PENYAKIT KARDIOVASKULER
Oleh: Triyo Rachmadi, S.Kep.
POKOK BAHASAN 5 : PENYAKIT SISTEM KARDIOVASKULERSUB POKOK BAHASAN : PENATALAKSANAAN ANGINA PECTORIS
WAKTU SESI : 1 jam pelajaran @ 45 menit |
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Memberikan kemampuan kepada peserta latih dalam mengenali dan menangani pasien dengan Angina Pectoris |
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSSetelah mengikuti sesi ini diharapkan :
|
PROSES PEMBELAJARANLangkah 1. Persiapan peserta
Langkah 2. Penyampaian materi pelatihan
Langkah 3. diskusi /tugas individu atau kelompok
|
METODE Ceramah Tanya jawab Diskusi Penugasan/kasus VCD |
ALAT BANTU LATIHOHPWhite board LCD CD |
EVALUASI Evaluasi dilakukan secara tertulis maupun praktek dengan instrumen terlampir |
RUJUKAN Hoole., A. J., Picard G. C., Quimetto M. R., Lohr J. A., Greenberg R. A. (1988). Patient Guidelines for Nurse Practioners. (4 th ed. ), Philadelphia : J. B. Lippincott Company. Ikatan Sarjana Farmasi (2004). ISO Indonesia. Vol. 39. Jakarta. |
ANGINA PECTORIS
I. Definisi Angina Pectoris
Adalah suatu syndrome klinis berupa serangan sakit dada sunsternal yang khas yaitu sepserti ditekan atau terasa berat didada yang sering kali menjalasr keleher, punggung dan lengan kiri kadang juga dirasakan ddaerah epigastrium. Keadaan ini bias timbul saat pasien melakukan aktivitas dan segera hilang saat aktivitas dihentikan. Hal ini timbula karena ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen akibat kerja otot miokardium dengan supply oxigen diterima otot myocardium.
Angina pectoris biasanya berkaitan dengan penyakit jantung koroner arterosklerotik, tapi dalam nenerapa kasus dapat merupakan kelanjutan dari stenosis aorta berat, insufisiensi atau hipertrofi jantung, kardiomiopati tanpa/disertai hipertioridesne atau pasca pengoabatan tiroid), anemia berat, takikardia paroksismal dengan frekwensi ventrikuler cepat, emboli atau spame koroner
II. Etiologi
Terjadinya Angina selalu disebabkan oleh artherosklerosis dari arteri coronaria. Faktor resiko yang meningkatkan rkejadian artherosklerosis diantaranya : riwayat keluarga adanya artherosklerosis, hipertensi, perokok, hiperlipidemi, jenis kelamin laki-laki, kegemukan, Diabetes militus dan gaya hidup/pola makan yang mewah.
III. Gambaran klinis
A. Gejala klinis
Diagnosis didasarkan kepada riwayat dari nyeri
1. Lokasi
Nyeri selalu berlokasi di area dari dada, tetapi kadang di daerah epigastrium, leher, punggung atau lengan substernal
2. Onset
Nyeri selalu meningkat bersamaan dengan meningkatnya beban kerja jantung dan berkurang sejalam dengan menurunnya beban jantung. Secara klasik gejala nyeri bertambah berkaitan dengan kerja dan menurun bila istirahat (sering antara 3-5 menit dan kurang dari 15 menit). Nyeri kadang muncul pada saat istirahat. Angina yang muncul saat istirahat menunjukkan beratnya penyakit dan perlu perhatian lebih.
3. Deskripsi sakit
Nyeri menyerupai tekanan yang kadang meluas dan jarang sperti terrasa ditusuk benda tajam atau rasa terbakar
4. Radiasi/penyebaran
Nyeri selalu disebabrkan ke leher, pundak atau lengan (terutama lengan kiri )
5. Gejala umum
Kadang terdapat gejala nafas pendek, diaphoresis ringan, merasa ingin muntah atau kombinasi. Nyeri tidak seperti nyeri kelaian pada pleura/pleuritis.
B. Tanda
Kemungkinan tidak didapatkan tanda yang lengkap. Meskipin demikian satu pemeriksaan yang teliti pada jantung dan paru dari Kegagalan Jantung Kongestif disebabkan oleh iskemik.
IV. Diagnosis
(pada kasus baru lakukan konsultasi dokter )
1. ECG .
ECG akan mengnunjukkan suatu karakteristik yang abnormal dari jantung yang diperoleh selama serangan nyeri. Pemeriksaan ECG memberikan hasil yang normal pada 50%-70% pasien.
2. Studi lain., ECG dilakukan hanya setelah dilakukan konsultasi.
3. Pemeriksaan hematokrit dan tes fungsi thyroid
V. Diagnosis banding
A. Infark Miokard Akut
B. Sakit jaringan muskuloskletal
C. Esopagitis, spasme esophagus dan sakit dada oleh karena gangguan gastro instestinal
D. Sakit dada “chest pain” oleh karena kelainan pleura atau kelainan paru lain
E. Kompresi spina servikalis
VI. Pengobatan Angina
Angina pectoris pada terapinya sedikit dibedakan dalam dua kategori yaitu untuk Stable Angina dan Unstable Angina .
A. Stable Angina
Dibedakan dengan Unstable Angina dalam diagnosanya bila frekwensi dan intensitas rasa sakitnya hilang kurang dari 15 menit, dan juga jumlah nitrogliserin tablet lingual yang dipakai untuk menghilangkan rasa sakit.( kurang dari 3 tablet).
1. Pengobatan/terapi umum
a. Mengurangi atau menghilangkan faktor resiko.
b. Mengurangi aktivitas/ beban kerja jantung :
(1) . Mengurangi kegiatan fisik(olah raga).
(2) . Mengurangi beban kerja jantung dengan mengontrol penyakit penyakit lain yang membebani kerja jantung misalnya.
a) Mengontrol hipertensinya
b) Mengobati aneminya.
c) Mengobati rasa ketakutannya (anxiety)
d) Mengurangi Berat badan.
e) Meningkatkan daya kerja jantung tanpa merubah beban kerjanya.
f) Mengobati untuk mengkompensasi CHF (Congestive Heart Failure).
2. Terapi spedifik
a. Nitroglycerin 1 tablet( 0,3-0,4 mg) sublinggual tiap 3-5 menit sampai rasa
sakit atau pusing hilang . tidak lebih dari total 3 tablet.
b. Long-acting nitrate, konsultasi dokter untuk memilih terapi selanjutnya
c. Beta blokers.:Propanolol,metaprolol, konsul dokter.
d. Kalsium antagonis/ calcium channel blokers. Konsul dokter.
B. Unstable Angina
Termasuk Angina de Novo (serangan pertama atau serangan angina akut) atau Angina pectoris dengan intensitas sakit menetap (persistent) rasa sakit tanpa aktivitas tubuh, rasa sakit dalam keadaan istirahat. Bila didapati gejala seperti ini pasien harus segra dirujuk ke Rumah sakit.
VII. Komplikasi
1. Infark Miokardium
2. Gagal Jantung Kongestf
VIII. Konsultasi dan Rujukan.
Konsultasi atau rujukan dilakukan terhadap :
1. Unstable Angina, termasuk angina de novo.
2. Jika berkembang kearah Congestive Heart Failure (gagal jantung kongesti)
3. Angina yang tak sembuh sesudah pemberian 3 tablet nitroglycerin .
4. Serangan.Angina yang menetap lebih dari 15 menit
IX. Tindak Lanjut dan pemeliharaan Stable Angina
A. Frekwensi Pemeriksaan.
Frekwensi kunjungan tergantung pada berat ringannya penyakit dan kondisi pasien, hipertensinya dan kondisi CHF. Angina tanpa komplikasi dan masalah, pemeriksaan cukup setiap 2-4 bulan. Sewaktu-waktu Angina dapat menjadi unstable angina sehingga pasien perlu diberi nasehat untuk menjaga kesehatannya.
B. Jenis kajian (content of assesment)
1. Penilaian untuk mengikuti proses dasar penyakit.
1). Penilian subyektif.
a) Stabilitas angina.
b) Timbulnya Simptom /gejala gagal jantung kongesti
2). Penilaian obyektif.
a) Pemeriksaan jantung dan paru-paru, terutama tanda tanda CHF
b) Pemeriksaan ECG tiap 2-3 tahun.
2. Pengkajian terhadap regimen kronik medical .
a. Sublingual nitroglycerin, lihat VI A.2.
(1). Subyektif.
a) Frekwensi dan jumlah tablet yang dibutuhkan untuk menghilangkan rasa nyeri
b) Reaksi pengobatan dievaluasi tiap 6 bulan ,untuk penurunan kebutuhan nitroglycerin.
c) Kejadian pusing sesudah hanya diberikan 1 tablet,( bila dosis obat diturunkan).
b). Long acting nitrates.
1) Obat dan dosis : isosorbide 20-40 mg oral tiap 6 jam mulai bangun pagi.
2) Kajian terhadap side efek penggunaan obat.
(1). Subyektif (tiap kunjungan dicek)
*) Sakit kepala.
Biasanya menurun atau tidak timbul dengan penurunan dosis atau setelah obat dihentikan.
*) Pusing saat bangun dari duduk atau tiduran.
(2). Obyektif . Periksa turunnya tekanan darah akibat berrubah posisi.
c). Beta Blokers. Banyak pilihan, konsul pada dokter untuk pemilihan obatnya.
1). Kajian Side Effects penggunaan Beta Blokers
(a) Subyektif:
(1). Fatigue.
(2). Depressi atau mengantuk.
(3). Bronchospasme atau memperburuk asma atau penyakit Chronic
Obstruktive Pulmonary Desease (COPD)
(4). Munculnya serangan atau memperburuk CHF.
(b) Obyektive
(1). Nadi kurang dari 60/menit.
(2). Wheezing.
(3). Tanda-tanda CHF.
d). Obat Blocking Kalsium .
Banyak pilihan dan lakukan konsultasi dokter untiuk menentukan obat dan regimen.
1). Kaji sehubungan side efek yang mungkin timbul dari kalsium antagonis.
(a). Subyektif.
(1). membaik/ memburuknya CHF.
(2).Syncope/pingsan atau syncope ringan karena terjadi atrioventricular block.
(b). Obyektif :
(1). Nadi kurang dari 60/menit
(2). Tanda tanda CHF.
POKOK BAHASAN 5 : PENYAKIT SISTEM KARDIOVASKULERSUB POKOK BAHASAN : PENATALAKSANAAN GAGAL JANTUNG KONGESTIFWAKTU SESI : 1 jam pelajaran @ 45 menit |
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Memberikan kemampuan kepada peserta latih dalam mengenali dan menangani pasien dengan Gagal jantung Kongestif |
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSSetelah mengikuti sesi ini diharapkan : 1. Peserta dapat menjelaskan tentang pengertian, gambaran klinis dan pemeriksaan laboratorium Gagal Jantung Kongestif 2. Peserta dapat melakukan pemeriksaan terhadap Gagal Jantung Kongestif 3. Peserta dapat menentukan diagnosis dan diagnosis banding Gagal jantung Kongestif 4. Peserta dapat mengenali Gagal Jantung Kongestif dan menjelaskan penganan serta rujukannya. |
PROSES PEMBELAJARANLangkah 1. Persiapan peserta a. Pelatih mempersiapkan suasana pelatihan dan mental peserta dalam mengikuti pelatuhan b. Pelatih menjelaskan tujuan pelatihan Langkah 2. Penyampaian materi pelatihan a. Pelatih menjelaskan materi pelatihan b. Pelatih memberikan pertanyaan terkait dengan materi c. Pelatih menyampaikan beberapa masalah/keadaan /isu d. Pelatih melakukan simulasi pemeriksaan dan penanganan shok Langkah 3. diskusi /tugas individu atau kelompok
|
METODE Ceramah Tanya jawab Diskusi Penugasan/kasus VCD |
ALAT BANTU LATIHOHPWhite board LCD CD |
EVALUASI Evaluasi dilakukan secara tertulis maupun praktek dengan instrumen terlampir |
RUJUKAN Hoole., A. J., Picard G. C., Quimetto M. R., Lohr J. A., Greenberg R. A. (1988). Patient Guidelines for Nurse Practioners. (4 th ed. ), Philadelphia : J. B. Lippincott Company. Ikatan Sarjana Farmasi (2004). ISO Indonesia. Vol. 39. Jakarta. |
GAGAL JANTUNG KONGESTIF
(CONGESTIVE HEART FAILURE)
I. Difinisi
Adalah komplikasi dari perubahan fungsi jantung yaitu ketidak adekuatan cardiac output untuk memenuhi kebutuhan oksigen bagi metabolisme jaringan, membuang retensi garam dan pembuangan air keringat yang meningkat.
Gagal Jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal. Ditandai dengan berkurangnya curah jantung/output, untuk mencukupi kebutuhan oksigen dan metabolisme jaringan, dan ditunjukan oleh retensi garam (NaCl) dan air.
II. Etiologi
Beberapa proses yang merusak jantung. Di Amerika penyebab terbanyak adalah arterosklerosis heart desease/penyakit jantung karena arterosklerosis dan penyakit jantung hipertensif. Dari penggabungan penyebab ini yang penting harus dilihat factor sekunder yang mungkin mendorong atau predisposisi CHF. Termasuk diantaranya peningkatan aktivitas fisik, kontrol hipertensi yang kurang seirus, peningkatkan intake Natrium, kegagalan untuk memperoleh pengobatan, anemia, kegagalan ginjal, thyrotoksikosis, kardiak aritmia, penyakit-penyakit yang tidak langsung antara lain pneumonia dan stress emosional.
III. Gambaran klinik
A. Gejala pada jantung akibat Kegagalan jantung
1. Gejala
b. Sesak pada aktivita dan menurun pada saat istirahat
c. Othopnoe
d. Sesak paroksismal pada malam hari
e. Kencing malam
f. Batuk kering atau whweezing khususnya malam hari
g. Kelelahan yang kronik
2. Tanda
a. Takikardi
b. Meningkatnya berat badan ok timbunan garam
c. Bendungan vena leher
d. Rale
e. S 3 irama gallop
f. Udem bilateral
g. Hepatomegali
h. Kadang Asites
i. Kadang ada efusi pleura
B. Faktor sekunder akibat atau dicetuskan oleh adanya CHF
1. Gejala
a. Palpitasi
b. Gejala tidak langusng misalnya batuk dengan sputum yang banyak
- Gejala akibat thyrotoksikosis misakbya kurang tahan terhadap panas /perubahan suhu, banyak berkeringat
2. Tanda
c. Aritmia
d. Tanda adanya hiperthyroid antara lain berkeringat, tremor, takikardia
e. Tanda dari penyakit yang tidak langsung termasuk konsolidasi pulmo.
IV. Laboratorium dan diagnosis
A. Foto Ro dada mungkin didapatkan indikasi untuk menentukan diagnosis dan merupakan cara terbaik untuk membantu menyelesaikan penyakit jamtung.
A. ECG akan membantu dalam membedakan penyebab dari kegagalan jantung, tetapi tidak membantu dalam menentukan diagnosis atau untuk monitoring responsive terhadap terapi
B. Serum Na +, K+,HCO1, Cl dan kadar kreatinin banyak dipakai dan diukur sebelum pengobatan
C. Pemeriksaan Hematokrit dan Hemoglobin oleh karena anemia mempengaruhi penyakit CHF
D. Fungsi thyroid
V. Diagnosis banding
A. Berbagai keadaan yang menyebabkan sesak nafas termasuk penyakit paru kronik dan asma
B. Berbagai keadaan yang menyebabkan edema termasuk penyakit ginjal, liver dan masalah vena lokal
C. Emboli paru-paru setempat
D. Penyebab lain dari wheezing termasuk asma , penyakit sumbatan paru kronik (COPD)
VI. Pengobatan
Tujuan umum terapi adalah agar terjadi pengeluaran garam dan cairan dari tubuh untuk meningkatkan fungsi jantung dan meningkatkan pengeluaran garam dan air.
- Terapi awal
1. Diet rendah garam
Umumnya beberapa pasien dapat menurunkan konsumsi garam sampai dibawah 85 mEq perhari tanpa perubahan dalam gaya hidup dan pola makan.
2. Memperbaiki fungsi miokardium
a. Menurunkan tekanan darah sistemik kelevel normal jika dosis dinaikan. Lakukan konsul kedokter untuk menentukan regimen terapi
b. Perbaiki anemia bila ada anemia
c. Lakukan konsultasi kedokter untuk menentukan dosis dan terapi pemeliharaan dengan preparat Digitalisasi.
d. Lakukan lonsultasi dokter untuk melakukan penurunan tekanan perifer (sesudah pengisian jantung) dan vasoliditasi sentral (penurunan sesudah pengeluaran jantung) dengan preparat :
1) Long acting nitrat (misal Isosorbid), konsultasikan penggunaan nya kedokter
2) Angio tensin Connecting Enzym (ACE) inhibitor misalnya Captopril, lakukan konsultasi kedokter
3. Meningkatkan eksresi garam (natrium dan air ) melalui urin dengan memberikan:
a. Pemberian diuretik oral bila pasien tidak akut:
1). HCT :25-50 mg tiap pagi
2). Furosemide : 20-40 mg tiap pago (atau obat lain misalnya Lasix)
b. Pemberian diurika intravena yang hanya dilakukan oleh dokter.
- Sesudah pengobatan /pemeliharaan (lihat bab VI)
VII. Komplikasi
A. Memburuknya CHF
B. Aritmia
C. Hipoglikemi, Ascites, edem perifer
D. Keracunan Digoksin
E. Emboli pulmonum
VIII. Konsultasi dan rujukan
A. Pada semua pasien baru lakukan konsultasi kedokter
B. Pada semua pasien yang ditangani oleh perawat /bidan praktek harus konsultasikan kedokter untuk mendapatkan regimen pemeliharaan. Selanjutnya Perawat/bidan yang praktek harus mengikuti/memantaunya , pengobatan pemeliharaan harus berdasarkan petunjuk terapi pemeliharaan dan harus sering kaonsultasi kedokter.
C. Memburuknya kondisi CHF
Sebelum dapat melakukan kompensasi pasien dapat jatuh pada keadaan semakin memburuknya CHF, memburuknya keadaan antara lain oleh karena :
- Kegagalan untuk taat dalam diet rendah garam
- Kegagalan dalam mengikuti regimen terapi
- Meningkatnya atau bertambah buruknya penyakit jantung ischemik, tanpa disertai rasa nyeri
- Kegagalan dalam mengkontrol tekanan darah
- Bertambah beratnya kegagalan ginjal
- Bertambahnya anemia
D. Aritmia
E. Suspek keracunan digoksin
IX. Tindak lanjut dan terapi pemeliharaan
- Frekuensi kunjungan/kajian pasien
- Pada awal dilakukan kunjungan dalam 24 jam untuk mengetahui perbaikan kondisi
- Kunjungan 1-2 minggu setelah pasien tidak ada gejala dan tidak ada meningkatnya berat badan atau berat badan normal tercapai.
- Setiap 1 bulan sekali selama 3 bulan
- Kemudian pengawasan 3 bulan sekali
- Isi kajian/pemeriksaan pemeliharaan:
- Gejala subjektif
a. Apa ada sesak pada saat aktivitas
b. Apa ada Orthpnea
c. Apa ada Paroxysmal nocturnal dyspnea
- Evaluasi objektif
a. Cek vena laher apakah ada peningkatan tekanan pd vena leher
b. Pemeriksaan dada: dengarkan pukulan/getaran jantung
c. Pemeriksaan jantung : dengarkan suara irama atau aritmia gallop
d. Abdomen : perhatikan hepatomegali
e. Ekstrimitas: lihat ada tidak udem
f. Berat badan:: pasien yang selalu naik berat badannya setiap kunjungan merupakan indikator adanya keseimbangan cairan
- Tes laboratorium
a. Ureum dan nitrogen darah (BUN), serum kreatinin, Na, K, HCO 3 dan Cl.
b. Hematokrit atau HB setiap tahun
- Pengobatan jangka panjang
- Digitalis (dosisnya lakukan konsultasikan ke dokter)
a. Digoksin adalah obat utama dengan dosis 0,125-0,375 mg oral setiap hari
b. Kaji terhadap kemungkinan keracunan digoksin
1. Kajian subjektif
a). Mual, muntah, nafsu makan turun
b). “Yellow vision”, pandangan kabur
c). Palpitasi
d). Gangguan CNS (sakit kepala, disorientasi, kelelahan, malaise)
2. Tanda objektif
a) Bradikari
b) Aritmia
2. Diuretik (Untuk menentukan Dosis lakukan konsultasi dengan dokter)
a.. Macam obat dan pemakian sebagai pemeliharaan:
1). HCT : 50 mg oral tiap hari
2). Furosemide : 20-40 mg tiap hari peroral
b). Kajian terhadap kemungkinan efek samping
1) Gejala subjektif (review saat visite)
(a). Hipokalemi
(b). Gout
©. Diabetes, poliurua,polidipsi, berat naik
2). Evaluasi objektif dari ortostatik hipotensi
3). Laboratori tes:
a). BUN, serum kreatinin, lektrolit
b). Asam urat pada 3 bulan
c). Urinalisas terhadap glukosa, poliuria,polidipsi, atau polipagi
3. Long acting Nitrat
4. ACF inhibitor
a. Beberapa obat dapat dipakai misalnya Captopril dapat dipakai setelah dilakukan konsultasi kepada dokter
b. Efek samping ACE inhibitor:
1). Gejala
(a). Pusing ?dizziness
(b). Batuk
©. Angioudem
2). Tanda
a). Cek /awasi tekanan darah yang turun mendadak
b). Adanya angioudem sering ada pada muka atau bibir
POKOK BAHASAN 5 : PENYAKIT SISTEM KARDIOVASKULERSUB POKOK BAHASAN : PENATALAKSANAAN HIPERTENSI (UNCOMPLICATED ESSENTIAL HYPERTENSION) WAKTU SESI : 1 jam pelajaran @ 45 menit |
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Memberikan kemampuan kepada peserta latih dalam mengenali dan menangani pasien dengan Hipertensi Uncomplet |
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSSetelah mengikuti sesi ini diharapkan : 1. Peserta dapat menjelaskan tentang pengertian, gambaran klinis dan pemeriksaan laboratorium Hipertensi esensial 2. Peserta dapat melakukan pemeriksaan terhadap Hipertensi essensial 3. Peserta dapat menentukan diagnosis dan diagnosis banding Hipertensi essensial 4. Peserta dapat mengenali Hipertensi dan menjelaskan penganan serta rujukannya. |
PROSES PEMBELAJARANLangkah 1. Persiapan peserta a. Pelatih mempersiapkan suasana pelatihan dan mental peserta dalam mengikuti pelatuhan b. Pelatih menjelaskan tujuan pelatihan Langkah 2. Penyampaian materi pelatihan a. Pelatih menjelaskan materi pelatihan b. Pelatih memberikan pertanyaan terkait dengan materi c. Pelatih menyampaikan beberapa masalah/keadaan /isu d. Pelatih melakukan simulasi pemeriksaan dan penanganan shok Langkah 3. diskusi /tugas individu atau kelompok a. Pelatih menyampaikan beberapa realita atau kasus/tuga terkait materi b. Pelatih menugaskan untuk diskusi dan membahas tugas/kasus c. Pelatih menyimpulkan, merangkum hasil diskusi dan pembahasan atau penugasan |
METODE Ceramah Tanya jawab Diskusi Penugasan/kasus VCD |
ALAT BANTU LATIHOHPWhite board LCD CD |
EVALUASI Evaluasi dilakukan secara tertulis maupun praktek dengan instrumen terlampir |
RUJUKAN Hoole., A. J., Picard G. C., Quimetto M. R., Lohr J. A., Greenberg R. A. (1988). Patient Guidelines for Nurse Practioners. (4 th ed. ), Philadelphia : J. B. Lippincott Company. Ikatan Sarjana Farmasi (2004). ISO Indonesia. Vol. 39. Jakarta. |
HIPERTENSI ESSENSIAL
(UNCOMPLETED ESSENTIAL HYPERTENSION)
I. Definisi
Adalah menetapnya tekanan darah arteri lebih tinggi dari 150/95 mmHg dan dibawah 200/110 mmHg( dalam waktu 1 minggu) tanpa diketahui sebabnya dengan atau tanpa gejala dan tanda pada end organ yang terkena.
II. Penyebab
Tidak diketahui
III. Gambaran klinis
A. Gejala
5. Sering tidak ditemukan gejala
6. Gejala hipertensi dapat tampak berkaitan dengan gejala sebagaimnana orang-orang pada umumnya yang tekanan darahnya tinggin. Gejala yang ada antara lain sakit kepala, leher kaku, pandangan kabur dan sakit kepala tidak dapat ditemukan dan tidak dapat diramalkan ditemukan pada setiap kenaikan tekanan darah
7. Pada hipertensi inkomplet, gejala yang tidak mengenai pada target organ .
d. Gejala angina pektoris
e. Gejala CHF
f. Gejala Iskemik Serebral atau gejala stroke
g. Sakit kepala hebat, mual dan muntah
h. Berubah-ubahnya tingkat kesadaran
B. Tanda
1. Meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari 150/95 mmHg, tetapi tidak lebih dari 200/110 (dalam seminggu atau menetap lebih dari 1-3 minggu).
2. Kadang-kadang, penyempitan pembuluh darah atau seperti kawat tenbaga,
3. Suara auskultasi dan perkusion dada terdengar jelas
4. Jantung selalu tampak normal, namun demikian tampak adanya pembesaran minimal sampai sedang pada ventrikuler.
5. Tidak ada odem
6. Sitem syaraf normal
7. Tidak ada tanda-tanda Cushing”s Syndrome, hipertiroid atau pheokromositoma
8. Tidak ada memar pada abdomen , punggung atau panggul
IV. Laboratorium dan studi diagnostik
A. Sebelum pengobatan, periksa lab :
1. Nitrogen ureum adarah atau serum kreatinin
2. Serum Na +, K +, HCO3, dan Cl –
3. ECG
4. X ray dada
5. Urinalisa
6. Pengkajian untuk mendeteksi sebab sekunder hipertensi pasien selama pasien bertemu dokter atau setelah konsultasi dengan dokter.
B. Setelah pengobatan lihat Bab VI
V. Diagnosis banding
A. Sakit kepala dan pusing karena sebab lain
B. Hipertensi sekunder
1. Hipertensi sistolik
a. Penyakit arteriosklerosis
b. Hipertiroid
c. Anxiety
2. Hipertensi diastolik
e. Penyakit ginjal
f. Coarctation aortae
g. Pheokromositoma
h. Cushing”s syndrome
VI. Penatalaksanaan
A. Terapi inisial
1. Diet rendah garam inteke garam kurang lebih 2 gram/hari
2. Program Menurunkan berat badan
3. Pengobatan
a. Diuretik Thiazide
1) Dosis awal 25 mg oral setiap pagi hari
2) Dosisi dinaikkan sampai 50 mg dalam 4-6 minggu secara oral tiap hari. Dosis yang terlau tinggi tidak berguna dan tidak dianjurkan.
3) Hati-hati Thiaxzide dapat menyebabkan kehilangan Potasium/Kalium. Pada pasien yang mendapat Digitalis asupan Potasium agar selalu diberikan untuk menjaga fungsi ginjal.
b. Chlorthalidon
Dosis awal adalah 50 mmg oral tiap hari.
B. Terapi simpatolitik
Bila pengoabatan dengan dengan Thiazide tidak efektif lakukan therapi dengan simpatolitik.
1. Reserpin dimulai dengan 0, 125 mg oral tiap hari dapat dinaikkan sampai 0,25 mg oral setiap hari bila diperlukan .
2. Beta blocker =è konsultasi ke dokter
C. Terapi lain
1. Calcium channel blocker (konsul dokter)
2. ACE inhibitor (konsul dokter)
3. Clonidin (konsul dokter)
D. Tindak lanjut dan perawatan / pemeliharaan umum
1. Frekuensi Kajian
a. Setiap 1-2 minggu selama tekanan darah peningkatan tekanan darah
b. Kemudian 3 bulan selama 3 bulan
c. Selanjutnya setiap 6 bulan
2. Materi kajian yang terkait dengan hipertensi
a. Subjektif.
1) .Sakit kepala
2) Pusing
3) Angina
4) CHF
5) Cerebral iskhemik atau stroke
6) Mual muntah
7) Berubah-ubhanya tingkat kesadaran
b.Evaluasi objetif
1. Tekanan darah
2. Pemeriksaan yang tepat sehubungan dengan gejala
3. Pemeriksaan rutin jantung,paru dan sistem saraf setiap 6 bulan
VII. Komplikasi
A. Angina pectoris
B. CHF
C. Transien cerecral ischemia atu gejala stroke
D. Secondery renal deseases
E. Komplikasi dari terapi
F. Jeleknya respon terhadap terapi
VIII. Konsultasi dan rujukan
- Beberapa pasien yang tidak turun tekanan darah sampai 150/95 atau kurang selama terapi atau bila tampak adanya tanda-tanda komplikasi hipertensi
- Pasien dengan komplikasi sehubungan dengan terapi
IX. Tindak lanjut
Pada semua pasien bila didapatkan kenaikan tekanan darah gejala untuk memantau sirkulasi darah dan jantung.
1. Frekuensi pemeriksaan :
a. Tiap 1-2 minggu sampai tekanan darah normal
b. Kemudian tiap bulan selama 3 bulan
c. Kemudian tiap 6 bulan
2. Pemeriksaan yang perlu dilakukan:
a. Pemeriksaan gejala subjektif: antara lain mual muntah,angina,pusing, gejala-gejala jantung kongestiv(sesak nafas dan dipsneu d’effort) dan gejala stroke.
b. Pemeriksaan objektif :berkaitan dengan:
- tekanan darah
- pemeriksaan fisik jantung,paru dan sistim saraf
- pemeriksaan yang berkait dengangejala yang dirasakan pasien
c. Pemeriksaan terhadap hal yang terkait dengan pemberian Thiazide antara lain:
- gejala hipokalemia : letargi, karamp otot
- rasa sakit pada persendian
- tanda-tanda diabetes
- lan : kadar kalsium darah
d. Pemeriksaan kondisi atau hal terkait dengan pemberian Reserpin
-gejala hidung tersumbat, depresi, sakit epigastrium, impotensia,
-lab: Hematokrit dan adanya darah dalam tinja
POKOK BAHASAN 6
PENYAKIT SALURAN NAFAS BAGIAN BAWAH
POKOK BAHASAN 6 : PENYAKIT SALURAN MAFAS BAGIAN BAWAHSUB POKOK BAHASAN : PENATALAKSANAAN ASMA BRONKHIALEWAKTU SESI : 1 jam pelajaran @ 45 menit |
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Memberikan kemampuan kepada peserta latih dalam mengenali dan menangani pasien dengan Asma Bronkhiale |
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSSetelah mengikuti sesi ini diharapkan : a. Peserta dapat menjelaskan tentang pengertian, gambaran klinis dan pemeriksaan laboratorium Asma Bronkhilae b. Peserta dapat melakukan pemeriksaan terhadap Asma Bronkhilae c. Peserta dapat menentukan diagnosis dan diagnosis banding Asma Bronkhiale d. Peserta dapat melakukan penanganan Asma Bronkhiale |
PROSES PEMBELAJARANLangkah 1. Persiapan peserta
Langkah 2. Penyampaian materi pelatihan
Langkah 3. diskusi /tugas individu atau kelompok
|
METODE Ceramah Tanya jawab Diskusi Penugasan/kasus VCD |
ALAT BANTU LATIHOHPWhite board LCD CD |
EVALUASI Evaluasi dilakukan secara tertulis maupun praktek dengan instrumen terlampir |
RUJUKAN Hoole., A. J., Picard G. C., Quimetto M. R., Lohr J. A., Greenberg R. A. (1988). Patient Guidelines for Nurse Practioners. (4 th ed. ), Philadelphia : J. B. Lippincott Company. Ikatan Sarjana Farmasi (2004). ISO Indonesia. Vol. 39. Jakarta. |
ASMA BRONKHIALE
I. Pengertian
Adalah penyakit saluran nafas yang dapat baik kembali yang dengan karakteristik klinis episode batuk berulang, sesak nafas dan ekspirasi pernafasan memanjang.
II. Penyebab
Asma Bronkial saat ini dianggap sebagai penyakit peradangan dengan karakteristik adanya infiltrasi eosinofil pada saluran nafas. Pada anak ada hubungan antara flu dengan terjadinya peradangan, demikian pula pada orang dengan tidak ada riwayat alergi dapat terjadi asma.
Saluran bronkus pada penderita asma menjadi lebih konstriksi oleh karena bermacam bentuk stimuli dan mempunyai ciri lebih reaktif dibandingkan dengan orang yang tidak asmatis.
Stimulasi yang terkait dengan serangan asma meliputi :
1. Alergi inhalasi misalnya debu, alergen binatang antara lain kucing, jamur dan serbuk sari, makanan.
2. Infeksi misalnya infeksi saluran nafas atas akut atau sinusitis bakterialis, virus flu merupakan pencetus asma terbanyak pada bayi dan anak .
3. Iritasi non spesifik, rokok tembakau, polusi udara dan uap bahan kimia
4. Olahraga atau beban fisik
5. Faktor psikogenik
6. Pergantian cuaca.
III. Gambaran Klinis
Banyaknya jumlah saluran udara yang tersumbat sering menentukan beratnya tanda dan gejala. Namun bagaimanapun adanya sumbatan saluran udara yang signifikan mungkin tanpa gejala.
1. Gejala
a. Batuk
b. Wheezing/ mengi
c. Sesak nafas atau dada mencembung , gelisah
d. Sulit tidur atau sering terbangun karena batuk
e. Mungkin ditemukan batuk paroksimal dan muntah
2. Tanda:
a. Umumnya wheezing pada ekspirasi dan selalu berhubungan dengan panjangnya ekspirasi. Wheezing pada inspirasi mungkin juga karena keadaan baik.
b. Perkusi dada hiper resonan
c. Takhipneu
d. Tarikan intercostals
e. Meningkatnya diameter dada
f. Sianosis terjadi serangan asma yag berat
g. Adanya infeksi saluran nafas atas
h. Adanya bukti rinitis alergi kronika. Rinitis alergi akan menyebabkan asma dan mudah untuk ditemukan.
i. Demam jarang menyebabkna demam kecuali virus yang menyebabkan asma dan demam
3. Studi diagnosis
1. Tanda adanya peningkatan aliran udara:
a. Mengukur puncak aliran udara saat pernafasan ekspirasi
b.Mengukur maksimum kekuatan tiupan
c. Mudah dilakukan dikantor atau dirumah
d. Murah
2. Spirometri
a. Mengukur besar kecilnya fungsi pernafasan
b.Hanya dapat dilakukan di kantor
c. Digunakan untuk conformig diagnosis dari asma
3. Rontgen dada
a. Sering diperlukan
b. Dipakai untuk pneumonia terutama yang ada demam
IV. Pemeriksaan Laboratorium
tidak ada
V. Diagnosis Banding
1. Bronkhiolitis
2. Fibrosis
3. Batuk oleh karena sinusitis atau rinitis alergika
4. Anatomi yag tidak normal dari saluran nafas
5. Infeksi Chlamedia
VI. Pengobatan
A. Beta agonis
1. Dosis
a. Inhaler 2-3 tarikan setiap 4-6 jam (Albuterol)
b. Nebulizer :
1). Albuterol (5mg/ml): 0,10-10,15 mg/kg in 2 cc normal salin , maksimum
5,0 mg.
2). Metaproterenol (50mg/ml) : 0,25 –0,50 mg/kg dalam 2 cc normal salin ,
maksimum 15,0 mg
3). Oral
a. Albuterol 0,1-0,15 mg/kg BB I tiap 4-6 jam atau apabila diperlukan
b. Metaproterenol: 0,3-0,5 mg/kg dalam 4-6 jam atau sesuai kebutuhan atau 4 mg dalam tablet hisap 2 kali sehari.
Efek samping: muntah,.mual, iritabel, meningkatnya aktivitas, takhikardia, aritmia
B. Inhalasi Kortikosteroid
Triamcinolon (100 ug/isap)
Dosis : 2-4 isapan 2-4 kali sehari
Efek samping : sariawan, terbakar
C. Kortikosteroid oral
1. Prednison 1mg/kg dengan dosis diturunkan xecara bertahap
2. Relatif aman
3.Lakukan Konsultasi bila pemakaian lama
4.Efek samping bila penggunaan lama:
Pertumbuhan lambat, penekanan kelenjar adrenalin, penurunan kepadatan tulang, imunosupresi, aseptic nekrosis tulang femur.
5. tersedia di formularium dengan ukuran 5 mg/tablet
D. Teophylin
1. Penggunaannya diberikan dengan pelepasan menengah/sedang dengan waktu tiap 6 jam atau dengan pelepasan lambat untuk12- 24 jam.
2. Bentuk dapat cairan atau kapsul.
3. Level dalam darah antara 5-15 ug/ml level harus selalu dikontrol secara rutin
4. Efek samping : mual dan muntah, takikardi, hiperaktivitas, kadang aritmia
5. Sediaan tablet 200 mg/tablet dan injeksi dalam bentuk ampul 24mg/ml.
VII. Pengobatan serangan akut dirumah
A. Pengobatan inisial
· Pemberian nebulizer atau inhaler beta antagonis setiap 20 menit sampai 3 kali pemberian dosis 2 kali isapan/semprotan atau 0,15 mg/kg dosis obat Nebulizer
· Jika sianosis atau PEFR < 50 % segera bawa atau kirim ke unit emergensi
· Berikan albuterol (atau beta agonis) tiap 4 jam. Panggil dokter atau emergensi apa bila gejala menunjukkan PEFR < 70% dari standar setelah 1 jam
· Pelihara semua standar medikasi kronik
· Sediaan tidak tersedia di Puskesmas/WOD
· Respon yang tidak lengkap
a. Ulangi dengan beta agonis sebagaimana huruf A. Panggil petugas kesehatan/dokter
b. Mulailah dengan pencatatan dari penggunaan prednison atau prednisolon (1-2 mg/kg/ dosis pertama lebih dari 1 mg/kg/hari).
c. Jika tidak ada peningkatan dalam 1 jam atau PEFR jauh/turun sampai 60% perkiraan. Kirimkan segera unit emergensi atau panggil petugas kesehatan.
d. Bila ada perbaikan lakukan hubungan lewat telpon selama 24 jam .
C. Komplikasi dari asma akut
1. Pneumothorakas
2. Atelektasis
3. Kegagalan pernafasan
4. Kematian
VIII. Terapi/penanganan pemeliharaan
A. Strategi terapi asma
i. Asma ringan . Gunakan beta agonis dan untuk propilaksis gunakan beta agonis atau cromolin . Beta agonis antara lain digunakan melalui nebulixer, inhakler atau oral. Penggunaan oral lebih banyak efek sampingnya
ii. Asma moderat
1. Anti inflamasi
a. Kortikosteroid inhalasi (800 sampai 1000 mikrogram/hari )
b. Oral kortikosteroid mungkin diperlukan diberikan setiap hari atau dengan
program
c. Lakukan konsultasi bila diperlukan pemberian kortikosteroid lama
d. Pemberian Teopilin diberikan . Efek samping besar dan lvel dalam darah( 5-15 mg/ml) perlu dipantau secara ketat.
b. Bronkhodilator
1. Penggunaan Beta agonis bila diperlukan berikan sampai 4 kali sehari
2. Bila diperlukan dosis (inhaler atau long acting) pada saat seblum tidur untuk mengurangi gejala .
3. Terapi penyokong . untuk rinitis alergi atau sinusitis pada penyakit ini dapat berakibat asma.
4. tetapkan asma setiap 4-6 bulan bila memburuk dan pengobatan direncanakan
B. Pendidikan pasien
1. Pendidikan dasar
a.Kemampuan mengidentifikasi pencetus asma
b.Kebutuhan pasien terhadap pengetahuan tentang pengobatan spesifik yang digunakan termasuk efek sampingnya.
c. Bagaimana penggunaan dosis meter inhalasi
d. Pengetahuan tentang terjadinya inflamasi alami
2. Pendidikan spesifik
a. Penjelasan ujuan pengobatan (untuk mengurangi gejala kegiatan /aktivitas normal harus dikurangi termasuk olahraga dengan pengobatan minimal yang memberikan efek samping)
b. Rencana pendidikan spesifik:
Pasien perlu menulis rencana kegiatan harian (pengobatan pemeliharaan) dan rencana pengobatan dan evaluasi tentang serangan akut. Penetapan penyebab alergi dan mengontrol lingkungan penyebab alergi.
X. Sumber bacaan lain
a. Pedoman pengobatan asma NHLBI
POKOK BAHASAN 6 : PENYAKIT SALURAN NAFAS BAGIAN BAWAHSUB POKOK BAHASAN : PENATALAKSANAAN BRONKHITIS AKUTWAKTU SESI : 1 jam pelajaran @ 45 menit |
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Memberikan kemampuan kepada peserta latih dalam mengenali dan menangani pasien dengan bronchitis akut |
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSSetelah mengikuti sesi ini diharapkan : a. Peserta dapat menjelaskan tentang pengertian, gambaran klinis dan pemeriksaan laboratorium Bronkhitis Akut b. Peserta dapat melakukan pemeriksaan terhadap Bronkhiolitis c. Peserta dapat menentukan diagnosis dan diagnosis banding Bronkhitis Akut d. Peserta dapat melakukan penanganan Bronkhitis akut |
PROSES PEMBELAJARANLangkah 1. Persiapan peserta
Langkah 2. Penyampaian materi pelatihan
Langkah 3. diskusi /tugas individu atau kelompok
|
METODE Ceramah Tanya jawab Diskusi Penugasan/kasus VCD |
ALAT BANTU LATIHOHPWhite board LCD CD |
EVALUASI Evaluasi dilakukan secara tertulis maupun praktek dengan instrumen terlampir |
RUJUKAN Hoole., A. J., Picard G. C., Quimetto M. R., Lohr J. A., Greenberg R. A. (1988). Patient Guidelines for Nurse Practioners. (4 th ed. ), Philadelphia : J. B. Lippincott Company. Ikatan Sarjana Farmasi (2004). ISO Indonesia. Vol. 39. Jakarta. |
BRONKHITIS AKUT
I. Pengertian
Peradangan umum/ menyeluruh dari bronkhioli dengan karakteristik adanya sumbatan pengeluaran nafas, selalu menyertai penyakit epidemik yang terjadi dimusim semi dan musim gugur yang banyak ditemukan pada anak di bawah 3 tahun.
II. Penyebab
1. Terjadi secara epidemik seringkali disebabkan oleh virus “ syncytial respiratory”
2. Kasus-kasus spesifik selalu karena murni oleh virus tetapi bakteri, alergi dan mycoplasma pneumonia.
III. Gambaran Klinis
1. Gejala
a. Kejadian infeksi saluran nafas atas
b. Batuk paroksimal
c. Wheezing
d. Sesak nafas
e. Sulit tidur
2. Tanda
a. Nafas cepat
b. Wheezing ekspirasi simetris atau adanya suara tiupan
c. Peningkatan nadi
d. Adanya penimbunan udara menyebabkan liver tertekan kebawah, suara perkusi yang hipersonor, fase ekspirasi memanjang
e. Kadang demam
V. Diagnosis Banding
1. Pneumonia
2. Asma
3. Tracheobronchiolitis
4. Pertusis
5. Aspirasi
VI. Pengobatan
1. Pemberian cairan yang memadai
2. Pengobatan dengan Beta Adrenergik jenis aerosol dengan pengawasan dokter
3. Antibiotika bila ada indikasi medik
VII.Komplikasi
1. Hipoksia
2. Kelelahan yang ditandai oleh kegagalan pernafasan
3. Super Infeksi termasuk infeksi Otitis Media Akuta
4. Dehidrasi sesudah 48 jam
VIII.Konsultasi dan Rujukan
Konsultasi dan rujukan kedokter dilakukan bila :
1. Adanya respirasi distress
2. Anak kecil dibawah 3 bulan
3. Adanya kelainan jantung bawaan
4. Terjadi renjatan 2 kali dalam satu episode
IX. Tindak Lanjut
1. Kontrol dalam waktu 24 jam
2. Kunjungan ulang untuk menilai perbaikan kondisi
POKOK BAHASAN 6 : PENYAKIT SALURAN NAFAS BAGIAN BAWAHSUB POKOK BAHASAN : PENATALAKSANAAN INFLUENZAWAKTU SESI : 1 jam pelajaran @ 45 menit |
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Memberikan kemampuan kepada peserta latih dalam mengenali dan menangani pasien dengan Influenza |
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSSetelah mengikuti sesi ini diharapkan : a. Peserta dapat menjelaskan tentang pengertian, gambaran klinis dan pemeriksaan laboratorium influenza b. Peserta dapat melakukan pemeriksaan terhadap Influenza c. Peserta dapat menentukan diagnosis dan diagnosis banding Influenza d. Peserta dapat mengenali dan melakukan penanganan Influenza |
PROSES PEMBELAJARANLangkah 1. Persiapan peserta a. Pelatih mempersiapkan suasana pelatihan dan mental peserta dalam mengikuti pelatuhan b. Pelatih menjelaskan tujuan pelatihan Langkah 2. Penyampaian materi pelatihan a. Pelatih menjelaskan materi pelatihan b. Pelatih memberikan pertanyaan terkait dengan materi c. Pelatih menyampaikan beberapa masalah/keadaan /isu d. Pelatih melakukan simulasi pemeriksaan dan penanganan shok Langkah 3. diskusi /tugas individu atau kelompok a. Pelatih menyampaikan beberapa realita atau kasus/tuga terkait materi b. Pelatih menugaskan untuk diskusi dan membahas tugas/kasus c. Pelatih menyimpulkan, merangkum hasil diskusi dan pembahasan atau penugasan |
METODE Ceramah Tanya jawab Diskusi Penugasan/kasus VCD |
ALAT BANTU LATIHOHPWhite board LCD CD |
EVALUASI Evaluasi dilakukan secara tertulis maupun praktek dengan instrumen terlampir |
RUJUKAN Hoole., A. J., Picard G. C., Quimetto M. R., Lohr J. A., Greenberg R. A. (1988). Patient Guidelines for Nurse Practioners. (4 th ed. ), Philadelphia : J. B. Lippincott Company. Ikatan Sarjana Farmasi (2004). ISO Indonesia. Vol. 39. Jakarta. |
iNFLUENZA
I. Pengertian
Penyakit karena kontak virus secara akut, sering menjadi epidemis dengan karakteristik demam, malaise, mialgia dan gejala gangguan pernafasan.
II. Penyebab
Salah satu dari 3 myxovirus mempunyai hubungan dengan virus influenza type A,B dan C Virus influenza A menunjukkan adanya mutasi yang menghasilkan turunan yang menyebabkan epidemik dunia.
III. Gambaran klinis
1. Gejala:
a. Sakit kepala
b. Malaise, lemah lesu
c. Mialgia
d. Batuk tidak produktif
2. Tanda
a. Demam biasanya antara 39-39,3 C
b. Ronkhi
IV. Pemeriksaan Laboratorium
Pada umumnya tidak perlu
V. Diagnosis Banding
1. Penyakit virus lainnya
2. Pneumonia bakterial
3. Penyakit – penyakit infeksi akut
VI. Pengobatan
A. Terapi penunjang:
a. Asetaminopen 325 mg, 2 tablet secara oral tiap 4 –6jam diberikan utuk demam
b. Memperbanyak minum
c. Obat penekan batuk misalnya Dekstrometrophan
B. Imunisasi anti influenza
C. Amantadine
VII. Komplikasi
Secara umum tidak ada .
VIII. Rujukan dan konsultasi
1. Sakitnya berat segera rujuk
2. Distress pernafasan/ sesak nafas atau adanya tarikan atau ronki pada pemeriksaan fisik
3. Pasien dengan hamil
IX. Tindak lanjut
Bila memerlukan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar