PENATALAKSANAAN PENYAKIT MATA
Oleh: Triyo Rachmadi, S.Kep.
POKOK BAHASAN 3 : PENYAKIT MATASUB POKOK BAHASAN : PENATALAKSANAAN KONJUNGTIVITISWAKTU SESI : 1 jam pelajaran @ 45 menit |
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Memberikan kemampuan kepada peserta latih dalam mengenali dan menangani pasien dengan Konjungtivitis. |
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSSetelah mengikuti sesi ini diharapkan :
|
PROSES PEMBELAJARANLangkah 1. Persiapan peserta
Langkah 2. Penyampaian materi pelatihan
Langkah 3. diskusi /tugas individu atau kelompok
|
METODE Ceramah Tanya jawab Diskusi Penugasan/kasus VCD |
ALAT BANTU LATIHOHPWhite board LCD CD |
EVALUASI
Evaluasi dilakukan secara tertulis maupun praktek dengan instrumen terlampir |
RUJUKAN
Hoole., A. J., Picard G. C., Quimetto M. R., Lohr J. A., Greenberg R. A. (1988). Patient Guidelines for Nurse Practioners. (4 th ed. ), Philadelphia : J. B. Lippincott Company. Ikatan Sarjana Farmasi (2004). ISO Indonesia. Vol. 39. Jakarta. |
KONJUNGTIVITIS
I. Pengertian
Konjungtivitis adalah peradangan sekitar bola mata dan atau keduanya.
II. Penyebab
A. Bakterial.
1. Streptococcus, streptococcus aureus dan hemophillus dan bakteri lain.
2. Gonococcus : terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan.
Apabila infeksi terjadi sebelum kelahiran akan tampak pada 3 – 5 hari setelah lahir.
B. V i r u s
1. Adenovirus
2. Berhubungan dengan infeksi saluran nafas atas.
3. Konjungtivitis yang epidemik berhubungan dengan epidemik gangguan rongga mulut, demam tinggi dan pembesaran kelenjar (adenitis preaurikuler dan submandibuler) terutama oleh Adeno virus.
4. Blenore pada bayi baru lahir atau kontaminasi setelah berenang.
5. Vaccinia, Virus herpes simpleks.
C . Infeksi Chlamedia
1. Infeksi Chlamedya tracomatosis
D. Reaksi alergi
E. Trauma (foreign body)
F. Iritasi kimiawi
G. Oleh karena Infeksi sistemik , misalnya oleh pada campak
III. Gambaran Klinis
A. Gejala
1. Iritasi ringan
2. Poto pobia ringan
3. Laerimasi excessif (banyak)
4. Pandangan normal
B. Tanda
1. Konjungtiva merah
2. Discharge :
a. Purulen pada infeksi bakteri
b. Mukopurulen pada infeksi virus dengan infeksi sekunder bakteri
c. Mukoid dan kental atau berair pada alergi
3. Kadang-kadang edemas atau pembengkakan pada konjungtiva
4. Kornea jernih.
5. Pupil normal baik ukuran maupun reflek terhadap cahaya.
6. Pembesaran kelenjar prearikuler pada infeksi virus
IV. Pemeriksaan Laboratorium
Kultur dari eksodat untuk GO atau chlamedia pada awal bulan pertama kehidupan.
V. Diagnosis Banding
1. Sumbatan saluran lakrimasi (ductus lacrimalis)
2. Radang iris akut
3. Glaucoma akut
4. Bleparitis (radang kelopak mata)
VI. Pengobatan
A Lakukan konsultasi pada kasus spesifik mosalnya bila ada dugaan ada
glokoma
B. Konjungtivitis alergika jika akut dan ringan, respon dengan menggunakan chlopheniramin maleat sebagaimana pada rhinitis alergika.
C. Konjungtivitis yang berhubungan dengan infeksi saluran nafas pada umumnya sembuh sendiri tanpa pengobatan.
D. Konjungtivitis purulen atau muko purulen :
1. Kompres dingin untuk mengurangi rasa tidak nyaman
2. Antimikroba tetes mata.
Pemberian dilanjutkan 1 – 2 hari setelah gejala membaik.
E. O b a t
a. Sodium sulfacetamide 10% solution.misalnya Albucid atau Dansemid)
Dosis : 1 – 2 tetes 4 x sehari
b. Polimixin B – bacitracin misalnya Cendomycin zalf mata, conjuncto tetes mata, polifricin tetes mata)
1-2 tetes 4 kali sehari
VII. Komplikasi
1. Keratitis dan scar akibat gonococcus dan herpes simpleks.
2. Pneumonia oleh karena chlamedia trachomatis pada bayi kurang 1 bulan
3. Local alergik oleh karena pemberian tetes mata mengandung neomycin
VIII. Konsultasi dan Rujukan
A. Bila ditemukan ureitis dan glaucoma
B. Kasus-kasus yang menyertai :
1. Gonococcus
2. Herpes simpleks atau herpes zoster
3. Iritasi kimia
4. Kemasukan benda asing
C. Bayi dibawah usia 1 bulan.
D. Tidak ada perbaikan dalam 48 jam.
IX. Tindak Lanjut
Kontrol ulang bila dalam 2 hari (48 jam) tidak ada perbaikan.
POKOK BAHASAN 3 : PENYAKIT MATASUB POKOK BAHASAN : PENATALAKSANAAN KATARAKWAKTU SESI : 1 jam pelajaran @ 45 menit |
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mengikuti sesi ini peserta diharapkan mampu mengenali dan merujuk pasien dengan Katarak. |
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSSetelah mengikuti sesi ini diharapkan : 1. Peserta dapat menjelaskan tentang pengertian, gambaran klinis dan pemeriksaan laboratorium Katarak 2. Peserta dapat melakukan pemeriksaan terhadap Katarak 3. Peserta dapat menentukan diagnosis dan diagnosis banding Katarak 4. Peserta dapat menjelaskan penanganan Katarak |
PROSES PEMBELAJARANLangkah 1. Persiapan peserta a. Pelatih mempersiapkan suasana pelatihan dan mental peserta dalam mengikuti pelatuhan b. Pelatih menjelaskan tujuan pelatihan Langkah 2. Penyampaian materi pelatihan
Langkah 3. dis kusi /tugas individu atau kelompok
|
METODE Ceramah Tanya jawab Diskusi Penugasan/kasus VCD |
ALAT BANTU LATIHOHPWhite board LCD CD |
EVALUASI
Evaluasi dilakukan secara tertulis maupun praktek dengan instrumen terlampir |
RUJUKAN
Hoole., A. J., Picard G. C., Quimetto M. R., Lohr J. A., Greenberg R. A. (1988). Patient Guidelines for Nurse Practioners. (4 th ed. ), Philadelphia : J. B. Lippincott Company. Ikatan Sarjana Farmasi (2004). ISO Indonesia. Vol. 39. Jakarta. |
KATARAK
I. Pengertian
Kekeruhan dari lensa atau mata yang pada 90% dari kasus berhubungan dengan umur. Sebagian besar didapatkan pada penderita diabetes. Jarang oleh karena hipoparathyroid, miotonik, distrophi, dermatitis atopik, trauma, obat kortikosteraid sistemik. Katarak biasanya bilateral, tetapi dalam perkembangan penyakitnya akan berbeda.
II. Penyebab
A. 90% dari kasus berhubungan dengan umur.
B. Sebagian besar didapatkan pada penderita diabetes.
C. Jarang oleh karena hipoparathyroid, miotonik, distrophi, dermatitis atopik, trauma atau obat kortikosteraid sistemik
III. Gambaran Klinis
A. Gejala :
Sebagian besar grjala yang dirasakan adalah adanya pengurangan pandangan yang bertambah yang menggambarkan meningkatnya kekeruhan mata . terjadi pengurangan jarak pandang atau pandangan mata lebih dekat, sampai terjadi gangguan refraksi yang berkaitan dengan semakin keruhnya lensa.
B. Tanda :
Bertambah padatnya lensa pada saat mata diperiksa dengan lampau senter atau dengan optal moskop.
IV. Laboratorium
Tidak perlu.
V. Diagnosa Banding
Hilangnya ketajaman pandangan oleh karena degenerasi makulo atau retinopati diabetikum.
VI. Penanganan/Pengobatan
Satu-satunya penanganan Katarak adalah operasi mengeluarkan lensa dan implantasi lensa intraoculer oleh dokter spesialis mata.
VII. Komplikasi
Tidak ada
VIII. Konsultasi dan Rujukan
Lakukan rujukan segera ke dokter ahli mata. Bila ditemukan katarak pada pemeriksaan rutin. Rujukan dilakukan untuk mendeteksi masalah-masalah karena aktivitas, kelainan /gangguan refraksi, dan berhubungan dengan kebutuhan serta harapan pasien setelah dioperasi.
IX. Tindak Lanjut
Tindak lanjut pasca operasi oleh dokter ahli mata antara 6 – 12 bulan setelah operasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar