan fungsi vital sel:
 Permeabilitas membran sel
 Homestasis osmose
 Keutuhan enzim ko faktor
 Mengenai beberapa sel dan tidak mengenai sel yang lain

Agen Fisik
 Suhu rendah
Vasokontriksi à pembekalan darah kacau untuk sel
Jejas pengaturan vasomotor:
 Vasodilatasi
 Bendungan aliran darah
 Pembekalan intra vaskuler oleh karena kristalisasi cairan sel

 Suhu tinggi
Merusak/membakar jaringan
Sebelum itu terjadi:
----Hipermetabolisme
-Malampaui kemampuan perbekalan darah
-----Penimbunan metabolit à pH sel turun
-Tingkat bahaya

 Perubahan mendadak tekanan atmosfer
-Gangguan pembekalan darah untuk sel
-Penggali terowongan/penyelam yang terlalu cepat ke udara normal
-Gelembung udara dalam sirkulasi
-Hipoksia pada sel

 Radiasi
-Ionisasi langsung senyawa kimia dalam sel
-Terjadi mutasi dan jejas sel

• Tenaga listrik
– Panas yang ditimbulkan akan mengakibatkan terjadinya jejas pada sel


Agen Mikrobiologi
 Ukuran virus (submikroskopik? Sampai dengan nematoda (bisa dilihat mata)
 Jejas mengakibatkan:
– Kematian sel
– Kematian individu
 Dapat berupa:
– Virus dan rincektsia
- Kuman

Virus dan Ricketsia
 Merupakan parasit obligat intra sel
 Bentuk interaksi:
– Parasit dalam sel tanpa berpengaruh (virus penumpang)
– Menyebabkan perubahan dalam sel:
 Menyebabkan kematian sel
 Merangsang replikasi sel à Neoplasma
Kuman
 Komensal tidak berbahaya
 Membantu kehidupan manusia Mis: Flora usus Ech. Colli
 Tidak patogen à patogen
 Bila ada jalan masuk à patogen
 Bagaiman kuman à Jejas???
– Eksotoksin
– Endotoksin
– Immunologi

Jamur, Protozoa dan Cacing
 Mengakibatkan kematian dan penyakit pada sel
 Histoplasma, Blastomyces à reaksi kepekaan
 Amoeba à enzim sitopati kuat à jaringan yang ketempatan hancur
 Plasmodia malaria à merusak eritrosit à melepaskan metabolit beracun à pigmen malaria dari Hb

Mekanisme Immune
 Reaksi antigen >< antibodi  Eksogen  Endogen  Jika berlebihan bisa menimbulkan penyakit  Misal pada penyakit alergi dan autoimun yang disebabkan karena gangguan proses immune. Gangguan Genetik  Penyakit herediter  Seperti SLE, asma, dan sebagainya, dimana terjadi karena kelaianan gen sehingga mengakibatkan mutasi sel. Ketidakseimbangan Nutrisi  Dapat secara: – Defisiensi (kekurangan) – Kelebihan nutrisi – Perubahan proses metabolisme zat dalam nutrisi: karbohidrat, protein, lemak sehingga  Menimbulkan penyakit seperti DM, obesitas dan jantung koroner.  Kekurangan nutrsi akan mengakibatkan gagal tumbuh dengan beberapa penyakit penyerta pada individu  Kelebihan nutrsisi akan mengakibatkan beberapa gangguan pada fungsi vital tubuh. Psikologis  Umumnya berkaitan dengan psikosomatis. Misal: Gastritis Jejas Sel Dan Adaptasi  Degenerasi adalah perubahan morfologi akibat jejas non fatal (reversible) sehingga masih memungkinkan untuk dapat pulih.  Jejas akan mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak pada sel sehingga menimbulkan adanya perubahan morfologi dari sel.  Infiltrasi merupakan gangguan yang bersifat sistemik, dimana terjadi perubahan metabolisme sehingga produk metabolit akan menumpuk yang berakibat timbulnya jejas seluler. Degenerasi dan Infiltrasi  Degenerasi dapat berupa – degenerasi bengkak keruh (cloudy swelling: degenerasi albumin), – degenerasi hidropik (degenerasi vacuoler), – degenerasi hialin, dan – degenerasi mucin.  Infiltrasi dapat berupa – perlemakan (fatty: depotition, change, metamorphosis), – infiltrasi glikogen, – amiloid, dan sebagainya. Adaptasi dan Cedera Sel  Sel normal: – Dinamis – Selalu berubah menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan – Kalau perubahan melebihi kemmapuan menyesuaikan diri akan menyebabkan terjadi cedera sel Respon terhadap Cedera  Adaptasi  Cidera reversible: cidera yang relative ringan dan kemungkinan sel kembali ke dalam bentuk semula Cidera ireversible: bila sel mati/Cell death/apoptosis cell Akibat Injury / Cidera tegantung dari:  Jenis dan beratnya cidera  Jenis dan kondisi sel yang terkena: – kepekaan terhadap injuri, – diferensiasi, – suplai darah, – nutrsisi dan – umur ADAPTASI SELULER Respon Rangsang 1. berlebihan à hipertrofi / hiperplasi 2. kurang à atrofi 3. kurangnya kemampuan tumbuh : agenesis , hipoplasia , aplasia 4. diferensiasi sel : displasia, metaplasia Hipertrofi  Pada hipertrofi terjadi ukuran sel bertambah sehingga organ terjadi pembesaran.  Sering terjadi pada otot jantung, organ berongga, dan ginjal (sel tubulus).  Hipertrofi fisiologis terjadi pada uterus wanita hamil, mamame pada waktu laktasi, otot rangka bila banyak berlatih (binaraga).  Patogenesis terjadinya hipertrofi: asam amino bertambah sehingga sisntesis protein meningkat sehingga mengakibatkan pembentukan organel sel bertambah dan sitoplasma bertambah Hiperplasi  Pada hiperplasi terjadi jumlah sel dalam jaringan meningkat sehingga organ membesar.  Penyebab dari hiperplasi adalah stimulus dari luar (fisis, kemis, biologis) dan stimulus dari dalam.  Pada hipertrofi sering disertai hiperplasi.  Hiperplasi fisiologis misal karena hormonal, kompensatorik (laktasi, dll).  Hiperplasi patologis: hiperplasi tak terkontrol (neoplasma).  Hiperplasi yang disertai hipertrofi dapat terjadi pada: prostat pada senilis, ginjal bila salah satu tidak berfungsi, dan endokrinopati (hipofise dan tiroid). ATROFIA Mengecilnya ukuran organ/jar akibat mengecilnya ukuran sel dan/atau jumlah sel Fisiologik - atrofi timus setelah umur 40 tahun - ortu : atrofi uterus, testis, mamma Patologik Terjadi pada keadaan : - inaktivitas dimana terjadi penurunan beban kerja misal pada pasien yang terpasang Gips sehingga terjadi penurunan sel yang menjadi kecil (disuse atrophy), – kehilangan inervasi (neutrofik atrofi), – suplai darah ke sel/jaringan menurun – hilang rangsang endokrin/pasokan darah/inervasi – adanya rangsang hormon, tekanan – kurang makan – AGENESIS Kegagalan total sebagian organ à tidak terbentuk – HIPOPLASIA kegagalan tidak total, masih terbentuk organ – APLASIA biasanya dipakai pada kelainan hematologikà aplastik anemia – DISPLASIA peningkatan pertumbuhan sel disertai bentuk atipik dan perubahan diferensiasi Metaplasi  Pada metaplasi terjadi perubahan sel/jaringan dewasa menjadi sel dewasa jenis lain.  Penyebabnya adalah rangsangan terus menerus, radang kronis.  Ada 2 metaplasi yaitu metaplasi ephitelial dan metaplasi mesenchymal.  Metaplasi epitelial berupa proteksi (serviks, mamae, prostate) dan kadang fungsi sekresi hilang (epitel bronkus).  Metaplasi mesenchymal berupa adaptasi sel. Temuan pada cedera reversible dan cedera irreversible Cidera Reversible Cidera Irreversible  Pembengkakan sel secara umum  Kromatin inti sel masih utuh  Autography oleh lisosom  Agregasi dari partikel-partikel intra membran  Pembengkakan RE  Terjadi penghamburan dari lisosom  Terjadi pemadatan kecil  Ruptur dan autolisis lisosom  Pada inti terjadi piknosis atau kariolisis dan kariorrhexis  Terdapat gambaran myelin  Berpengaruh pada membrane sel  Terjadi pemadatan yang luas  Pembengkakan mitokondria  Terjadi nekrosis Kematian Sel (Nekrosis)  Jejas yang paling ekstrim akan mengakibatkan kematian sel atau jaringan, dimana kematian tersebut dapat berupa somatic death atau berupa nekrosis.  Nekrosis merupakan kematian sel atau jaringan pada individu yang masih hidup.  Nekrobiosis adalah kematian sel fisiologis misalnya epidermis, darah.  Adapun gambaran makroskopis nekrosis adalah: perubahan perangai, tidak nampak segar, keruh (opaque), tidak cerah, warna putih abu-abu.  Gambaran mikroskopis nekrosis adalah jaringan nekrotik seluruhnya tercat eosin, sering pucat, bercak kebiru-biruan menunjukkan adanya kalsifikasi, jaringan sekitarnya tampak hiperemik dan serbukan radang.  Perubahan pada inti sel yang mengalami nekrosis adalah: hilangnya gambaran kromatin, inti keriput tidak vesikuler, inti lebih padat dengan warna hitam (piknotik), inti robek yang terbagi atas fragmen-fragmen (karyorrhexis), inti pucat dan tidak nyata (karyolisis). Akhirnya seluruh jaringan menjadi massa amort, granuler tanpa inti atau meninggalkan bayangan ke kerangka sel dan akhirnya menghilang sama sekali.  Jenis nekrosis ada beberapa macam, seperti nekrosis coagulativa, nekrosis colliguativa, nekrosis caseosa, ganggren, nekrosis enzimatik, dan nekrosis fibrinoid Nekrosis Colliguativa = Liquection (mencair)  Terjadi dalam waktu yang lebih cepat.  Penyebab: pengaruh enzim-enzim yang bersifat litik.  Hal ini sering terjadi pada jaringan otak, jaringan dengan infeksi bakteri piogen oleh karena dibentuk berbegai enzim protein litik yang merusak jaringan. Nekrosis Caseosa = Perkejuan  Hal ini dimulai dengan destruksi jaringan pancreas sehingga terjadi pelepasan enzim lipase yang merusak jaringan sekitarnya.  Lipase menghidroliser jaringan lemak sehingga asam lemak keluar.  Asam lemak yang ditambah dengan alkali maka akan terbentuk sabun yaitu benda-benda putih seperti kapur.  Enzimatk nekrosis merupakan suatu keadaan gawat abdomen yang akan mengakibatkan shock Nekrosis Fibrinoid  Hal ini sering berhubungan dengan persoalan imunitas.  Berupa bangunan menyerupai fibrin pada jaringan ikat atau pembuluh darah.  Struktur fibrinoid belum jelas, tetapi dapat berupa: depolimerasi kolagen, perubahan substansi dasar nukleoprotein, prepitasi fibrin atau gamma globulin, yang terjadi pada daerah yang mengalami reaksi antigen antibodi. Perubahan Postmortem  Setelah kematian terjadilah perubahan-perubahan tertentu yang dinamakan perubahan postmortem.  Seseorang mati apabila: jantung tidak berdenyut, pernafasan berhenti, fungsi otak berhenti (EEG datar).  Perubahan-perubahan pada postmortem sangat dipengaruhi oleh: suhu sekitar, suhu badan dan infeksi umum. Adapun tahap-tahap perubahan postmortem adalah algor mortis, rigor mortis, livor mortis, postmortem clot, dan pembusukan. Algor Mortis  Dimana terjadi perubahan suhu badan yang kurang lebih sama dengan suhu sekitarnya.  Hal ini disebabkan oleh karena proses metabolisme yang mulai berhenti Rigor Mortis  Sesudah 2-3 jam kemudian terjadi kaku mayat.  Hal ini terjadi oleh karena prepitasi protein dan aglutinasi pada otot-otot.  Mula-mula otot volunter sekitar kepala dan leher yang kemudian menjalar ke bawah dan ke seluruh tubuh, yang kemudian kekakuan menetap 2-3 jam dan kemudian menghilang.  Kaku mayat timbul lebih cepat dan lebih keras pada keadaan tertentu, seperti: – Pergerakan yang banyak sebelum kematian misal perang. – Demam tinggi – Kecapaian – Suhu sekitar yang tinggi  Sedangkan kaku mayat timbul lebih lama pada keadaan: sakit lama dan cachexia Livor Mortis (lebam mayat)  Perubahan warna pada mayat.  Terjadi karena darah mengalami hemolisis dan turun ke tempat yang lebih rendah.  Pada pembusukan oleh karena terbentuk sulfida biasanya sekitar usus. Postmortem Clot (pembekuan darah)  Terjadi segera setelah penderita meninggal atau dapat pula terjadi pada masa agoni (agonal clot).  Postmortem clot: warna merah, elastis atau seperti agar-agar (eruor clot).  Tidak melekat pada dinding jantung atau pembuluh darah.  Bila darah beku terbentuk lambat: berlapis.  Lapis terbawah berupa eritrosit (eruor clot), diatasnya lekosit, sedang teratas plasma dengan sedikit lekosit (chicken fat clot). Pembusukan  Pengaruh fermen tubuh sehingga terjadi autodigestion yang kemudian terjadi autolisis.  Hal ini terjadi cepat pada mucosa lambung, kandung empedu.  Umumnya semakin tinggi deferensiasinya maka akan semakin cepat autolisisnya.  Pembusukan terjadi oleh karena masuknya kuman saprofit yang biasanya berasal dari usus.  Pembentukan H2S disekitar usus nampak kebiruan. RESPON TUBUH TERHADAP CEDERA  Peradangan – rubor (kemerahan), – kalor (panas), – dolor (rasa sakit), – tumor (pembengkakan), dan – fungsio laesa (perubahan fungsi).  Perbaikan/Pemulihan Jaringan  Fungsi radang: – memobilisasi semua bentuk pertahanan tubuh ke tempat jejas – memusnahkan agen penyebab – membatasi agen penyebab – merintis jalan untuk pemulihan jaringan yang rusak Perbaikan/Pemulihan Jaringan Jaringan rusak ----------------------àmakrofag Fagosit Limfosit Basofil angiogenesis Eosinofil Kapiler nutrisi Jaringan granulasi Jaringan ikat muda (fibroblas) kolagen Fibrosis (cicatrik): avaskuler, banyak kolagen, sel radang tidak ada Faktor penting pada penyembuhan  Epitelisasi – fase I (migrasi sel epitel dari tepi-tepi luka yang dimualai kurang lebih 12 jam setelah jejas), – fase II (proliferasi sel epitel, sel bertambah banyak, mulai kurang lebih 24 jam), – fase III (diferensiasi setelah semua lapisan penuh sehingga sel berubah bentuk seperti aslinya, proliferasi berhenti).  Proliferasi sel jaringan ikat (fibroblas)  Kolagenisasi, – terbentuk jaringan granulasi (fibroblas dan pembuluh darah baru) yang akan memberikan nutrisi dan oksigen sehingga terjadi kolagenisasi kemudian jaringan mengkerut dan terbentuk jaringan parut. Faktor yang mempengaruhi pemulihan jaringan  Faktor lokal yang mempengaruhi pemulihan jaringan seperti: infeksi, suplai darah kurang baik, benda asing, imobilisasi setempat, kotor, banyak jaringan mati, tepi tidak rata, jenis sel).  Faktor umum yang mempengrahi pemulihan jkaringan diantaranya umur, nutrsisi (Vit C, protein: untuk sintesis kolagen), anemia dan penyakit darah yang lain, status kekebalan, DM, pemakaian kortokosteroid dimaan akan menghalangi proliferasi fibroblas dan sintesa kolagen. Komplikasi yang dapat terjadi pada pemulihan jaringan  kontraktur (jaringan parut mengkerut, lika dalam sampai otot),  granuloma (jaringan granulasi tumbuh terus dimana harus dikerok/nitras argenti),  keloid (jaringan parut tumbuh terus, biasanya faktor bawaan), dan  perlengketan. Infeksi Oportunistik  Infeksi oportunistik timbul jika beberapa faktor atau kelompok faktor membahayakan mekanisme pertahanan intrinsik hospes atau dengan cara mengubah ekologi jasad renik penghuni normal.  Umumnya terjadi pada pasien-pasien yang dirawat di RS dengan keadaan gangguan gizi, reaksi imunologis, atau kemampuannya untuk menghasilkan leukosit terganggu, pasien dengan pengobatan kemoterapi, pasien bedrest, dan sebagainya. Flora Jasad Renik Normal  Bisa menguntungkan  Bisa merugikan  Tergantumng pada interaksi antara host, agent dan lingkungan CAIRAN TUBUH • Air • Peranan air dalam tubuh manusia sangat penting, semakin muda usia semakin besar kandungan air dalam tubuhnya. Sebagian besar massa tubuh adalah air, yang berfungsi untuk : – Penunjang terjadinya reaksi-reaksi biokimia – Pelarut ion-ion dan molekul – Media transportasi proses-proses intrasel dan ekstrasel – Pelicin – Pengatur suhu tubuh Air tubuh meliputi • Air intrasel, lebih kurang 50 % total air tubuh orang dewasa sehat dan normal. Di dalam sel mengandung elektrolit, kalium, fosfat dan bahan makanan seperti glukosa dan asam amino. • Air ekstrasel, lebih kurang 30 % dari cairan dalam tubuh. Air Ekstrasel – Saliva – Plasma darah – Limfa – Cairan interstisial – Jaringan penyambung – Tulang rawan – Kulit – Tulang – Cairan sekresi – Asam lambung – Enzim – Empedu – Enzim Saliva  Komposisi saliva:  99.42% air  0.58 % zat padat à 2/3 zat organik (ptialin & musin) à 1/3 zat anorganik (ion-ion Ca++, Mg++, Na+, K+, PO4=, Cl-, HCO3- & SO4=)  pH saliva berkisar antara 6.35 – 6.85 Kimiawi saliva • Di mulut tempat pemecahan karbohidrat • Ptialin (amilase ludah) bereaksi bila pembungkus selulose pada zat tepung telah pecah • Pecahnya pembungkus: dimasak à gula mudah larut (maltose) Lambung • Kelenjar dalam mukosa lambung mengeluarkan getah lambung • Getah lambung: cairan bening, 40% HCl • Fungsi HCl (asam lambung = asam klorida): – Mencairkan makanan à chime – Mengasamkan makanan – Antiseptik & desinfektan – Media peruraian protein • Enzim Pepsin dari pepsinogen: protein à pepton • Enzim Renin : ragi pembeku susu àkasein Empedu • Cairan alkali untuk memecah lemak • Membantu kerja enzim lipase • Chime (asam) + empedu (basa) à netral • Garam empedu : mengurangi tegangan permukaan Kesetimbangan Asam Basa Asam • Rasa masam • Bila terkena kulit terasa pedih (menyengat) • Contoh : – Jeruk à asam sitrat (H2CO3) – Accu à asam sulfat (H2SO4) – Asam cuka à asam asetat (CH3COOH) – Asam lambung à asam klorida (HCl) Basa (alkali) • Rasa pahit • Terasa licin bila terkena kulit • Contoh : – Baking soda à natrium bikarbonat (Na2CO3) – Ammonia à NH3 – Sabun à Ion hidroksida (OH-) • Bila asam bereaksi dengan basa à penetralan, contoh : antasid (obat maag) • Mg(OH)2 + HCl à MgCl (garam) + H2O Garam • Suatu asam dan suatu basa akan bereaksi membentuk suatu garam dan bercampur dengan molekul air • NaOH + HCl à NaCl + H2O Teori Asam-Basa Arrhenius asam adalah: – Rasa masam – Lakmus biru à merah – Asam + logam àmelepas gelembung-gelembung gas Hidrogen basa adalah : o Rasa pahit o Lakmus merah à biru o Senyawa dengan gugus hidroksi (OH-) o Teori Brönsted-Lowry: o Asam : suatu zat/bahan yang mempunyai kecenderungan memberikan proton (H+) o Contoh : HCl, HNO3, HSO4-, H2PO4-, Cl-, CN- o Teori Lewis: o Asam : suatu zat yang menerima sebuah pasangan elektron Keasaman dan Kebasaan • Konstanta ion-hasil disimbolkan Kw: Kw = [H3O+][OH-] Kw adalah hasil kali konsentrasi ion hydronium hasil ([H3O+]) and ion hydroxide ([OH-])- namun bukan air karena air adalah cairan murni • [H2O] konstan Kw = 1.0 x 10-14 pada 25 °C Asam, Basa atau Netral?  Larutan Netral à konsentrasi ion hidronium sama dengan konsentrasi ion hidroksida  atau [H3O+] = [OH-]à  Kw = [H3O+][OH-] = 1.0 x 10-14 pada 25°C  [H3O+] = [OH-] = 1.0 x 10-7 M untuk larutan netral  Larutan asam bila [H3O+] > [OH-]
 Larutan basa bila [H3O+] < [OH-]
 Karena [H3O+] dan [OH-] berhubungan dengan Kw
 [H3O+] akan besar bila [OH-] kecil
[H3O+] menjadi kecil bila [OH-] besar

Skala pH
 Konsentrasi ion hidronium ([H3O+]) bervariasi dari 1.0 M sampai 1 x 10–14 M dalam larutan èskala logarithmik,(skala pH)
 Skala pH untuk menunjukkan [H3O+]
 pH adalah negative logarithma dari [H3O+]
 pH = - log[H3O+].
 Bila diketahui pH, [H3O+] dapat juga dihitung.
 [H3O+] = 14 – pH
 pOH adalah negative logarithma dari ion hidroksida konsentrasi ([OH–]):
 pOH = -log[OH–]



Pengukuran pH
 Asam seperti HCl terionisasi sempurna dalam air:
HCl(g) + H2O(l) à H3O+(aq) + Cl-(aq)
 Larutan 0.01 M HCl terdiri dari 0.01 M H3O+ dan 0.01 M Cl-.
pH = -log[H3O+] = -log(0.01) = 2.0
 Basa seperti NaOH terionisasi sempurna dalam air:
NaOH(s)à Na+(aq) + OH-(aq)
 Larutan 0.01M NaOH terdiri dari 0.01 M Na+ and 0.01 M OH-
 pOH = -log[OH-] = -log(0.01) = 2.0
pH + pOH = 14.0, sehingga
 pH = 14.0 - pOH = 14.0 - 2.0 = 12.0
Kekuatan Asam dan Basa
• Asam kuat dan basa kuat àAsam dan basa yang terionisasi sempurna ketika dilarutkan dalam air
• Asam kuat, Contoh : HCl, H2SO4, and HNO3.
• Basa kuat, contoh : NaOH, KOH, and Ca(OH)2.
HCl(g) +H2O(l) à H3O+(aq) +Cl-(aq)
KOH(s) à K+(aq) + OH-(aq)
• Asam lemah (contoh HF dan H3PO4) dan basa lemah (contoh NH3 and Na2CO3) tidak terionisasi sempurna dalam air
• Bila terjadi kesetimbangan antara asam konjugasi dengan basa konjugasi
HF(aq) +H2O(l) à H3O+(aq) + F-(aq)
NH3(aq) + H2O(l) à NH4+(aq) + OH-(aq)

Sifat-sifat Asam dan Basa
• Garam dilarutkan dalam air akan terionisasi menjadi anion dan kation
• Bila ion-ion bereaksi dengan air membentuk ion H3O+(aq) atau OH-(aq)à hydrolysis
• Anion (A-) dari asam lemah (HA) bereaksi dengan air menghasilkan OH-(aq) à basa :
A- + H2O à HA + OH-
• Kations (HB+) dari basa lemah (B) bereaksi dengan air menghasilkan H3O+(aq) à asam:
HB+ + H2O à H3O+ + B
Kation logam-logam Grup 1A dan 2A (kecuali Be2+) dan anion dari asam kuat (contoh Cl- dan NO3-) tidak terjadi hidrolysis à larutan netral.

Bagaimana menentukan Ka atau Kb?
• Penentuan Ka atau Kb dari garam asam atau garam basa
• Kation atau anion adalah konjugasi asam atau basa dari basa lemah atau asam lemah
• Kb basa lemah (A–) dihubungkan dengan Ka dari asam konjugasi (HA) oleh Kw.
Kw = (Ka)(Kb) = 1.0 x 10–14
• Ka asam lemah (HB+) dihubungkan Kb dari basa konjugasi (B) oleh Kw.