Halaman

Jumat, 26 Agustus 2011

ANALGETIC DAN ANTIPIRETIC


Analgetik Dan Antipiretik

Oleh : Triyo Rachmadi,S.Kep.

PENDAHULUAN

Inflamasi adalah respons terhadap cedera jaringan dan infeksi. Proses inflamasi merupakan suatu mekanisme perlindungan dimana tubuh berusaha untuk menetralisir dan membasmi agen-agen yang berbahaya pada tempat cedera dan untuk mempersiapkan keadaan untuk perbaikan jaringan.

TANDA-TANDA UTAMA INFLAMASI

Lima ciri khas dari inflamasi, dikenal sebagai tanda-tanda utama inflamasi, adalah kemerahan, panas, pembengkakan (edema), nyeri dan hilangnya fungsi.

Lima Tanda-Tanda Utama Inflamasi Ialah :

TANDA-TANDA

KETERANGAN & PENJELASAN

1. Eritema (Kemerahan)

2. Edema (Pembeng-kakan)

3. Demam

4. Nyeri

5. Hilangnya fungsi

Kemerahan terjadi pada tahap pertama dari inflamasi. Darah berkumpul pada daerah cedera jaringan akibat pelepasan mediator kimia tubuh (kinin, prostaglandin, dan histamin). Histamin mendilatasi erteriol.

Pembengkakan merupakan tahap kedua dari inflamasi. Plasma merembes ke dalam jaringan interstisial pada tempat cedera. Kinin mendilatasi arterio, meningkatkan permeabilitas kapiler.

Suatu keadaan keseimbangan terganggu pada keadaan patologis adanya zat pirogen endogen atau sitokin yang memacu Biosintesa Prostoglandin hingga menaikkan suhu.

Alat pengatur suhu tubuh di hipotalamus.

Didefinisikan suatu perasaan dan keadaan emosi yang tidak menyenangkan sebagai suatu kenyataan adanya potensiasi kerusakan jaringan yang rusak.

Hilangnya fungsi disebabkan karena penumpukan cairan pada tempat cedera jaringan dan karena rasa nyeri, yang mengurangi mobilitas pada daerah yang terkena.

OBAT-OBAT ANTI INFLAMASI




OBAT-OBAT ANTI-INFLAMASI NONSTEROID

Obat-obat anti-inflamasi nonstreroid (AINS) merupakan suatu grup obat yang secara kimiawi tidak sama, yang berbeda aktivitas anti-piretik, analgesik dan anti-inflamasinya. Obat-obat ini terutama bekerja dengan jalan menghambat enzim siklo-oksigenase.

A. Aspirin dan Salisilat lain

Aspirin adalah asam organik lemah yang unik diantara obat-obat AINS dalam asetilasi.. Mungkin menguntungkan karena dapat membatasi jaringan inflamasi oleh esterase dalam tubuh, menghasilkan salisilat, yang mempunyai efek anti-inflamasi, anti-piretik, dan analgesik. Diflunisal 3 sampai 4 kail lebih kuat daripada aspirin, tetapi tidak mempunyai efek antipiretik. Diflunisal tidak memasuki SSP dan karena itu tidak menghilangkan demam.

1. Mekanisme kerja : Efek antipiretik dan anti-inflamasi salisilat terjadi karena penghambatan sintesis prostaglandin di pusat pengatur panas dalam hipotalamus dan perifer di daerah target.

2. Efek

Obat-obat AINS, termasuk aspirin mempunyai tiga efek terapi utama, yaitu mengurangi inflamasi (anti-inflamasi), rasa sakit (analgesik) dan demam (anti pireksia)

a. Efek anti-inflamasi

Karena aspirin menghambat aktivitas sikooksigenase, maka aspirin mengurangi pembentukan prostaglandin.

b. Efek analgesik

Prostaglandin E2 (PGE2) diduga mensensitisasi ujung saraf terhadap efek bradikinin, histamin, dan mediator kimiawi lainnya yang dilepaskan secara lokal oleh proses inflamasi.

c. Efek antipiretik

Demam terjadi jika “set-point” pada pusat pengatur panas di hipotalamus anterior meningkat.

3. Penggunaan Klinik

a. Antipiretik dan Analgesik : Natrium salisilat, kolin salisilat (dalam formula liquid), kolin magnesium salisilat dan aspirin digunakan sebagai antipiretik dan analgesik pada pengobatan gout, demam rematik, dan artritis rematoid.

b. Penggunaan eksternal : Asam salisilat digunakan secara topikal untuk mengobati kutil, kalus, dan epidermofitosis (suatu erupsi yang disebabkan oleh jamur).

4. Farmakokinetik

a. Dosis : pada dosis rendah, salisilat menunjukkan aktivitas analgesik; hanya pada dosis lebih tinggi obat-obat ini menunjukkan aktivitas anti-inflamasi. Misalnya, dua tablet aspirin 300 mg yang diberikan 4 kali sehari menghasilkan analgesia, sedangkan 12 sampai 20 tablet perhari menghasilkan aktivitas analgesik dan anti-inflamasi.

b. Nasib : pada dosis rendah normal (600 mg/hari), aspirin dihidrolisis menjadi salisilat dan asam asetat oleh esterase yang ada di dalam jaringan dan darah. Salisilat disekresi ke dalam urine dan dapat mempengaruhi ekskresi asam urat. Pada dosis rendah aspirin, sekresi asam urat menurun; pada dosis besar, sekresi asam urat meningkat.

5. Efek samping

a. Saluran cerna : efek salisilat terhadap saluran cerna yang paling umum adalah distres epigastrium, mual, dan muntah. Aspirin seharusnya diberi bersama makanan dan cairan volume besar untuk mengurangi gangguan saluran cerna.

b. Hipersensitivitas : sekitar 15% pasien yang minum aspirin mengalami reaksi hipersensitivitas. Gejala alergi yang asli adalah urtikaria, bronkokonstriksi, atau edema angioneurotik.

B. Derivat asam propionat

Ibuprofen adalah obat pertama dari kelas ini yang tersedia. Kemudian diikuti oleh naproksen, fenoprofen, ketoprofen, flurbiprofen, dan oksaprozin. Semua obat-obat ini mempunyai aktivitas anti-inflamasi, analgesik, dan antipiretik dan mendapat prioritas yang luas pada pengobatan rematoid dan osteoartritis kronik karena efek terhadap saluran cerna umum paling sedikit dibandingkan dengan aspirin.

Obat-obat ini adalah penghambat reversibel siklo-oksigenase dan karena itu, seperti aspirin, menghambat sintesis prostaglandin tetapi tidak menghambat leukotrien. Mengalami metabolisme hepatik dan diekskresikan melalui ginjal. Feel samping yang paling umum adalah terhadap saluran cerna, mulai dari dispepsia sampai perdarahan.

C. Asam indolasetat

Yang termasuk dalam grup obat-obat ini adalah Indometasin, Sulindak dan Etodolak. Semua mempunyai aktivitas anti-inflamasi, analgesik dan antipiretik. Bekerja menghambat siklo-oksigenase secara reversibel. Umumnya tidak digunakan untuk menurunkan demam.

1. Indometasin : Sebagai anti-inflamasi, obat AINS ini lebih poten daripada aspirin, tetapi lebih inferior terhadap salisilat pada dosis toleransi penderita artritis rematoid.

a. Penggunaan terapi : walaupun potensinya sebagai obat anti-inflamasi, toksisitas indometasin membatasi pemakaiannya untuk pengobatan kondisi di atas. Indometasin juga bermanfaat untuk mengontrol nyeri yang berhubungan dengan uveitis dan pasca-operasi mata.

b. Farmakokinetik : Indometasin cepat dan hampir sempurna diabsorbsi dari saluran cerna bagian atas setelah pemberian per-oral. Dimetabolisme oleh hati. Diekskresikan ke dalam empedu dan urine dalam bentuk tidak berubah dan dalam bentuk metabolit.

c. Efek samping : efek samping Indometasin terjadi sampai pada 50% penderita yang diobati; sekitar 20% ditemukan efek samping yang tidak bisa ditoleransi dan pemakaian obat dihentikan. Kebanyakan efek samping ini berhubungan dengan dosis. Keluhan saluran cerna yaitu mual, muntah, anoreksia, diare, dan nyeri abdomen.

2. Sulindak : Pro-dug yang tidak aktif ini erat kaitannya dengan Indometasin. Metabolisme oleh enzim mikrosom hati menghasilkan bentuk aktif (sulfida) obat, yang mempunyai masa kerja lama. Walaupun obat ini kurang poten daripada Indometasin, obat ini berguna pada pengobatan artritis rematoid, osteoartritis,. Efek samping mirip dengan obat AINS lain termasuk indometasin, tetapi lebih ringan.

3. Etodolak : Obat ini mempunyai efek mirip dengan obat AINS lain. Masalah saluran cerna mungkin lebih sedikit. Namun, telah dilaporkan efek samping lain seperti retensi cairan dan fungsi ginjal dan hati yang abnormal. Etodolak dapat meningkatkan kadar serum, sehingga meningkatkan resiko efek samping yang disebabkan oleh digoksin, litium, metotreksat, dan meningkatkan nefrotoksisitas siklosporin.

D. Derivat oksikam

Pada waktu ini, hanya piroksikam yang tersedia. Mekanisme kerjanya belum jelas, tetapi piroksikam digunakan untuk pengobatan artritis rematoid, dan osteoartritis. Waktu paruh rata-rata 50 jam sehingga pemberiannya satu kali sehari. Gangguan saluran cerna terjadi pada sekitar 20% penderita. Obat dan metabolitnya dieksresikan ke dalam urine.

E. Fenamat

Asam mefenamat dan meklofenamat tidak mempunyai anti-inflamasi dibandingkan obat AINS lain. Efek samping, seperti diare, dapat berat dan berhubungan dengan peradangan abdomen. Telah dilaporkan adanya kasus anemia hemolitik.

F. Fenilbutazon

Fenilbutazon mempunyai efek anti-inflamasi kuat tetapi aktivitas analgesik dan antipiretiknya lemah. Obat ini bukan merupakan obat ”first line”.

1. Penggunaan terapi : Fenilbutazon diresepkan terutama untuk terapi jangka pendek artritis rematoid akut jika obat AINS lain gagal. Penggunaan fenilbutazon dibatasi oleh toksisitasnya.

2. Farmakokinetik : fenilbutazon terikat luas dengan protein plasma. Sifat ini dapat menggantikan tempat warfarin, obat-obat hipoglikemik oral dan sulfonamid dari tempat ikatannya pada protein plasma, menyebabkan peningkatan selintas fraksi bebas obat-obat ini.

3. Efek samping : Fenilbutazon sedikit sekali ditoleransi oleh kebanyakan penderita : efek samping terjadi pada hampir setengah dari mereka yang diobati. Efek samping yang paling serius adalah agronulositosis dan anemia aplastik.

G. Obat-obat lain

1. Diklofenak : Penghambat siklo-oksigenase, digunakan untuk pengobatan jangka lama artritis rematoid, osteoartritis.

2. Ketorolak : diberikan secara intramuskular untuk pengobatan nyeri pasca operasi, dan secara topikal untuk alergi konjungtivitis.

3. Tolmetin dan nabumeton : Tolmetin dan nabumeton sama kuat dengan aspirin dalam mengobati artritis rematoid atau osteroartritis dewasa atau juvelisi, tetapi efek sampingnya lebih sedikit.

ANALGESIK NON-NARKOTIK

Tidak seperti obat AINS, analgesik non-narkotik mempunyai sedikit atau tidak mempunyai aktivitas anti-inflamasi. Keuntungan terapi analgesik non-narkotik tidak menimbulkan ketergantungan fisik atau toleransi.

A. Asetaminofen dan fenasetin

Asetaminofen dan fenasetin bekerja dengan jalan menghambat sintesis prostaglandin pada SSP. Ini menerangkan efek antipiretik dan analgesiknya. Efeknya kurang terhadap siklo-oksigenase jaringan perifer, yang mengakibatkan aktivitas anti-inflamasinya lemah.

1. Penggunaan terapi : Asetaminofen merupakan pengganti yang baik untuk efek analgesik dan antipiretik aspirin pada penderita dengan keluhan saluran cerna dan pada mereka dengan perpanjangan waktu perdarahan yang tidak menguntungkan atau mereka yang tidak memerlukan efek anti-inflamasi aspirin.

2. Farmakokinetik : Asetaminofen cepat diabsorbsi dari saluran cerna. Metabolisme lintas pertama yang bermakna terjadi pada sel lumen usus dan hepatosit.

3. Efek samping : pada dosis terapi normal, asetaminofen bebas dari efek samping bermakna. Kemerahan pada kulit dan reaksi alergi minor sering terjadi.

KERUGIAN TERAPEUTIK KEUNTUNGAN TERAPEUTIK

AINS Terpilih AINS Terpilih

Ringkasan obat-obat anti-inflamasi non-steroid (AINS)

Tidak ada komentar: