Oleh: Triyo Rachmadi,S.Kep.
Definisi :
Masuknya suatu zat kedalam tubuh kita yang dapat menggangggu kesehatan bahkan dapat menimbulakan kematian. Pada hakekatnya semua zat dapat berlaku sebagai racun tergantung pada dosis dan cara pemberiannya. Karena gejala yang timbulkan sangat bervariasi, kita harus mengenal gejala yang ditimbulkan oleh setiap agens agar dapat bertindak dengan cepat dan tepat pada setiap kasus dengan dugaan keracunan.
Seseorang dicurigai menderita keracunan bila :
1. Seorang yang sehat mendadak sakit
2. Gejalanya tak sesuai dengan suatu keadaan patologik tertentu
3. Gejala menjadi cepat karena dosis yang besar
4. Anamnestik menunjukkan ke arah keracunan, terutama pada kasus bunuh diri/ kecelakaan.
5. Keracunan khonik dicurigai bila digunakan obat dalam waktu lama atau lingkungan pekerjaann yang berhubungan dengan zat-zat kimia
Juga memperhatikan benda-benda sekitar penderita dan simpan semua zat yang ada disitu, hal ini terutama pada kecurigaan pembunuhan/ bunuh diri.
Zat yang dapat menimbulkan keracunan dapat berbentuk :
1. Padat misalnya : obat-obatan, makanan
2. Gas misalnya : CO
3. Cair misalnya : Alkohol, bensin, minyak tanah, zat kimia
Seseorang dapat mengalami keracunan dengan cara :
Ø Tertelen melalui mulut, misalnya keracunan makanan, minuman, dll
Ø Terhisap melalui hidung, misalnya keracunan gas CO
Ø Terserap melalui kulit/ mata, misalnya keracunan zat kimia
Pada dasarnya sifat racun dapat dibagi menjadi :
Ø Korosif misalnya asam/basa kuat (asam klorida, asam sulfat, natrium hidroksida)
Ø Non korosif misalnya makanan, obat-obatan
Ø Kerosen misalnya bensin, minyak tanah
KERACUNAN ZAT-ZAT KIMIA DAN OBAT-OBATAN
1. ALKOHOL
Etil alkohol (wiski berkadar 40%), alkohol pekat (95% dan 75%), metil alkohol (spiritus)
Gejala :
Ø Kekacauan mental
Ø Pupil mata dilatasi
Ø Sering muntah-muntah
Ø Bau alkohol
Tindakan pertolongan :
Ø Upayakan muntah bila pasien sadar
Ø Pertahankan agar pernafasan baik
Ø Bila sadar, beri minum kopi hitam
Ø Pernafasan buatan bila perlu
2. ACETOSAL
Aspirin, Naspro
Gejala :
Ø Nafas dan nadi cepat
Ø Gelisah
Ø Nyeri perut
Ø Muntah (sering bercampur darah)
Ø Sakit kepala
Tindakan pertolongan
Ø Upayakan pertolongan
Ø Bila sadar beri minum air atau susu
Ø Berikan vitamin K bila ada perdarahan
3. LUMINAL
Liminal dan obat tidur sejenisnya
Gejala :
Ø Refleksi berkurang
Ø Depresi pernafasan
Ø Pupil kecil à akhirnya dilatasi
Ø Shock à bisa koma
Tindakan pertolongan
Ø Bila penderita sadar, berikan minum air hangat atau norit serta upayakan agar penderita muntah
Ø Bila penderita tak sadar, bersihkan saluran pernafasan
4. ARSEN
Racun Tikus (warangan)
Gejala :
Ø Perut dan tenggorokan rasa terbakar
Ø Muntah, mulut kering
Ø Buang air besar seperti air cucian beras
Ø Nafas dan kotoran berbau bawang
Ø Kejang à shock
Tindakan pertolongan
Ø Usahakan agar dimuntahkan
Ø Beri minuman air hangat atau larutan norit
Ø Segera kirim ke rumah sakit
5. SENYAWA HIDROKARBON
Bensin, minyak tanah
Gejala :
Inhalasi :
Ø Nyeri kepala
Ø Mual
Ø Lemah
Ø Sesak nafas
Ditelan :
Ø Muntah
Ø Diare
Ø Sangat berbahaya bila terjadi aspirasi
Tindakan pertolongan
Ø Jangan lakukan muntah buatan
Ø Beri minum air hangat atau larutan norit
6. KARBON MONOKSIDA (CO)
Sifat : tidak berbau dan tidak berwarna
Sumber gas CO dapat berasal dari inhalasi gas domestik dan gas pembuangan mesin.
Cara kerja CO di dalam tubuh yaitu bergabung dengan hemoglobin dalam darah akibatnya hemoglobin tidak dapat mengikat O2.
Gejala :
Ø Bibir dan kulit berwarna merah jambu
Ø Sakit kepala dan pusing
Ø Korban bingung à sesak nafas
Ø Shock
Tindakan pertolongan
Ø Upayakan mendapat udara segar
Ø Usahakan mendapatkan oksigen murni
Ø Bantu pernafasan sampai nafas adekuat
KERACUNAN MAKANAN
1. KERACUNAN BOTULINUM
Clostridium botulinum adalah kuman yang hidup secara anaerob, yaitu ditempat-tempat yang tidak ada udaranya.
Karena cara hidupnya demikian, kuman tersebut banyak terdapat pada makanan dalam kaleng yang diolah secara tidak sempurna.
Gejala :
Ø Masa laten 18-36 jam
Ø Lemah
Ø Gangguan penglihatan
Ø Refleks penglihatan
Ø Refleks pupil (-)
Tidak ada gangguan pencernaan dan kesadaran
Tindakan pertolongan
Ø Netralisasi dengan cairan
Ø Upayakan muntah
2. KERACUNAN MAKANAN LAUT
Beberapa jenis makanan laut seperti kepiting, rajungan dan ikan laut lainnya dapat menyebabkan keracunan.
Gejala :
Ø Masa laten ⅓ - 4 jam
Ø Rasa panas disekitar mulut
Ø Rasa baal pada ekstremitas
Ø Lemah
Ø Mual, muntah
Ø Nyeri perut dan diare
Tindakan pertolongan
Ø Netralisasi dengan cairan
Ø Upayakan muntah
3. KERACUNAN JENGKOL
Keracunan jengkol terjadi karena terbentuknya kristal asam jengkol dalam saluran kencing. Ada beberapa hal yang diduga mempengaruhi timbulnya keracunan, yaitu : jumlah yang dimakan, cara penghidangan dan makanan penyerta lainnya.
Gejala :
Ø Nafas, mulut dan air kemih penderita berbau jengkol
Ø Sakit pinggang yang disertai sakit perut
Ø Nyeri waktu buang air kecil
Ø Buang air kecil kadang disertai darah
Tindakan pertolongan
Ø Minum air putih yang banyak
Ø Obat penghilang rasa sakit dapat diberikan untuk menghilangkan rasa sakitnya,
4. KERACUNAN JAMUR
Gejala muncul dalam jarak beberapa menit sampai 2 jam
Gejala :
Ø Sakit perut
Ø Muntah
Ø Diare
Ø Berkeringat banyak
Tindakan pertolongan
Ø Netralisasi dengan cairan
Ø Upayakan pasien muntah
5. MAKANAN
Penyebab adalah Staphilococcus
Seringkali menyebabkan keracunan, dengan masa laten 2-8 jam
Gejala :
Ø Mual, muntah
Ø Diare
Ø Nyeri perut
Ø Nyeri kepala, demam
Ø Dehhidrasi
Ø Dapat menyerupai disentri
Tindakan pertolongan
Ø Muntah buatan
Ø Beri minuman yang banyak atau larutan norit
Ø Obati seperti kasus gastroenteritis
PRINSIP PENATALAKSANAAN
1. Mencegah menghentikan penyerapan racun
a. Bila racun ditelan
Ø Encerkan racun yang ada dalam lambung, sekaligus menghalangi penyerapannya dengan cara memberikan cairan dalam jumlah banyak. Cairan yang dipakai adalah air biasa, susu, norit yang telah dilakukan.
Ø Emesis upayakan pasien muntah, efektif bila dilakukan dalam 4 jam setalah racun ditelan.
Dapat dilakukan dengan cara mekanik yaitu dengan amerangsang dinding faring dengan jari.
Emesis tidak boleh dilakukan pada : keracunan zat korosif, keracunan zat kerosen serta pada penderita tak sadar.
b. Bila racun melalui kulit/mata
Ø Pakaian yang terkontaminasi dilepas
Ø Cuci/ bilas bagian yang terkena dengan air
Ø Perhatikan jangan sampai penolong ikut terkena
c. Bila racun melalui inhalasi
Ø Pindahkan penderita ke tempat yang aman
Ø Beri oksigen
Ø Jangan lakukan pernafasan dari mulut ke mulut
2. Pengobatan simptomatik
Ø Bila ada gangguan pernafasan à
Ø Rasa Nyeri/ sakit dapat diberikan obat penghilang rasa sakit
Ø Pengobatan spesifik dengan antidotum
Ø Mengevaluasi racun yang tidak diserap
MATERI PENATALAKSANAAN
GIGITAN BINATATANG
Kehidupan manusia tidak terlepas dengan lingkungan, diantaranya dengan hewan. Selain segi yang menguntungkan jelas terdapat segi yangmerugikan. Segi negatif inilah yang kita kemukakan. Tidak saja berupa gigitan tetapi terdapat pula yang lainnya, sesuai dengan jenis binatang. Beberapa cara yang diterima manusia dari hewan :
1. Gigitan : anjing, ular, ikan
2. Sengatan : semut, tawon, kalajengking
3. Kontak pasif : ulat bulu
4. Semprotan : serangga
Yang terbanyak kasus ditanggulangi adalah : gigitan anjing. Kera kusing yang dicurigai rabies, sikap kita terbagi dua : satu menghadapi penderita, kedua menghadapi penderita.
A. Binatang
> Harus mengetahui daerah tempat tinggal saudara sendiri.
o ENDEMIK RABIES/TIDAK
> Keadaan binatang saat menggigit :
· Sedang beranak
· Dalam keadaan terangsang
· Vaksinasi yang masih berlaku
B. Manusia
> Jenis Luka
> Banyak luka dan dekat/tidak ada CNS
> Vaksinasi yang diterima
Penanggulangan sebagai berikut :
Pemberian vaksin dan serum anti rabies,
Pemberian ATS/Toksoid
Analgetik/antibiotik
Pemberian Profilaksis terhadap Rabies.
Spesies Hewan | Keaadaan Hewan pada saat Menyerang | Pemberian Immunisasi |
Anjing dan kucing |
o Sehat, riwayat immunisasi (+) o Sehat, provokasi (+) o Sehat, tanpa provokasi, hewan harus diobservasi selama 10 hari o Rabies atau diduga menderita rabies
o Luar (tidak tertangkap)
|
Tidak perlu Tidak perlu Tidak perlu, kecuali selama observasi terlihat gejala rabies. Serum anti rabies vaksin anti rabies Konsultasi ke instansi depkes setempat, bila indikasi berikan SAR+VAR
|
Kelelawar, srigala, atau golongan carnivora lainnya | o Dianggap menderita rabies, kecuali terbukti negatif, pada pemeriksaan laboratorium
| Serum anti rabies vaksin anti rabies |
Hewan ternak | o Umumnya tidak pernah terjangkit rabies, kecuali padasaat terjadi endemik
| Konsultasi ke instansi Depkes untuk mengetahui status rabies pada kawasan tersebut.
|
PEDOMAN PEMBERIAN VAR dan SAR
(2)
| |||||||||
|
| |||||
(2)
| ||||||||||||||||||||||
| ||||||||||||||||||||||
|
| |||||||||||||||||||||
|
|
Keterangan
1. “Debridment”luka
Sesuai dengan cara mengatasi luka, membuang jaringan nekrosis dan yang akan nekrosis. Cuci dengan benzalkonium cholorida atau air detergen/sabun. H2021. Jangan dijahit
2. Luka parah/berbahaya :
Luka multiple, sentral (kepala, leher, jari tangan, mukosa, genitalia)
3. Luka ringan
Cakaran, perifer
4. Jenis vaksin dan serum.
1. Serum Anti Rabies (Immunisasi Pasif)
· Rabies immun Globuline (human) dengan nama dagang HYPERAB /IMUGAM Dosis : 20 IU/Kg BB. 1 AMPUL isi 300. IU
Cara pemberian : seperduanya diberikan secara infiltrasi pada daerah luka selebihnya intrasmuskuler dipinggul. Bila anatomis tidak memungkinkan, seluruhnya diberikan secara intrasmuskuler
· Serum Kuda (S.A.R) Biofarma
Diberikan bila Hyperab tidak tersedia dalam waktu 24 jam setelah kontak. Dosis : 0,5 cc/kg BB
Hati hati bila terjadi syok anafilaktik
2. Vaksin Anti Rabies (Immunisasi Aktif)
a) Human diploid cell Vaccine (HDCV)
Diberikan dalam 5 dosis secara intramuskuler, yang diberikan pada hari ke. 0,3,7,14 dan 28
b) Duck Embryo Virus Vaccine (DEV)
Diberikan bila HDVC tidak tersedia
· Diberikan dalam 21 dosis secara subkutan didaerah perut, paha, bokong secara bergiliran
· Pemberian :
1 dosis/hari selama 21 hari, atau
2 dosis/hari selama 7 hari, baik sebagai injeksi terpisah atau dosis ganda, dilanjutkan 1 dosis/hari pada 7 hari berikutnya.
· Boster diberikan pada hari ke 10 dan 20 kemudian
c) SMB (Suckling Mice Brain Vaccin)
· Dibuat dari otak bayi tikus
· Pemberian seperti ad b
d) Veroccel : (Tissue Culture Ginjal Monyet)
Dosis 0,5 cc hari : 0,3,7,14,30
Khusus pasien yang telah memperoleh immunisasi aktif sebelumnya, cukup diberikan :
· HDCV 2 dosis yang diberikan hari ke.0 dan 3 atau
· DEV 5 dosis, yang diberikan 5 hari berturut-turut yang diikuti booster 20 hari kemudian
· Bila seseorang penderita telah divaksinasi dengan vaksin anti rabies (sebanyak 14 kali suntikan @ 2 cc, sekitar pusat), dan dalam waktu 3 bulan setelah vaksinasi. Digigit lagi oleh anjing kucing dan kera ataupun hewan lain yang positif rabies, maka pasien atdi tak perlu divaksinasi.
· Bila seorang penderita yang telah divaksinasi dengan vaksin anti rabies (sebanyak 14 kali @ 2 cc subkutan sekitar pusar), dan dalam waktu tiga sampai dengan enam bulan setelah vaksinasi digigit lagi oleh anjing, kucing kera serta hewan lain yang positif rabies, maka pasien perlu diberi dua kali suntikan rabies @ 2 cc subkutan sekitar pusar, dengan jarak satu minggu antara suntikan pertama dengan kedua.
· Bila lebih dari enam bulan setelah vaksinasi anti rabies seorang digigit lagi oleh anjing, kucing, kera ataupun hewan lain yang positif rabies, maka pasien tadi dianggap sebagai penderita baru (harus mendapat 14 kali suntikan vaksin anti rabies @ 2 cc subkutan di sekitar pusar)
IMMUNISASI SEBELUMNYA | LUKA BERSIH | LUKA KOTOR | ||
TOKSOID | A.T.S | TOKSOID | A.T.S | |
Tidak ada / tidak pastiSatu kali DTP/DT Dua kali DTP/DT Tiga kali/DTP/DT Atau lebih |
Ya * Ya * Ya * Tidak //
|
Ya * Ya * Ya * Tidak //
|
Ya * Ya * Ya * Tidak //
|
Ya * Ya * Ya * Tidak //
|
Keterangan : * Seri immunisasi harus sampai lengkap
* Kecuali boster terakhir sudah 10 tahun yang lalu/lebih
* Kecuali boster terakhir sudah 5 tahun yang lalu/lebih
hati-hati terhadap gejala-gejala neurologi akobat pemberian vaksin dengan masa kerja inkubasi rata-rata 2 minggu.
Implikasi dibagi atas :
Syarat : * mononeuritas misal : parese N VII, N VI dan lain-lain
* poliretikuloneuritis (type Landry/Guillian Barre)
Susunan syaraf pusat : * mielopati
* ensefalopi
* ensefalornyelopati
Gejala klinik :
¨ Sakit kepala mendadak, muntah
¨ Panas
¨ Perubahan kepribadian/mental
¨ Kesadaran menurun sampai koma
¨ Reflek patologis positif
¨ Kadang-kadang parese, paralyse, paraestesi, kaku kuduk, ataksia
“retention urinae”
Pengobatan :
¨ Simptomatis
¨ Carticosteroid : - I.M
- I.V
- Intrakekal
Patukan ular
Patofisiologi :
Bisa ular mengandung toksin dan enzym yang berasal dari air liur, sifat bisa tersebut :
1. Neurotoksin yang berakibat pada syaraf parifer atau sentral. Berakibat fatal karena paralse otot-otot lurik/fals
2. Haemotoksin : berakibat haemolytik dengan zat antara, fosfolipase dan enzym lainnya atau menyebabkan koagulasi dengan mengaktifkan protrombin. Perdarahan itu sendiri sebagai akibat lysisnya sel darah merah karena toksin
3. Mytoksin : Menyebabkan rhabdomyolysis yangs ering berhubungan dengan haemotoksin, myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot
4. Kardiotoksin : merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan jantung
5. Cytotoksin : dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya yang berakibat terganggunya kardiovaskuler
6. Cytolytik : Zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada tempat patukan
7. Enzym-enzym : termasuk, hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bisa.
Anti bisa yang kita miliki jenis polyvalent untuk beberapa ular tertentu :
Cobra
Ancistrodon – ular tanh
|
Bungarus condidus
Cobra termasuk jenis neuroktoksik yang hebat sedang Ancistrodon Haemolysis yang hebat. Untuk yang lainnya merupakan jenis campuran. Yang khusus adalah ular laut, jenis ini terbanyak bersifat neurotoksin.
Manifestasi klinik :
> Lokal sakit bukan gambaran umum
> Tanda-tanda bekas taring, laserasi
> Bengkak dan kemerah kadang-kadang bulae/vasikuler
> Sakit kepala, enek muntah
> Rasa sakit pada otot-otot, dinding perut
> Demam, keringat dingin
Derajat keracunan bisa ular menurut PARRISH :
0 | : | ¤ Tidak terdapat keracunan ¤ Nyeri lokal minimal |
1 | : | ¤ Keracunan minimal ¤ Nyeri lokal hebat ¤ Gejala sistemik tidak ada |
2 | : | ¤ Keracunan sedang ¤ Gejala sistemik ada, mual, neurotik, parestesia ¤ Pembesaran kelenjar getah bening pegional |
3 | : | ¤ Keracunan berat ¤ Gejala sistemik; Hypertensi, -ptekiae, ekimosis, syok |
4 | : | ¤ Keracunan sangat berat, gagal ginjal, koma ¤ Nyeri lokal minimal |
Untuk neurotoksik :
· Keluhan otot pernafasan
· Kardiovaskuler terganggu
· Kesadaran menurun sampai koma
Bisa haemolytk :
o Luka bekas patukan yang terus berdarah
o Haematoma pada tiap suntikan I.M
o Haematuria
o Haemoptysis/haematemesis
o Kegagalan ginjal (A.T.N)
Pengelolaan.
Prinsip-prinsip :
1. Menghalangi penyerapan dan penyebaran bisa
2. Menetralkan bisa
3. Mengobati komplikasi
Pertolongan yang diberikan :
1. Tourquet dengan pita lebar untuk mencegah aliran getah bening. Pita dilepaskan bila anti bisa telah diberikan
2. Imobilisasi penderita terutama yang terkena patuk
3. Transportasi secepatnya ketempat diberikannya anti bisa dan tempat dimana resusitasi bisa dikerjakan
4. Kecuali jenis ular, usahakan ular mati dibawa bersama penderita.
Tidak dianjurkan memasang tourniqut untuk arteriel dan insisi luka.
Pertolongan selanjutnya :
> Penting menentukan diagnose patukan ular berbisa
> Bila ragu observasi 24 jam. Kalau gejala keracunan bisa nyata perlu pemberian anti bisa
> Pasang infus, berikan A.B.U. I.V tetesan cepat (20 cc A.B.U kedalam larutan NaCL/Dextrose 5 %)
> Derajat 0 – 1 (Parrish)
> S.A.B.U tak perlu
Derajat 2
- 5 – 20 cc
Derajat 3 – 4
- 40 – 100 cc
- Bila tanda-tanda laringopasme, bronchospasme, urtikaria
Hipotensi -------------- adrenalin 0,5 mg I.M
-------------- hydrokortisone 100 mg I.V
Anti bisa diulang pemberiannya bila gejala gejala tak menghilang/berkurang. Jangan terlambat, bila terlambat manfaatnya berkurang.
Supportif :
a. Awasi kardiovaskuler, pernafasan dan status neurologicus dengan ketat. Apabila terjadi penurunan, anti bisa diberikan lagi atau sesuai dengan simptom
b. Laboratorium :
Darah :
> Hb, Ht
> Faktor pembekuan
> elektrolit
Urine : Volume dari :
· haemoglobin
· myoglobin
c. O2 diberikan, bila perlu intubasi
d. Cairan untuk koreksi dehydrasi/hypovolemi. Plasma expander, digitalis kalau perlu
e. Diuretika untuk mempertahankan diurese; kalau perlu dialyse
f. Heparin apabila ada D.I.C
g. Antibiotik dan ATS/Toksoid
Serangga.
> Karbon oleh serangga biasanya ringan dan tak banyak bahayanya
> Dasar timbulnya reaksi dari penderita adalah suatu reaksi alergi. Reaksi ini bermacam-macam dan itu sendiri bersifat allergen kematian disebabkan reaksi anafilaksis dan timbulnya ini biasanya akibat sengatan.
Manifestasi klinik :
Dari bentuk urtikaria eksterna sampai reaksi alergi khronik yang muncul hebat dengan reaksi anafilaksis dan didahului oleh reaksi setempat berupa kemerahan, bengkak, rasa terbakar kemudian enek, muntah dan kesadaran menurun.
Serangga yang menyengat :
Semut, tawon, laba-laba, kalajengking, letak sengat di segmen terakhir dari bagian perut dengan bagian-bagiannya sebagai berikut :
Sifat bisanya :
¤ Warna jernih seperti air
¤ BD : 1.1313
¤ Larutan dalam air dan asam
¤ Tak dapat larut dalam alkohol
¤ Rasa tajam
¤ Neurotoksit, hemorrhagik dan hemolytik
¤ Mengandung unsur-unsur hiphoridae, fostolipase A dan Histamin.
Reaksi hebat yang terjadi bukan karena bisanya, tetapi reaksi sensitivitet terhadap protein asing :
Therapi yang dianjurkan :
1. Berantas anafilaksis ----- epinerfrin I.M/S.C
2. Lanjutnkan dengan sympathomimetic
3. Infus
4. Antihistamin dan kortikosteroid
5. Selanjutnya imunisasi dengan antigen (desensitisasi)
Sengatan tawon.
Pada orang yang tak sensitive hanya mengeluh sakit setempat, bengkak, kemerahan
Berat reaksi :
1. Reaksi ringan – urtikaria, malaise, gelisah ± 24 menit
2. Reaksi sedang – edema anasarca, sesak nafas, wheesing, nyeri perut,enek, muntah
3. Reaksi berat – reaksi sedang diikuti sesak hebat, dysfagi, suara serak, pelo, tak sadar
4. Reaksi syok – salah satu diatas diikuti dengan sianosis, tensi menurun, tak sadar
Pertolongan pertama :
· Kompres es
· Berikan krem yang mengandung soda
Gigitan :
Kutu busuk, lalat, nyamuk
Reaksi berupa kemerahan, ederma, rasa gatal. Pada reaksi-reaksi hebat berupa edema yang menyeluruh. Tidak disebabkan bisa, tetapi saliva yang mengandung hyaluronidase dan histamin
Therapy :
> Antihistamin
> Analgesi
> Krem antihistamin
Gesekan/sentuhan :
> Ulat-ulat
> Bulunya bersifat allergen sekaligus terdapat bisa
> Kadang-kadang disebarkan tertiup angin
Manifestasi klinik :
Berupa gatal dan kemerahan. Yanga berat berupa syok sebagai reaski histamin
Pengobatan :
Antihistamin lokal dan parenteral
Binatang-binatang laut.
Ubur-ubur dan jelatang :
Dengan tentakel yang ditembakkan biasanya hanya menyebakan gatal dan edema lokal, hiperemis. Reaksi anafilaksis terjadi bila jumlah serangga banyak, oksilasi tekanan darah, kegagalan pernafasan dan kardiovaskuler.
Pengobatan :
> Resusitasi
> “torniquet” arteriel
> Lokal dengan : pasir panas, alkohol
> Obat-obat : narkotika, anestesi lokal, kortison krem
Prognosis :
Baik bila masa 10 menit dilewati setelah keracunan
Gurita (Octopus) :
Bisa dari saluran ludah yang mengandung hyaluronidase, dengan neurotoksin yang bersifat blokade pada neuromuskuler. Zat ini sesuai dengan anticholinterase.
Gambaran klinis :
· Bekas gigitan tidak sakit, hanya bengkak dengan cairan serohemorrhagis
· Beberapa menit kemudian muncul gejala keracunan, dengan bentuk paralayse otot-otot, termasuk oot pernafasan, kadang kadang diikuti enek, muntah, hipotensi dan bradykardi. Gejala ini biasanya berakhir setelah beberapa jam.
Pertolongan :
§ Luka gigitan dicuci, sebelumnya dipasang “tourniquet” anteriel
§ Jalan nafas dipertahankan kalu perlu resisotasi
§ Symptomatis
Ikan beracun :
Tusukan dari salah satu sirip bila ereksi yang memang mengandung bisa. Bisa ini bersifat hyaluronidase yang menyebabkan jaringan nekrosis vasokontriksi dan myotoksin.
Gambaran klinik :
Rasa sakit yang hebat pada saat tertusuk. Sering menyebabkan pingsan. Penderita meninggal karena pingsan kemudian tenggelam
Reaksi radang tampak pada bekas sengatan di anggota badan yang diserang, lemas dan didaerah regional terasa sakit.
Systemis berupa kegagalan kardiovaskuler akibat depresi myokardial dan hilangnya tonus pembuluh darah. Paralyse umum yang kadang-kadang diikuti koma
Apabila masa akut dilewati, penyembuhan lamban berupa luka yang lama sembuh akibat keadaan umum yang jelek.
Pertolongannya :
Pasang “tourniques” arteriel
Suntik anestesi lokal untuk mengurangi sakit
Daerah luka dihangati dan rendam dengan air hangat kuku/larutan PK (Kalium Permanganas)
Obat-obatan : narkotik, ATS, Toksoid, Antibiotik
“Debridement” luka.
Tugas Individu. Identifikasi kasus- kasus keracunan gigitan binatang yang ada ditempat tugas saudara yang sering terjadi ditempat saudara bekerja sesuai dengan format yang tersedia. |
Format identifikasi gigitanan binatang.
Nomor | Jenis binatang yang sering mengigit di tempat saudara tugas, | Penatalaksanaan yang harus di lakukan | Tindak lanjut yang harus dilakukan |
|
|
|
|
1 komentar:
wah posting yang bagus gan
keep bloging
Posting Komentar