Oleh: Triyo Rachmadi, S.Kep. *)
Sejatinya, semua anak adalah kreatif. Untuk itu, mereka selalu ingin tahu segala sesuatu yang bersifat baru mulai dari apa yang mereka lihat, dengar hingga apa yang mereka rasakan. Hanya saja, kreatifitas setiap anak berbeda. Pembedanya adalah adanya pembatasan dari lingkungan dan rasa antusiasme si kecil yang bervariasi. Di sinilah, orang tua berkewajiban untuk mengetahui, mengenal dan menggali bakat dan minat si kecil sejak dini. Hal ini bukan pekerjaan yang sulit mengingat kemampuan-kemampuan yang menonjol dari si kecil akan terlihat dengan sendirinya secara jelas.
Menjadi kewajiban orang tua untuk memfasilitasi dan mengembangkan kreatifitas si kecil. Sebagaimana diketahui cirri anak kreatif adalah spontan, rasa ingin tahu, lancar berpikir, detail oriented dan orisinalitas ide. Berikut adalah hal-hal yang perlu dipahami orangtua dalam memfasilitasi sekaligus mendorong kemampuan yang dimiliki si kecil sehingga kreatifitas si kecil terus berkembang:
TIDAK MENUNTUT KEINGINAN
Sosok orang tua yang baik bukanlah yang menuntut segala sesuatu sesuai dengan keinginannya. Contoh: menginginkan si kecil menjadi ahli musik sedangkan bakat si kecil lebih suka menggambar yang menjurus kepada seni rupa. Bila orang tua memaksakan keinginannya, hal ini tidak akan berhasil mengingat adanya ketidakcocokan minat.
Sebagai orang tua, harus dapat menerima kelebihan dan kekurangan si kecil. Lebih dari itu, orang tua harus memotivasi sekaligus mensugesti bahwa si kecil mampu melakukan kegiatan yang terkait minatnya.
ANAK ADALAH UNIK
Seringkali orang tua membandingkan si kecil dengan anak lain, seolah-olah selalu saja ada kekurangan si kecil. Padahal, setiap anak adalah unik dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Dari sisi anakpun, sebagai individu sama halnya dengan orang dewasa, tidak suka dibandingkan dengan orang lain. Alhasil, sikap bijak orang tua diperlukan untuk memahami keunikan setiap anak.
KREATIFITAS MULTIDIMENSI
Wujud kreatifitas si kecil bisa saja berbeda-beda. Contoh, setiap pulang dari sekolah, ia mendapatkan hal baru yang ia sukai, maka akan langsung dipamerkan kepada orang tuanya di rumah. Sebaliknya, jika kreatifitas tersebut tidak ia sukai dan tidak ada perhatiannya, dengan dipaksapunakan sulit dikembangkan. Contoh, si kecil mendapatkan cara-cara cepat dalam menyelesaikan pelajaran Matematika. Praktis, ia akan memamerkan hal tersebut kepada orang tuanya. Sebaliknya, ia tidak akan melakukan hal serupa ketika mendapatkan pelajaran seni tari yang tidak ia sukai. Singkatnya, kreatifitas itu multidimensional dan setiap anak dimensi kreatifnya sendiri-sendiri.
MEMBERI CONTOH
Kita harus memberikan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap apa yang tengah dikerjakan oleh anak-anak kita. Misalnya, dengan ikut melakukan aktifitas bersama anak dan memperkenalkan hal bari serta gagasan-gagasan yang berhubungan dengan aktifitas tersebut. Kesempatan tersebut dapat digunakan untuk memberitahu cara yang baik untuk melakukan aktifitas tersebut, resiko serta keuntungannya. Selanjutnya, biarkan si kecil berpikir tentang hobi barunya itu. Yang perlu orang tua lakukan adalah memberika waktu, tempat, kemudahan dan bahan-bahan agar si kecil semakin kreatif.
LAKUKAN DENGAN SANTAI
Acapkali orang tua lebih menyukai melihat langsung hasil jadi dari kreatifitas anak dan melupakan proses belajar mencapai tujuannya. Padahal, dalam proses justru akan terlihat jelas bagaimana mereka memecahkan masalah, berusaha dan menikmati keberhasilan. Untuk itu, sebaiknya orang tua juga memberikan perhatian kepada proses dengan perspektif si kecil, bukan atas dasar cara pandang seorang dewasa. Sering mengajak anak ke tempat yang menimbulkan kreatifitas adalah kegiatan positif. Seperti berkunjung ke Museum Sain dan museum lainnya. Kegiatan bereksperimen juga bisa dilakukan di rumah, seperti membuat baling-baling bamboo, ketapel, tempat pensil dari bahan-bahan bekas pakai.
*) Dosen Politeknik Dharma Patria Kebumen,
Praktisi Keperawatan