PENANGANAN PENYAKIT TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN
Oleh: Triyo Rachmadi,S.Kep.
Penyakit-penyakit Telinga Hidung dan Tenggorok yang dibahas dalam pokok bahasan 4 ini meliputi 3 sub pokok bahasan yaitu :
1. Otitis Eksterna
2. Otitis Media Akuta Purulenta
3. Epistaksis
Kasus ini cukup banyak dijumpai di puskesmas dan masyarakat sehingga dengan pembekalan ini diharapkan anda memiliki kemampuan dalam menanganinya atau paling tidak mengenalinya untuk merujuknya.
POKOK BAHASAN 4 : PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROKANSUB POKOK BAHASAN : PENATALAKSANAAN OTITIS EKSTERNAWAKTU SESI : 1 jam pelajaran @ 45 menit |
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Memberikan kemampuan kepada peserta latih dalam mengenali dan menangani pasien dengan Otitis Eksterna |
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSSetelah mengikuti sesi ini diharapkan :
|
PROSES PEMBELAJARANLangkah 1. Persiapan peserta
Langkah 2. Penyampaian materi pelatihan
Langkah 3. diskusi /tugas individu atau kelompok
|
METODE Ceramah Tanya jawab Diskusi Penugasan/kasus VCD |
ALAT BANTU LATIHOHPWhite board LCD CD |
EVALUASI
Evaluasi dilakukan secara tertulis maupun praktek dengan instrumen terlampir |
RUJUKAN
Hoole., A. J., Picard G. C., Quimetto M. R., Lohr J. A., Greenberg R. A. (1988). Patient Guidelines for Nurse Practioners. (4 th ed. ), Philadelphia : J. B. Lippincott Company. Ikatan Sarjana Farmasi (2004). ISO Indonesia. Vol. 39. Jakarta. |
OTITIS EKSTERNA
I. Pengertian
Infeksi saluran pendengaran bagian luar dan daun telinga yang disebabkan oleh karena bermacam agen yang masuk karena adanya lecet atau tidak utuhnya kulit yang disebabkan trauma atau tarikan, pemakaian alat bantu pendengaran, anting atau sebab lain. Kerusakan jaringan pada telinga luar dapat pula disebabkan oleh masuknya air kedalam rongga telinga setelah berenang.
II. Penyebab
1. Bakteri: tersering Psedudomonas sp, Proteus sp s, Staphylococcus aureus dan Streptococcus.
2 Fungi/jamur
III. Gambaran Klinis
1. Gejala:
a. Nyeri telinga
b. Kadang, penurunan fungsi pendengaran atau adanya rasa tersumbat
2. Tanda
a. Nyeri yang dirangsang oleh gerakan daun telinga baik tekanan pada tragus atau karena jeweran.
b. Mungkin sebagian saluran telinga tersumbat oleh edem atau cairan
c. Saluran telinga tampak kemerahan atau bengkak, kadang ditemukan eksudat pada pemeriksaan dengan otoskop.
d. Membrana timpani mungkin tampak normal, bengkak, atau tertutup oleh kumpulan eksudat tetapi tidak menunjukan adanya infeksi OM
e. Pembesaran kelenjar preaurikuler atau postaurikuler
f. Tidak ditemukan nyeri pada penekanan daerah mastodeus.
IV. Pemeriksaan Laboratorium :
tidak perlu
V. Diagnosis Banding
1. Otitis Media
2. Mastoiditis
3. Dermatitis Kronis , tipe : Seboroik, eksim dan psoriasis
VI. Pengobatan
A. Pencegahan:
Nasehati pasien untuk mengikuti kegiatan pencegahan
1. Jangan mempergunakan jari dan instrumen lain termasuk kapas, kapas untuk swap untuk membersihkan lubang telinga (lubang telinga tidak perlu dibersihkan sendiri ). Bersihkan kapas untuk membersihkan telinga luar dengan benar serta bersihkan jari-jari sebelum membersihkan
2. Jika ada rasa gatal pada lubang telinga jangan memasukkan benda asing tetapi segera mencari pertolongan pada medis atau tenaga kesehatan.
B. Pengobatan spesifik
1. Berikan Asetaminopen : untuk menghilangkan sakit untuk semua usia dan Aspirin untuk dewasa
2. Untuk menghangatkan gunakan kompres hangat, dengan mempergunakan botol hangat atau pemanas atau pak penghangat
3. Penggguunaan tetes telinga. Pengobatan dengan tetes telingan tidak efektif bila lubang tertutup oleh serumen dan cairan eksudat. Untuk itu pasien harus tidak berubah posisi selama 5 menit setelah ditetesi. Bila memungkinkan masukkan lidi kapas kemudian alirkan obat tetes telinga melalui lidi kapas untuk masuk kedalam telinga.
4. Cortikospurin solusion (Kombinasi Polimiksin Sulfat, Neomisin dan Hidrokortison) 4 tetes 4 kali sehari.
5. Contoh sediaan obat tetes telinga : Cendocitrol, Otopain, Otozambon, Otolin.
VII. Komplikasi
Memberatnya Otitis eksterna berhubungan dengan:
1. Pembengkakan yang menutupi saluran telingan yang ditandai dengan :
a. Nyeri hebat
b. Demam
c. Pembengkakan saluran, teliga luar dan jaringan
2. Reaksi alergi local misalnya terhadap Neomycin
3. Pasien dengan Diabetes Militus kadang-kadang reaksi infeksi atau alergi lebih hebat.
VIII. Konsultasi dan Rujukan
Rujukan dan konsultas kedokter dilakukan bila didapatkan keadaan berikut:
1. Otitis eksterna hebat
a. Nyeri hebat
b. Demam
c. Pembengkakan telinga dalam yang menghalangi tetes telinga
2. Selulitis dari jaringan telinga
3. Kegagalan pengobatan setelah diberikan 1 minggu
4. Terjadinya kekambuhan dalam beberapa minggu
IX. Tindak Lanjut
Kunjungan ulang bila dalam waktu 1 minggu kondisi tidak ada perubahan.
POKOK BAHASAN : PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROKANSUB POKOK BAHASAN : PENATALAKSANAAN OTITIS MEDIA AKUTA PURULENTAWAKTU SESI : 1 jam pelajaran @ 45 menit |
TUJUAN INSTRUKSIONALUMUM
Memberikan kemampuan kepada peserta latih dalam mengenali dan menangani pasien dengan Otitis Media Akuta Purulenta. |
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSSetelah mengikuti sesi ini diharapkan : 1. Peserta dapat menjelaskan tentang pengertian dan gambaran klinis 2. Peserta dapat melakukan pemeriksaan terhadap Otitis Media Akuta Purulenta 3. Peserta dapat menentukan diagnosis dan diagnosis banding Otitis Media Akuta Purulenta 4. Peserta dapat melakukan penanganan Otitis Media Akuta Purulenta |
PROSES PEMBELAJARAN KHUSUSLangkah 1. Persiapan peserta 1. Pelatih mempersiapkan suasana pelatihan dan mental peserta dalam mengikuti pelatuhan 2. Pelatih menjelaskan tujuan pelatihan Langkah 2. Penyampaian materi pelatihan a. Pelatih menjelaskan materi pelatihan b. Pelatih memberikan pertanyaan terkait dengan materi c. Pelatih menyampaikan beberapa masalah/keadaan /isu d. Pelatih melakukan simulasi/demonstrai pemeriksaan dan penanganan otitis media akuta purulenta Langkah 3. diskusi /tugas individu atau kelompok
|
METODE Ceramah Tanya jawab Diskusi Penugasan/kasus VCD |
ALAT BANTU LATIHOHPWhite board LCD CD |
EVALUASI Evaluasi dilakukan secara tertulis maupun praktek dengan instrumen terlampir |
RUJUKAN
Hoole., A. J., Picard G. C., Quimetto M. R., Lohr J. A., Greenberg R. A. (1988). Patient Guidelines for Nurse Practioners. (4 th ed. ), Philadelphia : J. B. Lippincott Company. Ikatan Sarjana Farmasi (2004). ISO Indonesia. Vol. 39. Jakarta. |
OTITIS MEDIA AKUTA PURULENTA
I. Definisi
Infeksi pada telinga tengah dengan akumulasi cairan seropurulen dalam rongga telinga tengah
II. Etiologi
Sebagai pencetus adalah adanya salah fungsi (disfungsi) dari tuba Eustakius. Sebagian besar kasus disebabkan oleh infkeksi bakteri. Paling sering adalah infeksi Pneumococcus, sedang H. Influenzae jarang terutama pada anak-anak. Tidak mungkin dilakukan diagnosis klinik untuk identifikasi pasien dengan eksudat yang steril.
III. Gambaran Klinis
1. Gejala:
a. Sakit pada telinga
b. Gejala adanya infeksi pada saluran nafas atas
c. Demam
d. Berkurangnya fungsi pendengaran
e. Kadang-kadang tidak ada gejala
2. Tanda
a. Pembengkakan (bulging) pada beberapa bagian membrana tympani dengan akumulasi eksudat pada rongga telinga tengah.
b. Bayamgan tulang maleus tidak tampak pada membrana tymphani ( tulang landasan). Proses infeksi biasanya ditandai oleh berkurangnya fungsi tulang ini
c. Adanya perforasi membrana timpani
d. Adanya bula pada membrana timpani
e. Menurunnya atau hilangnya gerakan membrana timpani
IV. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak diperlukan pemeriksaan laboratorium
V. Diagnosis Banding
1. Infeksi saluran nafas atas kadamng-kadang menimbuljan peradangan dari membrana timpani .
2. Otitis media serosa
3. Otitis eksterna
VI. Pengobatan
1 Pasien yang berumur dibawah 18 tahun
Jangan memberi makan bayi atau anak dengan posisi telentang karena keadaan tersebut merupakan faktor predisposisi untuk otitis media. Faktor lain adalah orang tua yang perokok juga meningkatkan angka kejadian otitis media pada anak.
DOSIS ORAL AMOKSILIN SUSPENSI ANAK
( 125 MG PER 5 ML)
BERAT BADAN | DOSIS | FREKUENSI |
6-8 Kg | 100 mg (4 ml) | Tiap 4 jam slm 10 hri |
8-10 Kg | 125 mg(5 ml) | Tiap 8 jam slm 10 hri |
Untuk anak dengan berat badan badan lebih 10 kg dipergunakan table berikut.
DOSIS ORAL AMOKSILIN SUSPENSI ANAK
( 250 MG PER 5 ML)
BERAT BADAN | DOSIS | FREKUENSI |
10-12 Kg | 150 mg (3 ml) | Tiap 8 jam slm 10 hri |
12-15 Kg | 200 mg (4 ml) | Tiap 8 jam slm 10 hri |
`> 15 kg | 250 mg ( 5ml) | Tiap 8 jam slm 10 hri |
2 Untuk dewasa dengan umur diatas 18 th dan sudah dapat minum kapsul dapat diberikan amoksilin kapsul 250 mg 3 kali sehari selama 10 hari.atau regimen campuran Trimetoprim 80 mg dan Sulfametoksasol 400 mg (Kotrimoksasok) kapsul 250 mg 4 kali sehari selama 10 hari.
3 Sediaan obat merek yang ada antara lain : Omemox, Bimoxil, Scanmoksil
4 Sediaan obat Kotrimoksasol yang lain : Otoprim, Fameprim,Sulprim, Primadex
VII. Komplikasi(bila gejala memberta rujuk)
1 Otitis media serosa kronika
2 Otitis Media Purulenta Persisten
3 Mastoiditis
4 Otitis Media Kronika dengan perforasi membrana timpani
5 Penyebaran ke Sistim Saraf Pusat
6 Terbentuknya Kolesteatoma karena Otitis Media Kronika dan perforasi marginal/tepi atau pars flaccida
VIII. Konsultasi dan Rujukan
Konsultasi ke dokter apa bila didapatkan :
1 Penderita dibawah 3 bulan
2 Nyeri hebat
3 Apa bila dalam 2 hari mengalami kegegalan dalam memperbaiki gejala
4 Adaya tanda-tanda :
a. Kelemahan /letargi
b. Sangat mudah kejang karena terangsang
c. Fontanela menonjol
d. Adanya kekakuan kuduk/leher
e. Otitis media puruleta persisten yang tidak mendapatkan pengobatan adekuat
f. Lebih 2 kali episode pada Anak usoa dibawah 1 tahun
5 Dewasa lebih beberapa kali dalam 1 periode
6 Kecurigaan adannya infeksi tulang Mastoid
7 Otitis media Kronika persisten dengan drainase berulang karena perforasi membrana timpani.
IX. Tindak lanjut
Pemeriksaan ulang setelah 3 minggu
Latihan modul 5 pokok bahasan
POKOK BAHASAN 4 : PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROKANSUB POKOK BAHASAN : PENATALAKSANAAN EPISTAKSISWAKTU SESI : 1 jam pelajaran @ 45 menit |
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Memberikan kemampuan kepada peserta latih dalam mengenali dan menangani pasien dengan Epistaksis. |
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSSetelah mengikuti sesi ini diharapkan : 1. Peserta dapat menjelaskan tentang pengertian, gambaran klinis epistaksis 2. Peserta dapat melakukan pemeriksaan terhadap Epistaksis 3. Peserta dapat menentukan diagnosis dan diagnosis banding Epitaksis 4. Peserta dapat melakukan penanganan Epitaksis |
PROSES PEMBELAJARANLangkah 1. Persiapan peserta a. Pelatih mempersiapkan suasana pelatihan dan mental peserta dalam mengikuti pelatuhan b. Pelatih menjelaskan tujuan pelatihan Langkah 2. Penyampaian materi pelatihan
Langkah 3. diskusi /tugas individu atau kelompok
|
METODE Ceramah Tanya jawab Diskusi Penugasan/kasus VCD |
ALAT BANTU LATIHOHPWhite board LCD CD |
EVALUASI Evaluasi dilakukan secara tertulis maupun praktek dengan instrumen terlampir |
RUJUKAN Hoole., A. J., Picard G. C., Quimetto M. R., Lohr J. A., Greenberg R. A. (1988). Patient Guidelines for Nurse Practioners. (4 th ed. ), Philadelphia : J. B. Lippincott Company. Ikatan Sarjana Farmasi (2004). ISO Indonesia. Vol. 39. Jakarta. |
EPISTAKSIS
I. Pengertian
Keluarya darah secara mendadak dari lubang hidung
II. Penyebab
1. Rupture spontan pembuluh darah dalam hidung yang sering dijumpai pada anak dan orang tua.
2. Insidennya tinggi pada musim panas
3. Trauma hidung oleh karena tiupan langsung
4. Kerusakan karena udara panas, kerusakan jaringan nostril, kerusakan sehubungan infeksi
5. Jarang karena hipertensi
6. Jarang karena kelainan perdarahan
III. Gambaran Klinis
1. Gejala:
Pada umumnya tanpa gejala kecuali keluarnya/menetesnya darah dari lubang nasoparing posterior yaitu perdarahan diluar.
2. Tanda:
a. Perdarahan dari lubang hidung dan turun bagian belakang nasoparing
b. Adanya daerah perdarahan yang terlokasir
c. Tekanan darah normal
d. Tidak ada perubahan tekanan darah
e. Sering tidak ditemukan kelainan perdarahan atau pembekuan misalnya peticahe.
IV. Pemeriksaan Laboratorium
1. Umum tidak ada
2. Hematokrit jika ada perdarahan banyak
V. Diagnosis Banding
Tidak ada
VI. Pengobatan
1. Perdarahan akut :
a. Tempatkan pasien dalam posisi duduk dengan kepala condong kedepan untuk menjaga darah tidak masuk kedalam nasoparing posterior
b. Dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk menekan kedua sisi hidung selama 15 menit
c. Pada bayi usahakan agar bayi tidak menangis
2. Pencegahan
a. Jangan mengorek hidung
b. Menjaga kebersihan rumah terutama tempat tidur misalnya pot pemanas atau air
c. Menganjurkan untuk memberi rubbing petrolatum diluar septum naso 2 kali sehari
VII. Komplikasi
Anemia bila terjadi banyak perdarahan dan lama
VIII.Konsultasi dan Rujukan
1. Bila terjadi perdarahan yang tidak terkontrol setelah dikompres lebih 15 menit
2. Tanda-tanda / bukti adanya perdarahan lebih dari 1 jam
3. Kejadian berulang sebelum seminggu
4. Perdarahan dari nasoparing posterior
IX. Tindak Lanjut
Bila terjadi kejadian ulang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar