A. Pendahuluan
Triase adalah tahap yang kedua setelah tahap persiapan dari suatu inisial asesmen. Inisial sendiri adalah suatu penilaian yang cepat dan mudah, yang diperlukan untuk penderita yang terluka parah guna keperluan pengelolaan yang tepat guna, sehingga penderita terhindar dari kematian.
Inisial asesmen meliputi :
1.Persiapan
2.Triase
3.Survei primer (ABCDE)
4.Resusitasi
5.Tambahan dari survei primer dan resusitasi
6.Survei sekunder (Head to toe dan anamnese)
7.Tambahan survei sekunder
8.Pemantauan dari re-evaluasi berlanjut
9.Penanganan definitif
Survei primer maupun survei sekunder dilakukan berulang-ulang supaya dapat mengenali penurunan keadaan penderita dan terapi dapat segera diberikan bila diperlukan. Dalam prakteknya, urutan kejadian diatas disajikan berurutan, kenyataannya dapat berlangsung simultan.
B. Persiapan
Persiapan penderita berlangsung dalam 2 fase. Fase pertama adlah fase prarumah sakit (pre-hospital), dimana seluruh kejadian sebaiknya berlangsung dalam koordinasi dengan dokter di Rumah Sakit. Fase kedua adalah fase Rumah Sakit (in-hospital) dimana dilakukan persiapan untuk menerima penderita sehingga dapat dilakukan resusitasi dalam waktu cepat.
1. Fase Pra-Rumah Sakit
Koordinasi yang baik antara dokter di rumah sakit dengan petugas lapangan akan menguntungkan penderita. Sebaiknya rumah sakit sudah diberitahukan sebelum penderita mulai diangkut dari tempat kejadian. Pemberitahuan ini memungkinkan rumah sakit mempersiapkan Tim Trauma sehingga sudah siap saat penderita sampai di Rumah Saki.
Pada fase pra-rumah sakit titik berat diberikan pada penjagaan Airway, kontrol perdarahan dan syok, imobolisasi penderita dan pengiriman ke rumah sakit terdekat yang cocok, sebaliknya ke suatu rumah sakit rujukan yang diakui. Waktu di tempat kejadian (SCENE time) yang lama harus dihindari.
2. Fase Rumah Sakit
Harus dilakukan perencanaan sebelum penderita tiba. Sebaiknya ada ruangan resusitasi. sudah dipersiapkan, dicoba, dan diletakkan di tempat yang mudah terjangkau. Cairan kristaloid (misalnya : ringer’s lactate) yang sudah dihangatkan digantung pada tempatnya. Perlengkapan monitoring yang diperlukan sudah dipersiapkan. Suatu sistem pemanggilan tenaga medik tamabahan sudah harus ada, demikian Perlengkapan Airway (laringoscope, endotracheal tube, dsb) juga tenaga laboratorium dan radiologi.
Semua tenaga medik yang berhubungan dengan penderita harus dihindarkan dari kemungkinan penularan penyakit menular, terutama hepatitis dan Acquired Immuno-deficiency Syndrome (AIDS). Dianjurkan pemakaian alat-alat protektif, misalnya : masker (face mask ), proteksi mata (kaca mata), baju kedap air, sepatu dan sarung tangan kedap air, bila ada kontak dengan cairan tubuh penderita.
C. Triase
Triase adakah cara pemilihan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia. Terapi didasarkan pada kebutuhan ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure).
Triase juga berlaku untuk pemilahan penderita di lapangan dan rumah sakit yang akan dirujuk. Merupakan tanggung jawab pra Rumah sakit (dan pimpinan tim lapangan) bahwa penderita akan dikirim ke Rumah Sakit yangsesui. Merupakan kesalahan besar untuk mengirim penderita ke rumah sakit non-trauma bila ada pusat trauma tersedia. Suatu sistem skoring akan membantu dalam pengambilan keputusan pengiriman ini.
Dua jenis keadaan triase dapat terjadi :
1. Musibah masal dengan jumlah penderita dan bertanya perlukaan tidak melampaui kemampuan rumah sakit. Dalm keadaan ini penderita dengan masalah gawat-darurat dan multi trauma akan dilayani terlebih dahulu.
2. Musibah massal dengan jumlah penderita dan bertanya perlukaan melampui kemampuan rumah sakit. Dalam keadaan ini yang akan dilayani terlebih dahhulu adlah penderita dengan kemungkinan survival yang terbesar, serta membutuhkan waktu, perlengkapan dan tenaga paling sedikit.
Pemberian Label Triase (berdasarkan prioritas diatas) :
Ø Label hijau : Penderita tidak luka
(Ruang tunngu untuk dipulangkan)
Ø Label kuning : Penderita hanya luka ringan
(Kamar bedah minor IGD)
Ø Label merah : Penderita dengan cedera berat
(Resusitasi- Kamar operasi mayor IGD)
Ø Label biru : Penderita dalam keadaan berat
(Syok-terancam kematian)
Ø Label hitam : Penderita sudah meninggal
(Kamar Jenazah)
Triase Skenario
¤ Contoh kasus musibah massal
1. Kecelakaan Mobil
Anda adalah seorang dokter jaga di rumah sakit daerah dengan 100 bed. Selain anda, sedang bertugas seorang peawat dan seorang pembantu perawat yang siap membantu anda. Sepuluh manit yang lalu anda mendengar dari mobil ambulan melalui ORARI bahwa akan ada pasien datang dengan kecelakaan mobil tunggal. Tidak ada informasi yanglain. Dua ambulan datang dengan 5 pasien sebagai penumpang mobil yang berkecepatan 60 mil/jam (96 km/jam)sebelum terjadinya kecelakaan.
Ø Pasien A
laki-laki usia 45 tahun, sopir mobil, tampaknya ia tak memakai sabuk pengaman. Sewaktu kecelakan dia terlempar kearsh kaca depan. Pada saat tiba dia mengalami gangguan pernafasan yang berat. Luka meliputi trauma maksilofacial yang berat dengan perdarahan melalui hidung dan mulut, deformasi paada lengan kiri, dan abrasi diseluruh dada bagian depan. GCS skor : 8, tensi : 150/80; plus : 140/m; RR : 25/m
Ø Pasien B
Seorang penumpang, wanita 38 tahun, terlampar dari kursi depan dan ditemukan 9 meter dari mobil. Sewaktu tiba dia sadar, kesakitan, dan mengeluh bahwa dada dan perutnya sakit. Pada palpasi pada panggulnya ia mengalami nyeri yang berat dan krepitasi oleh karena fraktur tak teraba. Tensi : 110/90; Plus : 140/m; RR : 25/m.
Ø Pasien C
Laki-laki usia 48 tahun ditemukan dibawah mobil. Pada waktu ia dalam keadaan bingung manjawab perlahan jika diajak bicara. GCS skor : 10. Kecelakaan meliputi luka-luka dibagian muka, dada dan perut. Suara nafas tak terdengar pada paru kiri, dan nyeri palpasi pada abdomen. Tensi : 90/50; plus : 140/m; RR : 35/m.
Ø Pasien D
Wanita, histeris, umur 25 tahun, diambil dari dalam mobil di kursi belakang. Dia sedang hamil 8 bulan dan mengeluh sakit perut.Luka meliputi abrasi di bagian muka dan di bagian perut bagian depan. Nyeri palpasi pada abdomen. Dia dalam keadaan partus. Tensi : 120/80; Puls : 100; RR : 35/m
Ø Pasien E
Seorang anak 6 tahun, ditolong dari dalam mobil di kursi belakang. Di tempat kejadian dia dapat berbicara dan kesakitan. Sekarang dia hanya bisa menagis jika merangsang nyeri. Luka meliputi luka abrasi yang multipel dan ada deformasi pada dorsal kaki kiri. Pada mulut dan hidung tampak darah kering. Tensi : 110/70; 180/m; RR : 35
2. Peledakan dan kebakaran
Disebuah rumah kayu terjadi peledakan dan kebakaran yang disebabakan adanya kompor gas yang meledak. Karena tempat kejadian dekat dengan rumah sakit maka petugas langsung mengirim pasien ke rumah sakit tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Lima pasien semua masih dalam satu famili sudah di immobilisasi dengan long spine boards. Dan diangkut ke rumah sakit.
Ø Pasien A
Laki-laki 45 tahun, menderita 63% pada permukaan kulit di bagian depan dari dada, perut, paha dan kaki. Dia juga menderita kebakaran grad 4 pada kedua tangan, muka dan kaki. Rambut ikut terbakar. Dia batuk dan mengeluarkan riak yang hitam, suara tidak terganggu. Tensi : 120 sstolik. Puls 100/menit; RR : 30
Ø Pasien B
Wanita 34 tahun menderita 35 % luka bakar. Luka bakarnya adalah kebanykan super fisial dan ada yang penuh yangmeliputi dada punggung dan lengan. Dia menderita laserasi yang besar pada kening, perdarahan sudah teratasi. Tampak ada deformasi pada pundak kanan. Dia mengeluh adanya kelemahan pada tangan dan kaki. Tensi : 130/90, Puls : 90/menit; RR : 45
Ø Pasien C
Pria 19 tahun menderita 36% luka bakar. Yang meliputi dada bagian depan, perut dan kai. Grad luka bakar campuran 3 dan 4. Dia hanya memberi respon kika diberi ranbgsangan kuat. Tensi : 80/40, Puls : 140/menit, RR : 32
Ø Pasien D
Wanita 70 tahun menderita luka bakar 60% dan mengisap asapnya. Dia batuk dan mengeluarkan spuntum hhitam dan suara serak. Grad luka bakar campuran 3 dan 4 meliputi : tubuh bagian depan, kedua kaki, bagian kaki kiri belakang dan sedikit pada punggung. Kesadaran agak menurun tapi masih bisa menjawab pertanyaan. Tensi : 140/110, Puls110/menit, RR : 32
Ø Pasien E
Perempuan 6 tahun menderita luka bakar 25%. Luka bakrnya grad 2 dan 3 terletak pada punggung pantat dan bagian balakang dari kedua paha. Walaupun dia takut dan menangis dia tampak stabil. Tensi : 110/70, Puls : 100/menit, RR : 32
¤ Cara melakukan triage
Penderita Gadar
A
(Airway)
B
(Breathing)
C
(Circulation)
D
(Disability)
Prioritas
I
II
III
IV
V
dst
D. Kesimpulan
Agar tindakan triage dan resusitasi dapat melaksanakan dengan tepat, cermat dan cepat di IGD, maka perlu :
b. Tempat triage- resusitasi
Hendaknya diatur sedekat mungkin antara kedatangan- penderita-triage-resusitasi
c. Sumber daya manusia
Telah mendapatkan latihan yang cukup untuk tindakan life support baik tenaga dokter, perawat,, sopir ambulans.
d. Peralatan
Disiapkan peralatan resusitasi siap pakai melipuit : obat, bahan habis pakai dan peralatan life support lainnya.
MATERI
RESUSITASI JANTUNG PARU
Airway : Jalan Nafas
Orang tidak mungkin bernafas apabila jalan nafas tersumbat/obstruksi. Obstruksi jalan nafas sering disebabkan oleh : lidah, benda asing (seperti gigi palsu, darah, muntah dan mukus) membuka jalan nafas pada penderita yang tidak sadar adalah tindakan pertama.
1. Obstruksi yang disebabkan oleh Lidah
Lidah pada penderita yang tidak sadar dengan tidur terlentang, sangat mudah jatuh kearah dinding faring posterior (tenggorokan belakang) sehingga menyebabkan obstruksi jalan nafas kepala jangan diganjal.
Jalan nafas dapat dibebaskan kembali dengan melakukan tindakan manual atau dengan memakai alat khusus.
2. Ekstensi Kepala
Menggunakan satu tangan dibawah leher dan tangan lainnya pada kening, tarik kepala kearah kaudo posterior, tindakan ini sering menimbulkan nafas spontan. Pada bayi ekstensi minimal saja (kalau maksimal bisa menyebakan obstruksi jalan nafas)
3. Tarik Dagu
Gunakan kedua tangan untuk mengangkat/mendorong rahang/pada waktu yang bersamaan pertahankan mulut terbuka dan ekstensi kepala (gerak tripsi jalan nafas)
Indikasi : Apabila tindakan manusal tidak berhasil atau bila dibutuhkan waktu yang lama untuk mempertahankan jalan nafas terbuka
4. Pipa Orofaring
Ini adalah alat sederhana yang cukup baik untuk mempertahankan lidah terangkat, gigi dan bibir terpisah dari bagian atas dan bawah pada penderita koma.
5. Pipa Endotrakea
Tujuan intubasi trakea :
Memudahkan ventilasi/oksigenasi
Mencegah aspirasi
Memudahkan pengisapan benda asing, darah/lendir/cairan dari jalan nafas/paru
6. Obstruksi yang disebabkan benda asing
Obstruksi akibat benda asing harus dicurigai apabila pernafasan buatan dengan cara yang betul telah dilakukan tetapi dada tidak berkembang/terasa berat.
Benda asing yang berada dijalan nafas bawah harus ditarik keatas sebelum dapat dikeluarkan melalui mulut.
Silang jari telunjuk dengan ibu jari tekankan dengan ujung-ujung jari tersebut pada giginya pada satu sisi mulut. Bersihkan kearah luar benda asing tersebut dengan jari telunjuk yang lain. Pukul antara dua scapula (hanya dianjurkan untuk bayi dan anak kecil). Batuk buatan akan timbul dengan jalan memberikan beberapa pukulan diantara dua skapula, sehingga benda yang mengakibatkan obstruksi akan terlepas. Pada bayi/anak yang kecil waktu dilakukan pemukulan, dada dan dagu ditahan, tapi kepala harus lebih rendah.
Hentakan abdomen.
Lakukan hentakan pada daerah epigastrium abdomen atas beberapa kali. Tidak dianjurkan untuk bayi dan anak kecil.
Alat penghisap
Aspirasi cairan langsung kedalam trakea atau paru sangat berbahaya. Untuk mencegah hal ini dikeluarkanlah cairan yang berada didalam nafas dengan alat penghisap.
Posisi Stabil Miring
“Auto Drainage Position”
Apabila pernafasan spontan atau telah kembali sponta, letakkan penderita pada posisi stabil miring memudahkan mengalirnya sekresi/cairan yang mungkin ada dari mulut/faring/laring dan jangan terjadi aspirasi paru akibat regurgitasi dari lambung. Jadi prinsip posisi ini sumbu trakhea lebih tinggi dari pada faring/laring (cara tertera dibawah).
7. BREATHING – PERNAFASAN
Apabila pernafasan sangat lemah dan ireguler atau apne/henti nafas lakukan pernafasan buatan segera !!
Metode pernafasan buatan :
a. Mulut ke mulut :
Ekstensi kepala untuk membuka jalan nafas. Tutup lubang hidung dengan jepitan jari telunjuk-ibu jari atau dengan pipi penolong lalu tarik nafas dalam
Rapatkan bibir pada penolong disekitar mulut penderita. Tiupkan udara ekspirasi penolong kedalam paru penderita dan perhatikan dada berkembang atau tidak
Lepaskan mulut penolong untuk membiarkan penderita ekshalasi secara pasif dan perhatikan dada mengempis
Ulang pernafasan buatan sebagaimana frekuensi nafas normal (12 x /menit)
Tutup mulut penderita rapat rapat dengan menekankan bibir bagian bawah. Lingkari hidung penderita dengan bibir penolong rapat dan ditiup.
Untuk memudahkan ekshalasi, coba untuk membuka mulut penderita atau sekurang-kurangnya pisahkan kedua bibir penderita
Ulang pernafasan buatan sesuai dengan frekuensi normal,
b. Mulut kemulut dan hidung
Untuk bayi /anak kecil
Tiuapan memakai hembusan dengan tena pipi (20-30 kali/menit)
Letakkan sungkup muka (face mask) diatas mulut dan hidung
Tiupkan ke udara ekspirasi penolong melalui lubang sungkup muka
Lepaskan mulut penolong untuk membiarkan penderita ekspirasi secara pasif.
Catatan :
> Nafas buatan memakai mulut ()2 yang didapat 16 %)
> Orang dewasa dengan menarik nafas dalam dan ditiup kira-kira 2x nafas biasa
> Anak besar/dewasa kecil. Nafas biasa dan ditiup dengan tenaga ekspirasi biasa,
c. Bag-mask ventilation.
Pada penolong yang terlatih baik, cara ini sangat berguna dan menyenangkan.
d. Udara bebas
Kalau alat ini dipakai )2 tabung (02 yang didapat 21 %)
e. Tambahan 02 tabung
02 yang didapat penderita bisa mencapai 100 %
CIRCULATION – SIRKULASI
Apabila denyut jantung berhenti lakukan segera kompresi jantung luar kombinasi dengan pernafasan buatan yang dikenal rebagai resusitasi jantung paru
Henti Jantung.
Cara mengenal adanya henti jantung :
1. Tidak sadar
2. Tidak terabanya nadi karotis atau femoralis (pada bayi atau neomatus nadi brakhialis atau femoralis)
3. Henti nafas
4. Tampak seperti mati
5. Orang-orangan mata melebar
6. Warna kulit pucat sampai kelabu
Jika No. 1 dan 2 positif, pasti terdapat henti jantung !!!
KOMPRESI JANTUNG LUAR.
Pada orang dewasa : korban diletakkan di tempat yang keras dan rata, pangkal telapak tangan ditindihkan satu sama lain pada posisi dua jari diatas ujung tulang dada korban. Ditekan sedalam 3 – 5 cm kearah tulang belakang korban dengan kecepatan 80 – 100 kali permenit.
Pada anak-anak
Korban diletakkan ditempat, keras dan rata, sebelah dari panglak telapak tangan diletakkan dipertengahan tulang dada. Ditekan sedalam 2 – 3 cm kearah tulang belakang dengan kecepatan kurang lebih 100 kali permenit.
Pada Bayi
Punggung korban diletakkan dikedua telapak tangan kedua ibu jari dibawah pertemuan tulang dada dengan garis interpapilaris . kedua ibu jari tersebut dihentakkan kearah tulang belakang 1-2 cm sebanyak 100-120 kali permenit
Cara lain.
Penekanan dilakukan dengan ujung jari telunjuk dan jari tengah.
TEHNIK KOMBINASI KOMPRESI JANTUNG LUAR DENGAN PERNAFASAN BUATAN
Dengan satu penolong.
Setiap 15 kali kompresi jantung luar diikuti 2 kali pernafasan buatan.
Dengan dua penolong.
Dengan satu penolong sewaktu memberikan pernafasan buatan, kompresi jantung luar terhenti. Sedangkan dengan kedua penolong : pernafasan buatan diberikabn setelah kompresi kelima. Tehnik kombinasi ini dinyatakan berhasil kalau ada tanda-tanda. Nadi karatis mulai berdenyut, pernafasan mulai spontan dan kulit yang tadinya berwarna keabu-abuan mulai menjadi merah. Bila denyut karotis sudah timbul teratur maka kompresi dapat dihentikan tetapi pernafasan buatan tetap diteruskan sampai timbul nafas spontan.
Bila orang-orangan mata tetap lebar, warna kulit tetap pucat kelabu, tetap tidak sadar dan resusitasi sudah berlangsung 15-30 menit, maka resusitasi dihentikan. Bila orang-orangan mata mengecil, warna kulit menjadi kemerah-merahan, tetapi denyut karotis belum teraba, maka kompresi jantung dan pernafasan buatan tetap diteruskan dan bawa korban ke rumah sakit secepatnya.
Tehnik kombinasi pada anak/bayi perbandingan kompresi jantung luar dengan pernafasan buatan adalah 5 : 1 pada satu ataupun dua penolong.
SKEMA TINDAKAN RESISITASI
Tidak sadar ---à Bebaskan jalan nafas
Nafas
Ada tidak ada
Pertahankan Pernafasan buatan 2 kali
Posisi yang baik
Nadi karotis
Ada tidak ada
Pernafasan buatan Tehnik kombinasi
( 2 – 20 kali/menit)
(dewasa) Kompresi jantung luar
20-30 kali/menit dengan
(anak bayi) pernafasan buatan
TEHNIK INTUBASI TRAKEA
1. Sebaiknya ada asisten di samping
2. Pilih, siapkan dan periksa alat-alat. Jangan tergantung pada orang lain
Pilih ukuran pipa endotrakea yang sesuai, selalu diambil 2 buah (yang dianggap cukup dan yang lebih kecil)
Pilih tipe laringoskopi yang biasa dipakai
Oleskan pipa endotrakea dengan “Jelly” yang larut dalam air (misal : Xylocain, K-Y Jelly)
Periksa balon pipa endorakea bocor apa tidak
3. Penderita dalam posisi terlentang.
Kepala ditinggikan sedikit dengan mengganjal occiput sedikit (dengan bantal tipis). Leher fleksi dan kepala hiperekstensi agar daun laringoskopi) satu garis dengan trakea
4. Oksigenasi penderita dengan 02 100 % selama 2 menit
5. Waktu memasukkan pipa endotrakea tahan nafas penolong, apabila tidak bisa lagi hentikan intubasi (pada penderita apne)
6. Memasukkan pipa endrotrakea (intubasi)
Pertama-tama buka mulut dengan tangan kanan (dengan cara “Gerak jari silang”)
Pegang gagang laringoskopi dengan tangan kiri, masukkan daun laringoskopi dari sudut mulut kanan, dorong lidah kearah kiri. Hati-hati jangan melukai bibir akibat gigi dan laringoskopi
Dorong daun laringoskopi kearah tengah depan dan lihat mulut penderita, valvula, farings dan epiglotis
Perhatian aritenoid dan garis tengah (terpenting), kemudia pita suara (diharapkan tapi tidak merupakan keharusan), pipa endotrakea
7. Pipa endrotrakea dimasukkan dan balon pipa endotrakea diisi secukupnya
DRUG – OBAT-OBATAN
CARA :
1. Intravena (parifer) semua obat
2. Intra pulmoner : melalui trakea (hanya adrenalin dan lignokain)
3. Intra kardial : tidak dianjurkan pada waktu kompresi jantung luar
Farmakologi Obat Emergenci Serta Dosis.
Perangsang Miokard
1. Adrenalin
Obat ini bereaksi sebagai stimulan alfa dan beta, didalam tubuhh dan dikeluarkan/ disekresikan oleh adrenalin medula kelenjar suprarenal. Efek stimulan alfa akan mengakibatkan vasokonstriksi perifer sseperti kulit, ginjal, daerah splangnik dan sedikit sekali berakibat pada otak.
Efek stimulan beta akan mengakibatkan vasodilatasi terhadap pembuluh darah jantung, otot lurik dan juga berefek bronkodilator. Efek total pada dosis kecil menaikkan tapi pada dosis besar melah menurunkan resistensi perifer. Terhadap jantung akibat beta stimulan ini akan mempunyai efek inotropik dan kronotropik positif. Ini mengakibatkan menaiknya kontratilitas miokard, konduksi atrioventrikular, eksitabilitas miokard dan denyut jantung.
Dosis pemakaian adrenalin adalah 5 – 10 cc 1/10.000 (0,5-1 mg) tiap 3 menit. Pada anak 0,01 mg/kg. BB
2. Isoprenalin
Ia mempunyai efek terutama stimulan beta dan jauh lebih kuat dari pada drenalin. Pada jantung mempunyai efek inotropik positif dan ronotropik positif. Isoprenalin adalah suatu brokodilator yang kuat dan juga mengurangi vasokonstriksi paru sehingga menaikkan Pa02. Dosis isoprenalin adalah 0,1 – 0,2 mg tiap 3-5 menit. Seperti adrenalin, isoprenalin mempunyai efek antagonis dengan metabolik asidosis tapi potensial dengan metabolik alkalosis terhadap jantung,
3. Kalsium Klorida
Kontraksi miokard timbul akibat kerjasama dengan aktin, dan filamen-filamen dari aktimiosin. Terapi kalsium menaikkan kekuatan kontraksi jantung, memperpanjang sistole dan menaikkan eksitabilitas miokard.
Dosis kalsium klorida adalah 5 – 10 cc cairan konsentrasi 10 % jadi 500 – 1000 mg pada dewasa dan 1 – 2 cc (100-200 mg) pada neonatus tiap 3-5 menit. Dengan digitalis mempunyai efek sinergistik. Kalsium klorida baik untuk resusitasi jantung karena mudah terioniosasi.
BUFFER
1. Sodium Bikarbonat
Ini berguna untuk mengoreksi metabolik asidosis dimana bisa terjadi setelah beberapa lama henting jantung, metabolik asidosis menurunkan daya kerja jantung, menurunkan ambang untuk terjadinya fibrilasi ventrikel, mendepresi “Glikolisis anerobik” dan mempunyai efek yang berlawanan dengan simpatomimetik amin, juga mengakibatkan menaikkan resistensi vaskuler dari paru dan ginjal. Pemberian sodium ini mengakibatkan harusnya pemberian diuretipost henti jantung yang lama terutama pada edema paru, dosis sodium bikarbonat yang pertama diberikan : 1 mEq/kg. BB
Dosis sodium bikarbonate setelah 10 menit dalam millequivalen (8,4 % cairan 1 cc = 1 mEq)
Berat badan penderita dalam kg. Kali lama henti jantung (menit)
VASOKONSTRIKTOR
1. Narodrenalin (levophed)
Mempunyai efek vasokonstriksi yang sangat kuat. Dosis diberikan 0,1-0,2 mg tiap 5-10 menit. Setlah jantung mulai bekerja kembali obat ini bisa diberikan perinfus untuk mempertahankan tekanan darah.
2. Metaraminol (Aramine)
Dalam percobaan ternyata obat ini lebih kuat daripada noradrenalin selama resusitasi jantung terutama terhadap tekanan darah rata-rata. Daya kerja lebih panjang. Aliran darah ginjal tidak begitu menurun dan tidak mengakibatkan nekrosis jaringan tapi waktu mulai kerja dari obat ini lebih panjang. Dosis metaraminol adalah 2-5 mg tiap 10 menit . seperti noradrelin obat ini bisa diberikan perinfus 20-100 mg dalam 500 cc glukosa 5 %. Tetapi tidak mempunyai resiko “withdrawal hypotension”
3. Fenilefrin
Obat ini mempunyai efek terutama sebagai stimulan alfa dan sedikit atau tidak sama sekali efek terhadap jantung. Dosisi adalah 2-5 mg tiap 10-15 menit.
PENEKANAN KESTABILITAS MIOKARD.
Obat ini diindikasi pada keadaan fibrilasi ventrikel dan distritimia lainnya
1. Lignokain (Xylocard)
Obat ini menurunkan eksitabilitas miokard dengan jalan menaikkan “Conduction time retractory periode”. Kekuatannya dua kali prokain amida dan tidak seperti obat ini. Lignokain hanya mendepresi kontraktibilitas miokard kalau dosis berlebihan. Dosisnya adalah 5-10 cc cairan 1 % (50-199 mg) tiap 5-10 menit sampai mencapai 50 cc (500 mg) perjam. Dapat digunakan perinfus dengan konsentrasi 1-2 % didalam glukosa 5 %.
2. Prokain amida
Obat ini mendepresi eksitabilitas dan kontraktilitas miokard. Dosis adalah 50 – 100 mg tiap 5 menit dan maksimal dosis 750 mg
K.G – ELEKTRO KARDIO GRAFI
Diagnosis EKG :
- Fibrilasi ventrikal
- Asistole/hiposistole
- Kolaps kardio vaskuler
FIBRILATION TREATMENT – PENGOBATAN FIBRILASI
Defibrilasi Eksternal.
D.C. 1 – 2 sec (joules)/kg BB, maksimal 5 joule/kg BB,
Simulasikan secara bergantian untuk melakukan resusitasi jantung paru dan pemasangan endo trachea pada panthom yang telah dipersiapkan, kerjakan sampai merasa terampil.
Triase adalah tahap yang kedua setelah tahap persiapan dari suatu inisial asesmen. Inisial sendiri adalah suatu penilaian yang cepat dan mudah, yang diperlukan untuk penderita yang terluka parah guna keperluan pengelolaan yang tepat guna, sehingga penderita terhindar dari kematian.
Inisial asesmen meliputi :
1.Persiapan
2.Triase
3.Survei primer (ABCDE)
4.Resusitasi
5.Tambahan dari survei primer dan resusitasi
6.Survei sekunder (Head to toe dan anamnese)
7.Tambahan survei sekunder
8.Pemantauan dari re-evaluasi berlanjut
9.Penanganan definitif
Survei primer maupun survei sekunder dilakukan berulang-ulang supaya dapat mengenali penurunan keadaan penderita dan terapi dapat segera diberikan bila diperlukan. Dalam prakteknya, urutan kejadian diatas disajikan berurutan, kenyataannya dapat berlangsung simultan.
B. Persiapan
Persiapan penderita berlangsung dalam 2 fase. Fase pertama adlah fase prarumah sakit (pre-hospital), dimana seluruh kejadian sebaiknya berlangsung dalam koordinasi dengan dokter di Rumah Sakit. Fase kedua adalah fase Rumah Sakit (in-hospital) dimana dilakukan persiapan untuk menerima penderita sehingga dapat dilakukan resusitasi dalam waktu cepat.
1. Fase Pra-Rumah Sakit
Koordinasi yang baik antara dokter di rumah sakit dengan petugas lapangan akan menguntungkan penderita. Sebaiknya rumah sakit sudah diberitahukan sebelum penderita mulai diangkut dari tempat kejadian. Pemberitahuan ini memungkinkan rumah sakit mempersiapkan Tim Trauma sehingga sudah siap saat penderita sampai di Rumah Saki.
Pada fase pra-rumah sakit titik berat diberikan pada penjagaan Airway, kontrol perdarahan dan syok, imobolisasi penderita dan pengiriman ke rumah sakit terdekat yang cocok, sebaliknya ke suatu rumah sakit rujukan yang diakui. Waktu di tempat kejadian (SCENE time) yang lama harus dihindari.
2. Fase Rumah Sakit
Harus dilakukan perencanaan sebelum penderita tiba. Sebaiknya ada ruangan resusitasi. sudah dipersiapkan, dicoba, dan diletakkan di tempat yang mudah terjangkau. Cairan kristaloid (misalnya : ringer’s lactate) yang sudah dihangatkan digantung pada tempatnya. Perlengkapan monitoring yang diperlukan sudah dipersiapkan. Suatu sistem pemanggilan tenaga medik tamabahan sudah harus ada, demikian Perlengkapan Airway (laringoscope, endotracheal tube, dsb) juga tenaga laboratorium dan radiologi.
Semua tenaga medik yang berhubungan dengan penderita harus dihindarkan dari kemungkinan penularan penyakit menular, terutama hepatitis dan Acquired Immuno-deficiency Syndrome (AIDS). Dianjurkan pemakaian alat-alat protektif, misalnya : masker (face mask ), proteksi mata (kaca mata), baju kedap air, sepatu dan sarung tangan kedap air, bila ada kontak dengan cairan tubuh penderita.
C. Triase
Triase adakah cara pemilihan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia. Terapi didasarkan pada kebutuhan ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure).
Triase juga berlaku untuk pemilahan penderita di lapangan dan rumah sakit yang akan dirujuk. Merupakan tanggung jawab pra Rumah sakit (dan pimpinan tim lapangan) bahwa penderita akan dikirim ke Rumah Sakit yangsesui. Merupakan kesalahan besar untuk mengirim penderita ke rumah sakit non-trauma bila ada pusat trauma tersedia. Suatu sistem skoring akan membantu dalam pengambilan keputusan pengiriman ini.
Dua jenis keadaan triase dapat terjadi :
1. Musibah masal dengan jumlah penderita dan bertanya perlukaan tidak melampaui kemampuan rumah sakit. Dalm keadaan ini penderita dengan masalah gawat-darurat dan multi trauma akan dilayani terlebih dahulu.
2. Musibah massal dengan jumlah penderita dan bertanya perlukaan melampui kemampuan rumah sakit. Dalam keadaan ini yang akan dilayani terlebih dahhulu adlah penderita dengan kemungkinan survival yang terbesar, serta membutuhkan waktu, perlengkapan dan tenaga paling sedikit.
Pemberian Label Triase (berdasarkan prioritas diatas) :
Ø Label hijau : Penderita tidak luka
(Ruang tunngu untuk dipulangkan)
Ø Label kuning : Penderita hanya luka ringan
(Kamar bedah minor IGD)
Ø Label merah : Penderita dengan cedera berat
(Resusitasi- Kamar operasi mayor IGD)
Ø Label biru : Penderita dalam keadaan berat
(Syok-terancam kematian)
Ø Label hitam : Penderita sudah meninggal
(Kamar Jenazah)
Triase Skenario
¤ Contoh kasus musibah massal
1. Kecelakaan Mobil
Anda adalah seorang dokter jaga di rumah sakit daerah dengan 100 bed. Selain anda, sedang bertugas seorang peawat dan seorang pembantu perawat yang siap membantu anda. Sepuluh manit yang lalu anda mendengar dari mobil ambulan melalui ORARI bahwa akan ada pasien datang dengan kecelakaan mobil tunggal. Tidak ada informasi yanglain. Dua ambulan datang dengan 5 pasien sebagai penumpang mobil yang berkecepatan 60 mil/jam (96 km/jam)sebelum terjadinya kecelakaan.
Ø Pasien A
laki-laki usia 45 tahun, sopir mobil, tampaknya ia tak memakai sabuk pengaman. Sewaktu kecelakan dia terlempar kearsh kaca depan. Pada saat tiba dia mengalami gangguan pernafasan yang berat. Luka meliputi trauma maksilofacial yang berat dengan perdarahan melalui hidung dan mulut, deformasi paada lengan kiri, dan abrasi diseluruh dada bagian depan. GCS skor : 8, tensi : 150/80; plus : 140/m; RR : 25/m
Ø Pasien B
Seorang penumpang, wanita 38 tahun, terlampar dari kursi depan dan ditemukan 9 meter dari mobil. Sewaktu tiba dia sadar, kesakitan, dan mengeluh bahwa dada dan perutnya sakit. Pada palpasi pada panggulnya ia mengalami nyeri yang berat dan krepitasi oleh karena fraktur tak teraba. Tensi : 110/90; Plus : 140/m; RR : 25/m.
Ø Pasien C
Laki-laki usia 48 tahun ditemukan dibawah mobil. Pada waktu ia dalam keadaan bingung manjawab perlahan jika diajak bicara. GCS skor : 10. Kecelakaan meliputi luka-luka dibagian muka, dada dan perut. Suara nafas tak terdengar pada paru kiri, dan nyeri palpasi pada abdomen. Tensi : 90/50; plus : 140/m; RR : 35/m.
Ø Pasien D
Wanita, histeris, umur 25 tahun, diambil dari dalam mobil di kursi belakang. Dia sedang hamil 8 bulan dan mengeluh sakit perut.Luka meliputi abrasi di bagian muka dan di bagian perut bagian depan. Nyeri palpasi pada abdomen. Dia dalam keadaan partus. Tensi : 120/80; Puls : 100; RR : 35/m
Ø Pasien E
Seorang anak 6 tahun, ditolong dari dalam mobil di kursi belakang. Di tempat kejadian dia dapat berbicara dan kesakitan. Sekarang dia hanya bisa menagis jika merangsang nyeri. Luka meliputi luka abrasi yang multipel dan ada deformasi pada dorsal kaki kiri. Pada mulut dan hidung tampak darah kering. Tensi : 110/70; 180/m; RR : 35
2. Peledakan dan kebakaran
Disebuah rumah kayu terjadi peledakan dan kebakaran yang disebabakan adanya kompor gas yang meledak. Karena tempat kejadian dekat dengan rumah sakit maka petugas langsung mengirim pasien ke rumah sakit tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Lima pasien semua masih dalam satu famili sudah di immobilisasi dengan long spine boards. Dan diangkut ke rumah sakit.
Ø Pasien A
Laki-laki 45 tahun, menderita 63% pada permukaan kulit di bagian depan dari dada, perut, paha dan kaki. Dia juga menderita kebakaran grad 4 pada kedua tangan, muka dan kaki. Rambut ikut terbakar. Dia batuk dan mengeluarkan riak yang hitam, suara tidak terganggu. Tensi : 120 sstolik. Puls 100/menit; RR : 30
Ø Pasien B
Wanita 34 tahun menderita 35 % luka bakar. Luka bakarnya adalah kebanykan super fisial dan ada yang penuh yangmeliputi dada punggung dan lengan. Dia menderita laserasi yang besar pada kening, perdarahan sudah teratasi. Tampak ada deformasi pada pundak kanan. Dia mengeluh adanya kelemahan pada tangan dan kaki. Tensi : 130/90, Puls : 90/menit; RR : 45
Ø Pasien C
Pria 19 tahun menderita 36% luka bakar. Yang meliputi dada bagian depan, perut dan kai. Grad luka bakar campuran 3 dan 4. Dia hanya memberi respon kika diberi ranbgsangan kuat. Tensi : 80/40, Puls : 140/menit, RR : 32
Ø Pasien D
Wanita 70 tahun menderita luka bakar 60% dan mengisap asapnya. Dia batuk dan mengeluarkan spuntum hhitam dan suara serak. Grad luka bakar campuran 3 dan 4 meliputi : tubuh bagian depan, kedua kaki, bagian kaki kiri belakang dan sedikit pada punggung. Kesadaran agak menurun tapi masih bisa menjawab pertanyaan. Tensi : 140/110, Puls110/menit, RR : 32
Ø Pasien E
Perempuan 6 tahun menderita luka bakar 25%. Luka bakrnya grad 2 dan 3 terletak pada punggung pantat dan bagian balakang dari kedua paha. Walaupun dia takut dan menangis dia tampak stabil. Tensi : 110/70, Puls : 100/menit, RR : 32
¤ Cara melakukan triage
Penderita Gadar
A
(Airway)
B
(Breathing)
C
(Circulation)
D
(Disability)
Prioritas
I
II
III
IV
V
dst
D. Kesimpulan
Agar tindakan triage dan resusitasi dapat melaksanakan dengan tepat, cermat dan cepat di IGD, maka perlu :
b. Tempat triage- resusitasi
Hendaknya diatur sedekat mungkin antara kedatangan- penderita-triage-resusitasi
c. Sumber daya manusia
Telah mendapatkan latihan yang cukup untuk tindakan life support baik tenaga dokter, perawat,, sopir ambulans.
d. Peralatan
Disiapkan peralatan resusitasi siap pakai melipuit : obat, bahan habis pakai dan peralatan life support lainnya.
MATERI
RESUSITASI JANTUNG PARU
Airway : Jalan Nafas
Orang tidak mungkin bernafas apabila jalan nafas tersumbat/obstruksi. Obstruksi jalan nafas sering disebabkan oleh : lidah, benda asing (seperti gigi palsu, darah, muntah dan mukus) membuka jalan nafas pada penderita yang tidak sadar adalah tindakan pertama.
1. Obstruksi yang disebabkan oleh Lidah
Lidah pada penderita yang tidak sadar dengan tidur terlentang, sangat mudah jatuh kearah dinding faring posterior (tenggorokan belakang) sehingga menyebabkan obstruksi jalan nafas kepala jangan diganjal.
Jalan nafas dapat dibebaskan kembali dengan melakukan tindakan manual atau dengan memakai alat khusus.
2. Ekstensi Kepala
Menggunakan satu tangan dibawah leher dan tangan lainnya pada kening, tarik kepala kearah kaudo posterior, tindakan ini sering menimbulkan nafas spontan. Pada bayi ekstensi minimal saja (kalau maksimal bisa menyebakan obstruksi jalan nafas)
3. Tarik Dagu
Gunakan kedua tangan untuk mengangkat/mendorong rahang/pada waktu yang bersamaan pertahankan mulut terbuka dan ekstensi kepala (gerak tripsi jalan nafas)
Indikasi : Apabila tindakan manusal tidak berhasil atau bila dibutuhkan waktu yang lama untuk mempertahankan jalan nafas terbuka
4. Pipa Orofaring
Ini adalah alat sederhana yang cukup baik untuk mempertahankan lidah terangkat, gigi dan bibir terpisah dari bagian atas dan bawah pada penderita koma.
5. Pipa Endotrakea
Tujuan intubasi trakea :
Memudahkan ventilasi/oksigenasi
Mencegah aspirasi
Memudahkan pengisapan benda asing, darah/lendir/cairan dari jalan nafas/paru
6. Obstruksi yang disebabkan benda asing
Obstruksi akibat benda asing harus dicurigai apabila pernafasan buatan dengan cara yang betul telah dilakukan tetapi dada tidak berkembang/terasa berat.
Benda asing yang berada dijalan nafas bawah harus ditarik keatas sebelum dapat dikeluarkan melalui mulut.
Silang jari telunjuk dengan ibu jari tekankan dengan ujung-ujung jari tersebut pada giginya pada satu sisi mulut. Bersihkan kearah luar benda asing tersebut dengan jari telunjuk yang lain. Pukul antara dua scapula (hanya dianjurkan untuk bayi dan anak kecil). Batuk buatan akan timbul dengan jalan memberikan beberapa pukulan diantara dua skapula, sehingga benda yang mengakibatkan obstruksi akan terlepas. Pada bayi/anak yang kecil waktu dilakukan pemukulan, dada dan dagu ditahan, tapi kepala harus lebih rendah.
Hentakan abdomen.
Lakukan hentakan pada daerah epigastrium abdomen atas beberapa kali. Tidak dianjurkan untuk bayi dan anak kecil.
Alat penghisap
Aspirasi cairan langsung kedalam trakea atau paru sangat berbahaya. Untuk mencegah hal ini dikeluarkanlah cairan yang berada didalam nafas dengan alat penghisap.
Posisi Stabil Miring
“Auto Drainage Position”
Apabila pernafasan spontan atau telah kembali sponta, letakkan penderita pada posisi stabil miring memudahkan mengalirnya sekresi/cairan yang mungkin ada dari mulut/faring/laring dan jangan terjadi aspirasi paru akibat regurgitasi dari lambung. Jadi prinsip posisi ini sumbu trakhea lebih tinggi dari pada faring/laring (cara tertera dibawah).
7. BREATHING – PERNAFASAN
Apabila pernafasan sangat lemah dan ireguler atau apne/henti nafas lakukan pernafasan buatan segera !!
Metode pernafasan buatan :
a. Mulut ke mulut :
Ekstensi kepala untuk membuka jalan nafas. Tutup lubang hidung dengan jepitan jari telunjuk-ibu jari atau dengan pipi penolong lalu tarik nafas dalam
Rapatkan bibir pada penolong disekitar mulut penderita. Tiupkan udara ekspirasi penolong kedalam paru penderita dan perhatikan dada berkembang atau tidak
Lepaskan mulut penolong untuk membiarkan penderita ekshalasi secara pasif dan perhatikan dada mengempis
Ulang pernafasan buatan sebagaimana frekuensi nafas normal (12 x /menit)
Tutup mulut penderita rapat rapat dengan menekankan bibir bagian bawah. Lingkari hidung penderita dengan bibir penolong rapat dan ditiup.
Untuk memudahkan ekshalasi, coba untuk membuka mulut penderita atau sekurang-kurangnya pisahkan kedua bibir penderita
Ulang pernafasan buatan sesuai dengan frekuensi normal,
b. Mulut kemulut dan hidung
Untuk bayi /anak kecil
Tiuapan memakai hembusan dengan tena pipi (20-30 kali/menit)
Letakkan sungkup muka (face mask) diatas mulut dan hidung
Tiupkan ke udara ekspirasi penolong melalui lubang sungkup muka
Lepaskan mulut penolong untuk membiarkan penderita ekspirasi secara pasif.
Catatan :
> Nafas buatan memakai mulut ()2 yang didapat 16 %)
> Orang dewasa dengan menarik nafas dalam dan ditiup kira-kira 2x nafas biasa
> Anak besar/dewasa kecil. Nafas biasa dan ditiup dengan tenaga ekspirasi biasa,
c. Bag-mask ventilation.
Pada penolong yang terlatih baik, cara ini sangat berguna dan menyenangkan.
d. Udara bebas
Kalau alat ini dipakai )2 tabung (02 yang didapat 21 %)
e. Tambahan 02 tabung
02 yang didapat penderita bisa mencapai 100 %
CIRCULATION – SIRKULASI
Apabila denyut jantung berhenti lakukan segera kompresi jantung luar kombinasi dengan pernafasan buatan yang dikenal rebagai resusitasi jantung paru
Henti Jantung.
Cara mengenal adanya henti jantung :
1. Tidak sadar
2. Tidak terabanya nadi karotis atau femoralis (pada bayi atau neomatus nadi brakhialis atau femoralis)
3. Henti nafas
4. Tampak seperti mati
5. Orang-orangan mata melebar
6. Warna kulit pucat sampai kelabu
Jika No. 1 dan 2 positif, pasti terdapat henti jantung !!!
KOMPRESI JANTUNG LUAR.
Pada orang dewasa : korban diletakkan di tempat yang keras dan rata, pangkal telapak tangan ditindihkan satu sama lain pada posisi dua jari diatas ujung tulang dada korban. Ditekan sedalam 3 – 5 cm kearah tulang belakang korban dengan kecepatan 80 – 100 kali permenit.
Pada anak-anak
Korban diletakkan ditempat, keras dan rata, sebelah dari panglak telapak tangan diletakkan dipertengahan tulang dada. Ditekan sedalam 2 – 3 cm kearah tulang belakang dengan kecepatan kurang lebih 100 kali permenit.
Pada Bayi
Punggung korban diletakkan dikedua telapak tangan kedua ibu jari dibawah pertemuan tulang dada dengan garis interpapilaris . kedua ibu jari tersebut dihentakkan kearah tulang belakang 1-2 cm sebanyak 100-120 kali permenit
Cara lain.
Penekanan dilakukan dengan ujung jari telunjuk dan jari tengah.
TEHNIK KOMBINASI KOMPRESI JANTUNG LUAR DENGAN PERNAFASAN BUATAN
Dengan satu penolong.
Setiap 15 kali kompresi jantung luar diikuti 2 kali pernafasan buatan.
Dengan dua penolong.
Dengan satu penolong sewaktu memberikan pernafasan buatan, kompresi jantung luar terhenti. Sedangkan dengan kedua penolong : pernafasan buatan diberikabn setelah kompresi kelima. Tehnik kombinasi ini dinyatakan berhasil kalau ada tanda-tanda. Nadi karatis mulai berdenyut, pernafasan mulai spontan dan kulit yang tadinya berwarna keabu-abuan mulai menjadi merah. Bila denyut karotis sudah timbul teratur maka kompresi dapat dihentikan tetapi pernafasan buatan tetap diteruskan sampai timbul nafas spontan.
Bila orang-orangan mata tetap lebar, warna kulit tetap pucat kelabu, tetap tidak sadar dan resusitasi sudah berlangsung 15-30 menit, maka resusitasi dihentikan. Bila orang-orangan mata mengecil, warna kulit menjadi kemerah-merahan, tetapi denyut karotis belum teraba, maka kompresi jantung dan pernafasan buatan tetap diteruskan dan bawa korban ke rumah sakit secepatnya.
Tehnik kombinasi pada anak/bayi perbandingan kompresi jantung luar dengan pernafasan buatan adalah 5 : 1 pada satu ataupun dua penolong.
SKEMA TINDAKAN RESISITASI
Tidak sadar ---à Bebaskan jalan nafas
Nafas
Ada tidak ada
Pertahankan Pernafasan buatan 2 kali
Posisi yang baik
Nadi karotis
Ada tidak ada
Pernafasan buatan Tehnik kombinasi
( 2 – 20 kali/menit)
(dewasa) Kompresi jantung luar
20-30 kali/menit dengan
(anak bayi) pernafasan buatan
TEHNIK INTUBASI TRAKEA
1. Sebaiknya ada asisten di samping
2. Pilih, siapkan dan periksa alat-alat. Jangan tergantung pada orang lain
Pilih ukuran pipa endotrakea yang sesuai, selalu diambil 2 buah (yang dianggap cukup dan yang lebih kecil)
Pilih tipe laringoskopi yang biasa dipakai
Oleskan pipa endotrakea dengan “Jelly” yang larut dalam air (misal : Xylocain, K-Y Jelly)
Periksa balon pipa endorakea bocor apa tidak
3. Penderita dalam posisi terlentang.
Kepala ditinggikan sedikit dengan mengganjal occiput sedikit (dengan bantal tipis). Leher fleksi dan kepala hiperekstensi agar daun laringoskopi) satu garis dengan trakea
4. Oksigenasi penderita dengan 02 100 % selama 2 menit
5. Waktu memasukkan pipa endotrakea tahan nafas penolong, apabila tidak bisa lagi hentikan intubasi (pada penderita apne)
6. Memasukkan pipa endrotrakea (intubasi)
Pertama-tama buka mulut dengan tangan kanan (dengan cara “Gerak jari silang”)
Pegang gagang laringoskopi dengan tangan kiri, masukkan daun laringoskopi dari sudut mulut kanan, dorong lidah kearah kiri. Hati-hati jangan melukai bibir akibat gigi dan laringoskopi
Dorong daun laringoskopi kearah tengah depan dan lihat mulut penderita, valvula, farings dan epiglotis
Perhatian aritenoid dan garis tengah (terpenting), kemudia pita suara (diharapkan tapi tidak merupakan keharusan), pipa endotrakea
7. Pipa endrotrakea dimasukkan dan balon pipa endotrakea diisi secukupnya
DRUG – OBAT-OBATAN
CARA :
1. Intravena (parifer) semua obat
2. Intra pulmoner : melalui trakea (hanya adrenalin dan lignokain)
3. Intra kardial : tidak dianjurkan pada waktu kompresi jantung luar
Farmakologi Obat Emergenci Serta Dosis.
Perangsang Miokard
1. Adrenalin
Obat ini bereaksi sebagai stimulan alfa dan beta, didalam tubuhh dan dikeluarkan/ disekresikan oleh adrenalin medula kelenjar suprarenal. Efek stimulan alfa akan mengakibatkan vasokonstriksi perifer sseperti kulit, ginjal, daerah splangnik dan sedikit sekali berakibat pada otak.
Efek stimulan beta akan mengakibatkan vasodilatasi terhadap pembuluh darah jantung, otot lurik dan juga berefek bronkodilator. Efek total pada dosis kecil menaikkan tapi pada dosis besar melah menurunkan resistensi perifer. Terhadap jantung akibat beta stimulan ini akan mempunyai efek inotropik dan kronotropik positif. Ini mengakibatkan menaiknya kontratilitas miokard, konduksi atrioventrikular, eksitabilitas miokard dan denyut jantung.
Dosis pemakaian adrenalin adalah 5 – 10 cc 1/10.000 (0,5-1 mg) tiap 3 menit. Pada anak 0,01 mg/kg. BB
2. Isoprenalin
Ia mempunyai efek terutama stimulan beta dan jauh lebih kuat dari pada drenalin. Pada jantung mempunyai efek inotropik positif dan ronotropik positif. Isoprenalin adalah suatu brokodilator yang kuat dan juga mengurangi vasokonstriksi paru sehingga menaikkan Pa02. Dosis isoprenalin adalah 0,1 – 0,2 mg tiap 3-5 menit. Seperti adrenalin, isoprenalin mempunyai efek antagonis dengan metabolik asidosis tapi potensial dengan metabolik alkalosis terhadap jantung,
3. Kalsium Klorida
Kontraksi miokard timbul akibat kerjasama dengan aktin, dan filamen-filamen dari aktimiosin. Terapi kalsium menaikkan kekuatan kontraksi jantung, memperpanjang sistole dan menaikkan eksitabilitas miokard.
Dosis kalsium klorida adalah 5 – 10 cc cairan konsentrasi 10 % jadi 500 – 1000 mg pada dewasa dan 1 – 2 cc (100-200 mg) pada neonatus tiap 3-5 menit. Dengan digitalis mempunyai efek sinergistik. Kalsium klorida baik untuk resusitasi jantung karena mudah terioniosasi.
BUFFER
1. Sodium Bikarbonat
Ini berguna untuk mengoreksi metabolik asidosis dimana bisa terjadi setelah beberapa lama henting jantung, metabolik asidosis menurunkan daya kerja jantung, menurunkan ambang untuk terjadinya fibrilasi ventrikel, mendepresi “Glikolisis anerobik” dan mempunyai efek yang berlawanan dengan simpatomimetik amin, juga mengakibatkan menaikkan resistensi vaskuler dari paru dan ginjal. Pemberian sodium ini mengakibatkan harusnya pemberian diuretipost henti jantung yang lama terutama pada edema paru, dosis sodium bikarbonat yang pertama diberikan : 1 mEq/kg. BB
Dosis sodium bikarbonate setelah 10 menit dalam millequivalen (8,4 % cairan 1 cc = 1 mEq)
Berat badan penderita dalam kg. Kali lama henti jantung (menit)
VASOKONSTRIKTOR
1. Narodrenalin (levophed)
Mempunyai efek vasokonstriksi yang sangat kuat. Dosis diberikan 0,1-0,2 mg tiap 5-10 menit. Setlah jantung mulai bekerja kembali obat ini bisa diberikan perinfus untuk mempertahankan tekanan darah.
2. Metaraminol (Aramine)
Dalam percobaan ternyata obat ini lebih kuat daripada noradrenalin selama resusitasi jantung terutama terhadap tekanan darah rata-rata. Daya kerja lebih panjang. Aliran darah ginjal tidak begitu menurun dan tidak mengakibatkan nekrosis jaringan tapi waktu mulai kerja dari obat ini lebih panjang. Dosis metaraminol adalah 2-5 mg tiap 10 menit . seperti noradrelin obat ini bisa diberikan perinfus 20-100 mg dalam 500 cc glukosa 5 %. Tetapi tidak mempunyai resiko “withdrawal hypotension”
3. Fenilefrin
Obat ini mempunyai efek terutama sebagai stimulan alfa dan sedikit atau tidak sama sekali efek terhadap jantung. Dosisi adalah 2-5 mg tiap 10-15 menit.
PENEKANAN KESTABILITAS MIOKARD.
Obat ini diindikasi pada keadaan fibrilasi ventrikel dan distritimia lainnya
1. Lignokain (Xylocard)
Obat ini menurunkan eksitabilitas miokard dengan jalan menaikkan “Conduction time retractory periode”. Kekuatannya dua kali prokain amida dan tidak seperti obat ini. Lignokain hanya mendepresi kontraktibilitas miokard kalau dosis berlebihan. Dosisnya adalah 5-10 cc cairan 1 % (50-199 mg) tiap 5-10 menit sampai mencapai 50 cc (500 mg) perjam. Dapat digunakan perinfus dengan konsentrasi 1-2 % didalam glukosa 5 %.
2. Prokain amida
Obat ini mendepresi eksitabilitas dan kontraktilitas miokard. Dosis adalah 50 – 100 mg tiap 5 menit dan maksimal dosis 750 mg
K.G – ELEKTRO KARDIO GRAFI
Diagnosis EKG :
- Fibrilasi ventrikal
- Asistole/hiposistole
- Kolaps kardio vaskuler
FIBRILATION TREATMENT – PENGOBATAN FIBRILASI
Defibrilasi Eksternal.
D.C. 1 – 2 sec (joules)/kg BB, maksimal 5 joule/kg BB,
Simulasikan secara bergantian untuk melakukan resusitasi jantung paru dan pemasangan endo trachea pada panthom yang telah dipersiapkan, kerjakan sampai merasa terampil.