Halaman

Sabtu, 17 September 2011

PENALAKSANAAN TRAUMA THORAKS

PENALAKSANAAN TRAUMA THORAKS
Oleh: Triyo Rachmadi,S.Kep.

A. PENDAHULUAN

Trauma Toraks sering ditemukan, sekitar 25 % dari penderita multi trauma ada komponen trauma toraks. Sembilan puluh persen dari penderita dengan Trauma Toraks ini dapat diatasi dengan tindakan yang sederhana oleh dokter di Rumah sakit (atau paramedik di lapangan), sehingga hanya 10 % yang memerlukan operasi.

B. ANATOMI

1. Dinding dada

Dinding dada merupakan bungkus untuk organ didalamnya, yang terbesar adalah jantung dan paru-paru. Tulang-tulang iga (kosta 1-12) bersama dengan otot interkostal, serta diagframa pada bagian kaudal, membentuk rongga toraks.

2. Pleura

Pleura parietalis melapisi sisi dari toraks (kiri dan kanan), sedangkan pleura veseralis melapisi seluruh paru (kiri dan kanan), antara pleura parietalis dengan viseralis ada tekanan negatif (“Menghisap”) sehingga pleura parietalis dan viseralis saling bersinggungan. Ruangan antara kedua pleura disebut rongga pleura. Bila ada hubungan antara udara luar (tekanan I atm), dengan rongga pleura, misalnya karena luka tusuk, maka tekanan positif akan memasuki rongga pleura, sehingga terjadi “Open pneumo-thorax”. Tentu saja paru (bersama pleura viseralis) akan kuncup (Collaps).

Bila karena suatu sebab, permukaan pleura viseralis robek dan ada hubungan antara bronchus dengan rongga pleura sehingga juga dapat terjadi pneumothorax. Apabila ada suatu mekanisme “Ventiel” sehingga udara dari bronchus masuk rongga pleura, tetapi tidak dapat masuk kembali, maka akan terjadi peumatorax yang semakin berat yang pada akhirnya akan mendorong paru sebelahnya. Keadaan ini dikenal sebagai “Tension pneumothorax”

Apabila terdapat perdarahan dalam rongga pleura, maka keadaan ini dikenal sebagai hemothorax.

3. Paru

Terdapat dua, masing-masing di kiri dan kanan. Dari pangkal paru (hilus) keluar bronkus utama kiri dan kanan yang bersatu membentuk trkhea.

4. Mediastinum

Antara kedua paru (dan pleura viseralis) terdapat antara lain jantung dan pembuluh darah besar. Apabila ada tension pneumotoraks maka medistinum akan terdorong kesisi yangs ehat, sehingga ada gangguan arus balik darah melalui vena cava. Keadaan ini akan menimbulkan syok, karena jantung tidak maksimal mencurahkan darah.

Jantung berdenyut dalam satu kantong, yang dikenal sebagai pericardium. Apabila ada luka tusuk jantung, maka darah mungkin akan kelouar dari jantung dan mengisi rongga pericard-ium, sedemikian rupa sehingga denyut jantung akan terhambat. Akan timbul syok, yang bukan syok hemoragik, melainkan syok kardiogenik.

C. FISIOLOGI

1. Pernafasan

Pernafasan terdiri dari inspirasi (menarik nafas) dan ekspirasi (mengeluarkan nafas). Pernafasan normal umumnya berkisar antara 12-20 kali/menit. Pernafasan yang lebih dari 24 kali/menit dikenal sebagai tachypnoe (taghi-pe-nu)

Apabila pernafasan buatan dibuat lebih dari 24 kali/menit, maka dikenal sebagai hiperventilasi. Tachypnoe dapat sebagai akibat keadaan fisiologis (ketakutan, kecapaian dan sebagainya), tetapi juga dapat merupakan indikator bahwa ada yang tidak beres dengan masalah breathing.

2. Hipoksia dan Hiperkapnia

Pada dasarnya proses pernafasan bertujuan untuk memasukkan oksigen kedalam tubuh yang kemudian akan berdifusi dalam darah. Gangguan pernafasan akan mengakibatkan gangguan oksigenasi (kadar 02 rendah) yang dikenal sebagai hipoksia. Apabila gangguan pernafasan disertai dengan penimbunan C02 dalam darah, maka akan timbul hiperkapnia.

Pada umumnya hipoksia akan bermanifestasi sebagai disponoe (dis-pe-nu) sedangkan hiperkapnia yang berat akan bermanfestasi sebagai sianosis. Hipoksia ringan umumnya sudah ingin memberikan gejala tachypnoe dan dyspnoe. Keadaan ini juga dapat dikenal memakai “Pulse oxymeter” yang mengukur Saturasi 02 dalam darah. Saturasi 02 diatas 95 % berarti normal. Hiperkapnia ringan tidak mungkin dikenal secara klinis.

D. PEMERIKSAAN FISIK PARU

1. Inspeksi

Pemeriksaan paru dilakukan dengan melihat peranjakan ke-2 sisi dada, simetris atau tidak.

2. Palpasi.

Palpasi dilakukan dengan ke 2 tangan memegang ke-2 sisi dada. Dinilai peranjakan kedua sisi dada (simetris atau tidak) dan bila ada suara penderita, apakah teraba simetris atau tidak oleh ke-2 tangan pemeriksa

3. Perkusi

Dengan mengetukkan jari tengah terhadap jari tengah yang lain yang diletakkan mendatar diatas dada. Pada daerah paru berbunyi sonor, pada daerah jantung berbunyi redup (dull), sedangkan diatas lambung (dan usus) berbunyi timpani.

Pada keadaan pneumothorax akan berbunyi hipersonor, berbeda dengan bagian paru yang lain. Pada keadaan hemothorax, akan berbunyi redup (dull)

4. Auskultasi.

Auskultasi dilakukan pada 4 tempat yakni dibawah ke-2 klavikula, pada garis mid-klavikularis dan pada kedua aksila.

Bunyi nafas harus sama kiri=kanan

E. AIRWAY

Pengelolaan airway merupakan hal utama yang harus diperhatikan lebih dahulu

F. TRAUMA THORAX

1. Ada 5 keadaan yang harus dikenal pada survai primer :

a. Open pneumo-thorax

Dapat timbul karena trauma tajam, sedemikian rupa, sehingga ada hubungan udara luar dengan rongga pleura, sehingga paru menjadi kuncup. Seringkali hal ini terlihat sebagai luka pada dinding dada yang menghisap pada setiap inspirasi (sucking chest wound)

Apabila lubang ini lebih besar dari pada 2/3 diameter trachea, maka pada inspirasi, udara lebih mudah meliwati lubang pada dinding dada dibandingkan meliwati mulut, sehingga terjadis esak yang hebat. Dengan demikian maka pada open pneumothorax, usaha pertama adalah menutup lubang pada dinding dada ini, sehingga open pneumothorax menjadi closed pneumothorax (tertutup). Harus segera ditambahkan bahwa apabila selain lubang pada dinding dada , juga ada lubang pada paru, maka usaha untuk menutup lubang ini dapat mengakibatkan terjadinya tension pneumothorax. Dengan demikian maka yang harus dilakukan adalah :

> Menutup dengan kasa 3 sisi. Kasa ditutup dengan plester pada 3 sisinya, sedangkan pada sisi yang atas dibiarkan terbuka (kasa harus dilapisis zalf/sofratulle pada sisi dalamnya supaya kedap udara

> Menutup dengan kasa kedap udara. Apabila dilakukan dengan cara ini maka harus sering dilakukan evaluasi paru. Apabila ternyata timbul tanda tension pneuthorax, maka kasa harus dibuka.

Pada luka yang amat besar, maka dapat dipakai plastik infus yang digunting sesuai ukuran.

b. Tension pneumothorax

Apabila ada mekanisme ventil, karena lubang pada paru, maka udara akan semakin banyak pada satu sisi rongga pleura, akibatnya adalah :

> Paru sebelahnya akan tertekan, dengan akibat sesak yang berat

> Mediastinum akan terdorong, dengan akibat timbul syok

Apabila keadaan berat, maka paramedik harus mengambil tindakan dengan melakukan “Needle troracosyntesis” yakni menusuk dengan jarum besar pada ruang interkostal 2, pada garis mid-klavikuler.

c. Hematothorax masif

Pada keadaan ini terjadi perdarahan hebat dalam rongga dada. Tidak banyak yang dapat dilakukan pra-RS pada keadan ini. Satu-satunya cara adalah mebawa penderita secepat mungkin ke RS dengan harapan masih dapat terselamatkan dengan tindakan cepat di UGD.

d. Flail chest

Tulang iga patah pada 2 tempat, pada lebih dari dua iga sehingga ada satu segmen dinding dada yang tidak pada pernafasan. Pada ekspirasi, segmen akan menonjol keluar, pada inspirasi justru akan masuk kedalam. Ini dikenal sebagai pernafasan paradoksal. Kelainan ini akan mengganggu ventilasi, namun yang lebih diwaspadai adalah adanya kontusio paru yang terjadi.

Sesak berat yang mungkin terjadi harus dibantu dengan oksigensi dan mungkin diperlukan ventilasi tambahan. Di RS penderita akan dipasang pada respirator, apabila analisis gas darah menunjukkan pO2 yang rendah, atau pC02 yang tinggi

e. Tamponade jantung

Terjadi paling sering karena luka tajam jantung, walaupun trauma tumpul juga dapat menyebabkannya. Karena darah terkumpul dalam rongga perkardium, maka kontraksi jantung terganggu sehingga timbul syok yang berat (syok kardiogenik). Biasanya ada pelebaran pembuluh darah vena leher, disertai bunyi jantung yang jauh dan nadi yang kecil. Pada infus guyur, tidak ada atau hanya sedikit respon. Seharusnya pada penderita ini dilakukan perikardio-sintesis (penusukan rongga perikardium dengan jarum besar untuk mengeluarkan darah tersebut)

2. Beberapa keadaan yang dapat dikenali pada survei sekunder.

a. Fraktur Iga

Fragtur iga sering ditemukan. Gejalanya adalah nyeri pada pernafasan. Ketakutan akan nyeri opada pernafasan ini akan menyebabkan pernafasan menjadi dangkal, serta takut batuk. Keadan ini dapat menyebakan pada paru sehingga kadang-kadang memerlukan blok pada interkostalis di rumah sakit. Patah tulang iga sendiri tidak berbahaya, dan di pra-RS tidak memerlukan tindakan apa-apa yang harus diwaspadai adalah timbulnya pneumo/hemato-toraks.

b. Kontusio Paru

Pemadatan paru karena trauma, timbulnya agaknya agak lambat, sehingga pada fase pra-RS tidak menimbulkan masalah.

Keadaan lain seperti ruptur aorta, ruptur diafragma, perforasi esofagus dan sebagainya

Tugas Individu.

Ambil kasus cedera thoraks, pada anda tempat praktek, baik di Rumah Sakit maupun di Puskesmas, dengan format yang telah disediakan, dan untuk disajikan pada pertemuan berikutnya.

Format pengambilan kasus di tempat praktek.

No

Tanggal

Jenis kasus

Tindakan

Pengobatan

Tidak ada komentar: