“Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. (QS. Mujadalah: 11) (http://triyo-rachmadi.blogspot.com)
Selasa, 01 Desember 2009
BTCLS kerjasama BAKER 118 dengan STIKES Muhammadiyah Gombong
ASUHAN KEPERAWATAN TRANSKULTURAL
ASUHAN KEPERAWATAN TRANSKULTURAL
A. PENGKAJIAN
I. Biodata
a. Pasien
1. Nama : Ny. Y
2. Umur : 28 Tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Status : Kawin
5. Pendidikan : DIV Kebidanan
6. Pekerjaan : Karyawan RS
7. Suku/ Bangsa : Batak, Indonesia
8. Agama : Islam
b. Penanggung Jawab
1. Nama : Bp. KS
2. Umur : 29 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Pendidikan : DIII
5. Pekerjaan : Wiraswasta
6. Suku/ Bangsa : Batak, Indonesia
7. Agama : Islam
8. Hubungan dengan pasien: Suami
II. Sun Rise Model
1. Faktor Tekhnologi
a. Persepsi Sehat Sakit
Bila sakit, pasien selalu berobat ke RS Estika.
Bila sakit, suami dan orang tua selalu menunggu di Rumah Sakit.
Pasien mengharapkan melahirkan bayinya secara normal tetapi dari hasil pemeriksaan Dokter panggul pasien rata sehingga disarankan untuk melahirkan secara Sectio Cesaria.
Dari hasil pemeriksaan USG diprediksi bayinya adalah perempuan.
Selain berobat dengan memanfaatkan tekhnologi di RS, pasien juga memanfaatkan pengobatan alternative leluhur sesuai budaya orang tuanya.
b. Faktor Agama
Pasien beragama Islam dan menikah secara Hukum Islam.
Pasien memandang bahwa penyakit pasti ada penyebabnya dan meyakini bahwa Allah SWT tidak menurunkan penyakit tetapi menurunkan obatnya.
Walaupun dalam keadaan sakit tetapi pasien tetap bersabar dan bersyukur dengan menjalankan sholat 5 waktu di tempat tidur.
c. Faktor Sosial
Nama panggilan pasien di keluarganya adalah T
Tipe keluarga pasien yang dianut adalah Patrilineal yaitu anak laki-laki/ suami sebagai pengambil keputusan.
Keluarganya megharapkan bayinya yang lahir nanti adalah laki-laki.
Hubungan pasien dengan Kepala Keluarga adalah baik dan akrab.
d. Nilai-nilai Budaya dan Gaya Hidup
Posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga adalah staf karyawan swasta.
Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Daerah Batak dan Bahasa Indonesia, sehingga pasien tidak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan anggota keluarga yang lain.
Kebiasaan makan pasien adalah 3x sehari dengan lebih menyukai masakan Batak yang pedas dan manis. Makanan yang dipantang dalam kondisi hamil adalah pedas dan mengurangi makanan manis.
Untuk meningkatkan kesehatannya saat ini, pasien lakukan dengan memilih aktifitas renang, banyak mengkonsumsi buah
Persepsi sakit berkaitan dengan aktifitas pasien sehari-hari adalah aktifitas pasien menjadi terbatas dan tidak diperbolehkan dilakukan secara berlebihan karena kondisi pasien yang hamil.
Kebiasaan membersihkan diri yaitu mandi 2x sehari dengan menggunakan sabun dan shampoo, gosok gigi 2x sehari yaitu pagi hari dan sebelum tidur malam.
Pasien malu dengan perubahan kondisi badannya yaitu adanya hitam-hitam di daerah perut.
e. Faktor Kebijakan dan Peraturan Yang Berlaku
Peraturan waktu berkunjung di Rumah Sakit adalah jam 10.00 dan jam 16.00.
Jumlah anggota keluarga yang diperbolehkan berkunjung maksimal 5 orang dan yang boleh menunggu pasien maksimal 2 orang.
Cara pembayaran pasien yang di rawat inap di Rumah Sakit adalah membayar biaya pendaftaran dan pemeriksaan saat masuk dan sisanya dibayarkan setelah pasien pulang.
Setelah bayinya lahir, keluarganya tidak puas karena tidak langsung menggendong bayinya dan perawat kurang memperhatikan bayinya.
f. Faktor Ekonomi
Sumber biaya pengobatan adalah dari asuransi kesehatan di tempat kerjanya ditambah dengan penghasilan pasien dan suaminya.
Pasien juga mempunyai tabungan tetapi direncanakan untuk membayar dalam keadaan mendesak.
g. Faktor Pendidikan
Sesuai dengan tingkat pendidikan dan profesinya sebagai bidan, pasien sering membantu persalinan di Rumah Sakit. Berdasarkan pengalamannya sebagai bidan pada kehamilannya ini bila pasien merasa ada his dan nyeri dilakukan dengan menarik napas dalam.
Pasien malu dengan perubahan kondisi badannya yaitu adanya hitam-hitam di daerah perut.
Pasien merasa kecewa karena tidak bisa langsung menyusui bayinya karena ASI-nya belum keluar.
Pasien cemas dan takut dengan operasi Caesar.
III. Pengkajian Transkultural
1. Pasien dalam kondisi hamil sehingga pasien sangat mengharapkan bayi yang dikandungnya dapat dilahirkan dengan sehat. Menurut agama pasien yaitu Islam bahwa bayi yang dikandung pasien adalah amanah dari Allah SWT.
2. Pasien mengetahui bahwa dirinya dalam keadaan hamil dan akan segera melahirkan.
3. Untuk meningkatkan kesehatannya saat ini, pasien lakukan dengan memilih aktifitas renang, banyak mengkonsumsi buah dan memeriksakan kehamilannya secara rutin ke Dokter Kandungan.
4. Pasien lebih mempercayai tenaga kesehatan dalam merawatnya selama berada di Rumah Sakit.
5. Pasien lebih mempercayai ulama/ Kyai dalam memberikan motifasi spiritualnya dan membantu mendoakan selama proses persalinannya.
6. Tipe praktek pengobatan pasien adalah dengan menggunakan tekhnologi dan obat disamping penggobatan alternative dari leluhurnya.
7. Pasien merasa kecewa karena tidak bisa langsung menyusui bayinya karena ASI-nya belum keluar.
8. Pasien cemas dan takut dengan operasi Caesar.
9. Setelah melahirkan nanti, pasien mengharapkan perawat dan bidan memperhatikan dirinya dan bayinya.
10. Pasien malu dengan perubahan kondisi badannya yaitu adanya warna hitam di perutnya.
11. Keluarga pasien megharapkan bayinya lahir laki-laki karena bila anaknya laki-laki nantinya akan menjadi ahli waris keluarga,mengingat suaminya adalah anak tunggal.
12. Setelah bayinya lahir, keluarganya tidak puas karena tidak langsung menggendong bayinya dan perawat kurang memperhatikan bayinya.
IV. Diagnosa Keperawatan
1. Cemas berhubungan dengan akan dilakukan tindakan operasi Caesar dtandai dengan hasil pemeriksaan panggulnya rata, ketidakmampuan mengedan.
2. Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang ASI ditandai dengan pasien kecewa karena ASI-nya belum bias keluar.
3. Gangguan body image, malu berhubungan dengan perubahan kondisi badan di saat hamil ditandai dengan adanya warna hitam di perut.
4. Takut berhubungan dengan keyakinan budaya keluarga ditandai dengan harapan keluarga bayi yang dilahirkan adalah laki-laki.
5. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan informasi peraturan Rumah Sakit ditandai dengan ketidakpuasan keluarga karena tidak langsung menggendong bayinya.
V. Perencanaan
1. Diagnosa Keperawatan I
a. Berikan informasi kepada pasien tentang tindakan operasi SC
b. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan kecemasannya.
c. Dengarkan keluhan pasien.
d. Bersikap tenangdan tidak terburu-buru saat berinteraksi dengan pasien.
e. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pasien.
f. Libatkan keluarga dalam proses perencanaan perawatan.
2. Diagnosa keperawatan 2
a. Berikan informasi kepada pasien tentang pemberian ASI
b. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan kecemasannya.
c. Dengarkan keluhan pasien.
d. Bersikap tenangdan tidak terburu-buru saat berinteraksi dengan pasien.
e. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pasien.
f. Libatkan keluarga dalam proses perencanaan perawatan.
3. Diagnose Keperawatan 3
a. Berikan informasi kepada pasien tentang perubahan fisik selama hamil
b. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan malunya.
c. Dengarkan keluhan pasien.
d. Bersikap tenangdan tidak terburu-buru saat berinteraksi dengan pasien.
e. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pasien.
f. Libatkan keluarga dalam proses perencanaan perawatan.
4. Diagnose Keperawatan 4
a. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan ketakutannya.
b. Dengarkan keluhan pasien.
c. Bersikap tenangdan tidak terburu-buru saat berinteraksi dengan pasien.
d. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pasien.
e. Mendiskusikan perbedaan budaya antara keluarga pasien dengan perawat.
5. Diagnose Keperawatan 5.
a. Berikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang peraturan dan kebijakan di Rumah Sakit.
b. Berikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang system pelayanan kesehatan.
c. Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan kekecewaannya.
d. Dengarkan keluhan pasien dan keluarga.
e. Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinteraksi dengan pasien dan keluarga.
f. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pasien dan keluarga.
g. Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi kesepakatan berdasarkan pengetahuan pasien dan keluarga dengan standar etik.
h. Berikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang peraturan dan kebijakan di Rumah Sakit
VI. Evaluasi
1. Pasien tidak cemas
2. Pasien berkurang rasa cemasnya
3. Pasien tidak malu lagi
4. Pasien tidak takut lagi
5. Keluarga pasien memahami penjelasan perawat.