“Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. (QS. Mujadalah: 11) (http://triyo-rachmadi.blogspot.com)
Selasa, 08 April 2014
Membangun Jejaring Kerja Pelayanan Kesehatan di Kloter (Materi Fasilitator Haji) Oleh: H. Triyo Rachmadi, S.Kep.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pelayanan
terhadap jamaah haji merupakan kegiatan yang memerlukan seni dan ketrampilan
tersendiri karena dilakukan dengan jumlah jamaah yang begitu banyak serta dalam
waktu yang bersamaan dengan berada di negeri orang. Khusus bagi tenaga
kesehatan yang tergabung dalam Tim Kesehatan Haji Indonesia memegang peranan
yang sangat vital karena berurusan dengan keselamatan jiwa jamaah. Di sisi lain
rasio jumlah tenaga kesehatan dan jumlah jamaah terlihat kurang memadai. Oleh
karena itu dalam melaksanakan tugasnya TKHI harus mampu memanfaatkan unsur-unsur
jejaring kerja yang ada. Pemanfaatan unsur jejaring kerja ini dapat optimal
jika petugas kesehatan dapat mengembangkan tim kerja dengan baik.
Pengembangan
tim dalam jejaring kerja merupakan ketrampilan tersendiri yang harus
dipersiapkan melalui pelatihan sebelum yang bersangkutan melaksanakan tugas.
Dalam makalah ini akan diuraikan tentang konsep dasar tim efektif dalam
jejaring kerja, komponen-komponen jejaring kerja dalam penyelenggaraan
kesehatan haji di kloter, pengembangan tim efektif dalam jejaring kerja dan
penyelesaian konflik dalam tim jejaring kerja secara win-win.
B.
Konsep Dasar Tim Efektif dalam
Jejaring Kerja.
Pengertian
tim dan kelompok sangatlah berbeda. Hal ini berdasarkan pendapat dari beberapa
para ahli. Kurt Lewin berpendapat bahwa “The
essence of a group is not the similarity or dissimility of its members but
their interdepence”. Sementara W. H. Y. Sprott memberikan pengertian
kelompok sebagai beberapa orang yang bergaul satu dengan yang lain. H. Smith
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan kelompok adalah suatu unit yang terdapat
beberapa individu yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya
dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi. Juni Pranoto berpendapat bahwa
yang dinamakan kelompok adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang satu sama
lain saling berinteraksi dalam mencapai tujuan bersama.
Dari
beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
kelompok adalah suatu unit yang merupakan sekelompok/ sekumpulan dua orang atau
lebih yang satu sama lain saling berinteraksi dalam mencapai suatu tujuan yang
telah ditetapkan secara bersama-sama dalam suatu wadah tertentu. Dari
pengertian itu maka kelompok memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Keberadaannya memiliki tanggung
jawab untuk melaksanakan tugas-tugas organisasi atau pekerjaan-pekerjaan yang
mungkin saling berkaitan atau tidak berkaitan sama sekali.
2.
Orang-orang yang ditunjuk oleh
organisasi yang bersangkutan untuk menjalankan peran resmi tertentu yang sudah
dirinci misalnya sebagai Ketua Kloter, Dokter Kloter dan lain sebagainya.
3.
Memiliki struktur, hubungan
tugas dan hirarkis yang telah digariskan secara jelas.
Dari beberapa kajian
mendalam didapatkan kelompok belum tentu merupakan tim, tetapi tim pasti
merupakan suatu kelompok. Ini berarti bahwa kelompok akan menikmati
keberhasilan yang luar biasa jika menadi satu kesatuan yang lebih produktif
yang disebut Tim yang membentuk jejaring kerja. Tim lebih merupakan kumpulan
orang-orang yang memiliki kebutuhan tertentu dalam jalinan jejaring kerja.
Robert B. Meddux dalam Bukunya”Team
Building” membedakan keduanya sebagai berikut:
Kelompok, cenderung
memilki ciri-ciri yaitu:
1.
Anggota menganggap
pengelompokan mereka semata-mata untuk kepentingan administratif. Individu
bekerja secara mandiri kadang-kadang berbeda tujuan dengan individu yang
lainnya walaupun berada dalam suatu jejaring kerja.
2.
Anggota cenderung memperhatian
dirinya sendiri karena tidak dilibatkan dalam penetapan sasaran. Kadang-kadang
pendekatannya hanya sebagai tenaga yang menerima bayaran untuk menjalankan
salah satu fungsi yang terdapat dalam jejaring kerja.
3.
Anggota diperintah untuk
mengerjakan pekerjaan, bukan diminta saran untuk mencapai sasaran yang terbaik
dan anggota tidak didorong untuk ikut ambil bagian dalam pengambilan keputusan
yang terjadi di jejaring kerja.
4.
Anggota tidak percaya pada
motif rekan-rekan sekerjanya karena tidak memahami peran anggota lainnya
walaupun mereka sama-sama dalam suatu jejaring kerja. Oleh karena itu
menyatakan pendapat atau menyampaikan kritik dianggap sebagai upaya memecah
belah karena kurangnya rasa toleransi dalam pelaksanaan tugas. Sehingga anggota
terkadang berada dalam suatu konflik tanpa mengetahui sebab dan cara pemecahan
masalahnya.
Sedangkan tim yang
efektif merupakan sebuah kelompok denga ciri-ciri yang digambarkan sebagai
berikut:
1.
Anggota menyadari ketergantungan
doantara mereka dan memahami bahwa sasaran pribadi maupun Tim paling baik
dicapai dengan cara saling mrndukung. Waktu akan sangat efektif karena
masing-masing sangat memahami dan tidak mencari keuntungan di atas anggota tim
yang lain;
2.
Anggota tim ikut merasa
memiliki pekerjaan dan organisasinya karena memiliki komitmen terhadap sasaran
yang akan dicapai. Oleh karena itu anggota memiliki kontribusi terhadap
keberhasilan organisasi;
3.
Anggota bekerja dalam suasana
saling percaya dan didorong untuk mengungkapkan ide, pendapat, ketidaksetujuan
serta mencetuskan perasaan secara terbuka. Pertanyaan yang muncul akan disambut
dengan baik sehingga anggota akan menjalankan komunikasi dengan tulus karena
mereka akan memahami sudut pandang masing-masing;
4.
Para anggota didorong untuk
menambah ketrampilan dan menerapkannya dalam tim. Mereka menrima dukungan penuh
dari tim sehingga anggota akan berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan
yang mempengaruhi tim. Meskipun demikian mereka tetap menyadari bahwa keputusan
tetap ditangan pemimpin apabia tim menemui jalan buntu;
5.
Mereka menyadari bahwa konflik
dalam tim merupakan hal yang wajar karena konflik merupakan kesempatan bagi
mereka untuk mengembangkan ide dan kreatifitas. Apabila terjadi suatu konflik
akan diselesaikan secara konstruktif.
C.
Komponen-Komponen Jejaring
Kerja Dalam Penyelenggaraan Kesehatan Haji di Kloter.
Tim
Kesehatan Haji di Kloter merupakan bagian dari Tim Pelayanan haji secara
keseluruhan yang secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:
Kloter
sebagai sebuah tim yang akan bertugas melayani jamaah haji dalam melaksanakan
proses ibadah terdiri dari:
1.
TPHI (Tenaga Pembimbing Haji
Indonesia)
Tenaga ini direkrut oleh
Kementerian Agama RI dengan tugas pokok melayani kebutuhan jamaah haji di
kloter selama melaksanakan prosesi ibadah haji.
2.
TKHI (Tim Kesehatan Haji
Indonesia)
Tenaga ini terdiri dari
dokter dan perawat yang direkrut oleh Kementerian Kesehatan RI dengan tugas
memberikan pelayanan bidang kesehatan semenjak embarkasi hingga debarkasi.
3.
Karom (Ketua Rombongan)
Tenaga ini diambil dari
jamaah haji yang diperkirakan mampu menjadi pemimpin setiap 50 jamaah dalam
melaksanakan prosesi ibadahnya.
4.
Karu (Ketua Regu)
Tenaga ini diambil dari
jamaah haji yang diperkirakan mampu menjadi pemimpin setiap 10 jamaah dalam
melaksanakan prosesi ibadahnya yang dikoordinasikan dengan Karom.
Keberhasilan
organisasi kloter ini sangat ditentukan oleh kerjasama di antara anggota tim
kloter dan antara tim kloter dengan jejaring kerja pelayanan jamaah haji secara
keseluruhan. Dalam tim kloter sebagai suatu kelompok harus memiliki keterikatan
dan interaksi yang harmonis agar dapat memacu terjadinya perubahan, pertumbuhan
dan perkembangan pribadi maupun tim sebagai organisasi. Keterikatan dan
interaksi yang harmonis tersebut akan muncul dalam bentuk keterpaduan pola pikir
(way of thinking), pola emosi dan
motivasi (way of feeling) dan pola tindak (way of action) (Prajudi Atmosoedirdjo:
1989).
Adanya
keterpaduan pola pikir, pola emosi, motivasi dan persepsi serta pola tindak
akan memudahkan terjadinya titik temu berbagai keinginan dan interest ke dalam
tujuan bersam (common goal) yaitu
terlayaninya kebutuhan jamaah akan rasa aman, nyaman dan kesehatan secara optimal. Masalah paling rawan
dalam organisasi tim kloter adalah apabila keinginan dan interest individu
petugas dalam organisasi tim kloter saling menganggap dirinya yang paling
berkuasa terhadap suatu persoalan yang muncul atau sebaliknya justru lepas
tanggung jawab ketika terjadi permasalahan. Jika hal ini terjadi maka
sebenarnya secara fakta petugas kloter hanyalah kumpulan beberapa orang yang
masing-masing mempunyai otoritas untuk memepertahankan kekuasaannya. Dengan
demikian tujuan diadakannya Tim Petugas pendamping kloter menjadi sia-sia
belaka karena jamaah haji tidak akan mendapatkan pelayanan sebagaimana
mestinya. Bahkan lebih jauh yang akan terjadi adalah tiada hari tanpa protes
jamaah sebagi bentuk manifestasi rasa kekecewaannya terhadap pelayanan petugas
dan hal ini sangat merugikan citra bersama. Untuk mengantisipasinya kejadian di
atas ada baiknya kita menggunakan “tujuh resep habits” yang perlu dimiliki oleh
individu yang ingin memiliki keefektifan yang tinggi dari Steven Covey (1997)
yaitu: 1) pro aktif; 2) mendahulukan yang utama; 3) selalu memulai dengan
tujuan akhir; 4) pendekatan menang-menang; 5) berusaha mengerti orang lain
sebelum dimengerti oleh orang lain; 6) selalu menciptakan sinergi, keterpaduan
dan kebersamaan serta; 7) selalu mengasah dan mengembangkan diri baik fisik,
sosial maupun nilai-nilai. Dari ketujuh habits tersebut yang menonjolkan adanya
tim adalah pendekatan menang-menang, mengerti orang lain dan selalu bersinergi.
Tidak
ada manusia yang sempurna maka dari itu manusia perlu melaksanakan kegiatan
bersama secara efektif sehingga pekerjaan akan berjalan dengan efektif. Oleh
karena itu diperlukan sebuah tim yang efektif.
BAB II
MEMBANGUN TIM EFEKTIF
DALAM JEJARING KERJA
A.
Manfaat Membangun Tim Dinamis
Dalam
membangun tim efektif yang ada dalam jejaring kerja dilakukan dengan cara: 1)
memahami manfaat membangun tim dinamis; 2) membangun kebersamaan; dan 3)
membangun kebanggan tim. Ada tim yang dapat mencapai suatu prestasi yang tinggi
tetapi ada juga yang hanya bertahan beberapa hari saja. Untuk itu maka
diperlukan suatu usaha bersama secara optimal untuk menciptakan tim yang
dinamis. Tim dinamis adalah tim yang memiliki kinerja yang sangat tinggi dengan
memanfaatkan segala energy yang ada dalam tim tersebut untuk menghasilkan
sesuatu. Tim dinamis merupakan tim yang penuh dengan percaya diri dengan para anggotanya yang menyadari
kekuatan dan kelemahannya untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan
bersama. Untuk mencapai tim dinamis seperti yang diuraikan tersebut maka
sebaiknya setiap anggota hendaknya menyadari dan memahami tentang manfaat tim
dinamis sebagai berikut:
1.
Beroperasi secara kreatif
Dalam pelaksanaan kerja
tim sangat kreatif dan dinamis dengan memperhitungakn resiko yang ada dan
selalu mencoba cara berbeda dalam melakukan sesuatu. Mereka tidak takut
menghadapi kegagalan-kegagalan dan selalu mencari-cari peluang untuk
mengimplementasikan teknik yang baru.
2.
Memfokuskan pada hasil
Tim yang dinamis
mampu menghasilkan melampaui kemampuan jumlah individu yang menjadi anggotanya.
Para anggota tim secara terus menerus memenuhi komitmen waktu, anggaran,
produktifitas dan mutu. “Produktifitas Optimum” merupakan tujuan bersama.
3.
Memperjelas peran dan tanggung
jawab
Peran dan tanggung anggota
tim jelas. Setiap anggota tim mengetahui dangan jelas apa yang diharapkan dari
dirinya dan mengetahui peran temannya dalam tim. Tim yang dinamis selalu
memperbaharui peran dan tanggung jawab anggotanya sesuai dengan perubahan
tuntutan, sasaran dan teknologi.
4.
Diorganisasikan dengan baik
Tim dinamis menjalankan
fungsi-fungsi manajemen dengan baik, menetapkan prosedur secara jelas serta
kebijakan dengan jelas. Tim juga menginventarisir jenis ketrampilan yang
dimiliki oleh para anggota timnya.
5.
Dibangun di atas kekuatan
individu
Kompetensi individu
sangat diperhatikan sehingga pimpinan tim memahami betul kekuatan dan kelemahan
anggota timnya. Pimpinan tim sangat memperhatikan bagaimana memberdayakan
timnya sehingga dalam pemberdayaan disesuaikan dengan kompetensi masing-masing
anggota tim.
6.
Saling mendukung kepemimpinan
anggota yang lain
Dalam tim yang dinamis
kepemimpinan dibagi diantara para anggotanya. Dalam hal ini tidak ada pimpinan
yang mutlak. Setiap anggota tim memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi
pimpinan tim manakala dibutuhkan.
7.
Mengembangkan iklim tim.
Tim yang berkinerja
tinggi memilii anggota yang secara antusias bekerja bersama dengan tingkat
keterlibatan dan energi kelompok yang tinggi (bersinergi).
8.
Menyelesaikan ketidaksepakatan.
Perbedaan persepsi dan ketidak sepakatan akan terjadi dalam
setiap tim. Tim dinamis menganggap bahwa konflik merupakan suatu wahana untuk
pembelajaran hal-hal yang lebih positif. Segala konflik akan diselesaikan
dengan pendekatan secara terbuka dengan teknik kolaborasi.
9.
Berkomunikasi secara terbuka.
Pembicaraan secara “asersi”
yaitu bicara yang lugas, jujur teapi tidak saling melukai pihak lain.
Masing-masing anggota kelompok saling memberi dan menerima saran dari anggota
kelompok yang lain. Komunikasi dilakukan secara timbal balik dan selalu
berpikir untuk kepentingan bersama.
10.
Membuat keputusan secara
obyektif
Dalam pemecahan masalah
menggunakan pendekatan yang proaktif. Keputusan dicapai melalui konsensus.
Setiap anggota keompok bersedia dan mendukung keputusan tersebut. Anggota kelompok
bebas mengutarakan pendapat dan ide-idenya serta mendukung rencana yang telah
ditetapkan.
11.
Mengevaluasi efektifitasnya
sendiri.
Evaluasi dilaksanakan
secara terus menerus dengan tujuan untuk melihat pelaksanaan rencana selam ini.
Penyempurnaan dilaksanakan secara berkelanjutan dengan manajemen proaktif.
Apabila muncul masalah kinerja, mereka dapat segera memecahkannya sebelum
berkembang menjadi permasalahan yang serius.
B.
Membangun Kebersamaan Tim
Tahapan-tahapan
dalam membangun tim yang dinamis akan berjalan dengan seksama apabila
anggota-anggota tim mampu membangun rasa kebersamaan secara efektif. Untuk
membangun rasa kebersamaan dalam suatu tim maka setiap anggota kelompok harus
mampu untuk menerima keragaman anggota tim. Hal ini disebabkan setiap tim
terdiri dari berbagai individu yang
memiliki latar belakang, perilaku dan pengalaman yang berbeda-beda.
Tidak ada seorang manusiapun yang diciptakan sama persis termasuk orang yang
kembar sekalipun. Oleh karena itu tim akan efektif apabila dibangun berdasarkan
kebersamaan, tidak memandang pangkat, asal usul tenaga dan lain-lain sehingga
menunjukkkan rasa saling percaya, saling menghargai yang dilandasi oleh
keterbukaan. Karena itu dalam membangun rasa kebersamaan tim yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut:
1.
Berorientasi pada opini
a.
Orientasi utamanya adalah
membangun opini bukan dogmatis dan tidak mengarahkan pada tindakan mengutuk
orang lain.
b.
Memperkenalkan gagasannya tanpa
mengusulkan atau bahkan mengisyaratkan agar orang lain memberi posisi istimewa
pada gagasannya.
c.
Saling meminta ide dari anggota
kelompok yang lain bahkan berorientasi pada gagasan perorangan.
d.
Tidak hanya memfokuskan pada
idenya sendiri tetapi menginvestigasi pendapat orang lain.
2.
Berorientasi pada persamaan
a.
Anggota tim yang berorientasi
pada persamaan melihat keragaman sebagai suatu keunggulan. Perbedaan yang
dimiliki dapat dipakai untuk mengecek setiap sisi, sudut, puncak dan dasar
suatu permasalahan.
b.
Mengandalkan pada kekuatan
energi semua anggota.
c.
Kepercayaan kepada anggota tim
akan meningkatkan produktifitas/ kerja.
3.
Berorientasi pada tujuan
a.
Anggota kelompok yang
berorientasi pada tujuan kelompok kecil kemungkinan akan menimbulkan konflik.
Hal ini disebabkan oleh adanya keunikan masing-masing kelompok.
b.
Keseluruhan anggota tim
berorientasi pada tujuan yang sama.
c.
Anggota tim mengakui bahwa
masing-masing anggota tim memiliki tujuan dan kemungkian tujuan tersebut
bertentangan dengan tujuan tim.
d.
Keunikan anggota kelompok yang
muncul sesegera mungkin diatasi, tidak dibiarkan sehingga melahirkan
permasalahan baru.
4.
Membangun Kebanggaan Tim
Tim dinamis akan
senantiasa mempertahankan prestasinya secara maksimal. Oleh karena itu
mempertahankan rasa bangga sebagai tim sangat diharapkan. Ini berarti bahwa
perlu ada suatu usaha untuk memotivasi tim secara efektif agar mampu membangun
kebanggaan tim. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan tim
agar anggota tim mampu membangun kebanggaannya adalah sebagai berikut:
a.
Memotivasi anggota tim untuk
berkomitmen
Dalam memotivasi ini
terlebih dahulu menentukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi orang tersebut
termotivasi dengan baik. Tanpa
mengetahui hal tersebut proyek besarpun belum tentu merupakan faktor stimulus.
Setiap individu memiliki motif yang berbeda-beda, misalnya ada orang timbul
harga dirinya dengan menghargai kinerjanya tetapi orang lain belum tentu
demikian.
b.
Memotivasi anggota tim yang
tidak termotivasi
Tidak setiap anggota
tim memiliki motivasi yang sama. Ada anggota tim yang produktif, ada pula yang
enggan berpartisipasi secara aktif. Untuk itu diperlukan beberapa strategi yang
jitu. Strategi tersebut antara lain: 1) Dapatkan nasehat dari mereka; 2) Jadikan
mereka guru; 3) Libatkan mereka dalam presentasi dan delegasikan kepada mereka
untuk menyelesaikan suatu masalah.
C.
Menyelesaikan Konflik Dalam Tim
Jejaring Kerja Secara Win-Win.
Dalam
suatu tim yang berinteraksi satu sama lain dalam mencapai tujuannya selalu
mengalami perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat yang berlarut-larut akan
menyebabkan konflik. Anggota tim perlu memahami bahwa konflik atau
ketidaksepakatan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindarkan dan tidak memiliki
sifat baik atau buruk (konflik bersifat netral).
Konflik
akan menghancurkan kemajuan tim jika dibiarkan atau tidak dikelola dengan baik.
Tetapi konflik juga dapat mengarah pada pengambilan keputusan yang baik jika
dikelola secara efektif. Hasil dari suatu konflik sangat tergantung pada
prosedur tim mengelolanya. Kata konflik menimbulkan kesan tidak menyenangkan.
Reaksi kita pada umumnya adalah negative. Pada umumnya konflik merupakan bahaya
dan menyakiti perasaan orang lain. Kita cenderung menghubungkan konflik dengan
kekerasan, krisis, perkelahian, perang kalah, menang, kehilangan kendali dan
lain sebagainya. Konflik selalu melibatkan dua orang atau lebih (perorangan
atau kelompok) yang terjadi apabila salah satu pihak merasa kepentingannya
dihalang-halangi atau akan dihalang-halangi. Selanjutnya Hanmer dan Hogan dalam
bukunya “How to Manage Conflict”
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan konflik adalah segala macam bentuk
pertikaian yang terjadi dalam organisasi baik antara individu dengan individu,
individu dengan kelompok maupun antar kelompok yang bersifat antagonis. Dari
pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa konflik terkait dengan persepsi
pihak yang bersangkutan yang merasa keentingannya dihalang-halangi atau akan
dihalang-halangi, terlepas dari ada atau tidak ada halangan tersebut secara
nyata. Apabila konflik ini kita biarkan maka akan menghancurkan kemajuan tim
tetapi konflik juga dapat mengarahkan pada pengambilan keputusan yang baik bila
dikelola dengan baik dan tepat. Hasil dari suatu konflik tergantung pada
bagaimana mengelolanya. Untuk itu perlu dikenali isyarat-isyarat adanya konflik
secara dini sebagai berikut:
1.
Anggota tim memberikan komentar
dan saran dengan penuh emosi;
2.
Anggota tim menyerang gagasan
orang lain sebelum gagasan tersebut dijelaskan secara tuntas;
3.
Anggota tim saling menuduh
bahwa mereka tidak memahami masalah yang sebenarnya;
4.
Anggota tim selalu menolak
untuk berkompromi;
5.
Anggota tim saling menyerang
secara langsung pada pribadinya;
6.
Suasana yang terbangun mengarah
pada tindakan bermusuhan:
a.
Anggota tim memasuki permainan
menang kalah
b.
Mereka lebih senang memenangkan
kemenangan pribadi daripada memecahkan masalah.
c.
Suasana yang ditonjolkan pihak
yang sedang berkonflik masing-masing memegang teguh pada posisinya (I’m in my position) sehingga
mempersempit celah komunikasi dan membatasi keterlibatan yang lain. Anggota tim
tidak melihat perlunya mencapai tujuan yang menguntungkan mereka bersikukuh dan
berdiri teguh pada posisinya.
Tidak setiap orang
merespon terhadap konflik dengan cara yang sama, respon-respon tersebut antara
lain: 1) Konfrontasi agresif; 2) Melakukan manuver negative; 3) Penundaan terus
menerus; dan 4) Bertempur secara pasif.
Namun terkadang ada pula anggota tim yang meresponnya dari segi positif
dan apabila hal ini yang terjadi maka pemecahan konflik mengarah ke hal yang
positif. Dengan demikian konflik diarahkan dengan menggunakan energi secara
sehat dan langsung untuk memecahkan masalah dengan kata lain tidak ada reaksi
secara emosional, melakukan upaya dengan menanggapinya secara rasional. Respon
yang tepat ini akan memperkuat tim kerja dan melancarkan jalan untuk mengatasi
konflik. Menurut Bolton dalam bukunya
“Manajemen Konflik” sumber-sumber konflik adalah sebagai berikut:
1.
Menghalangi pencapaian sasaran
perorangan;
2.
Kehilangan status;
3.
Kehilangan otonomi atau
kekuasaan;
4.
Kehilangan sumber-sumber;
5.
Merasa diperlakuakn tidak adil;
6.
Mengancam nilai dan norma;
7.
Perbedaan persepsi;
8.
dan lain sebagainya.
BAB III
PENYELESAIAN KONFLIK
A.
Langkah-Langkah Menyelesaikan
konflik
Berikut ini digambarkan langkah-langkah dalam menyelesaikan setiap
konflik.
|
|
||||||||||||
|
|
||||||||||||
|
Langkah 1: Mengakui adanya konflik
Langkah ini merupakan langkah awal untuk menyelesaikan konflik.
Tanpa adan yang mengakui adanya suatu konflik maka masalah tidak akan
terpecahkan. Tim yang dinamis akan membahas konflik secara dini karena kearifan
dari semua pihak sangat diperlukan.
Langkah 2: Mengidentifikasi konflik secara benar
Dalam kegiatan penelitian, langkah ini sering diseut dengan
identifikasi masalah. Kegiatan ini sangat diperlukan dan memerlukan keahlian
khusus. Konflik dapat muncul dari akar masalah tetapi juga karena maslah emosi.
Oleh karena itu perlu memilah antara masalah inti dengan masalah emosional.
Masalah inti adalah masalah yang mendasari suatu konflik (misalnya
ketidaksepakatan adanya tugas) sedangkan isu emosional merupakan masalah yang
memeperumit masalah tersebut, misalnya salah satu anggota tim mendapat
tugasyang sangat penting (masalah inti), orang lain merasa tersinggung (masalah
emosional). Untuk hal ini, maka hendaknya kita mengatasi maslah yang inti
terlebih dahulu.
Langkah 3: Dengar semua pendapat
Lakukan kegiatan sumbang saran. Libatkan mereka yang terlibat dalam
konflik untuk mengungkapkan pendapatnya. Hindarilah pendapat benar dan salah.
Bahas juga mengenai dampak konflik terhadap tim serta kinerja tim. Fokuskan
pembicaraan pada fakta dan perilaku bukan pada perasaan atau unsur pribadi.
Hindari mencari-cari kesalahan orang lain tetapi temukan mana yang terbaik jika
dipandang dari sisi positif.
Langkah 4: Bersama-sama mencari cara menyelesaikan konflik
Dalam kegiatan ini dilakukan melalui diskusi terbuka sangat
diharapkan. Karena dengan diskusi terbuka dapat memperluas informasi dan
alternatif serta dapat mengarahkan pada rasa percaya dan hubungan yang sehat di
antara yang terlibat konflik. Dalam tim yang efektif tidak seluruh anggota
kelompok menyukai satu sama lain tetapi yang utama adalah mampu bekerjasama
secara efektif.
Langkah 5: Mendapatkan kesepakatan dan tanggung jawab untuk
menemukan solusi.
Memaksakan kesepakatan akan berakibat fatal. Oleh karena itu
doronglah mereka untuk bekerjasama memecahkan permasalahan secara jitu. Nuatlah
semua anggota tim merasa senang terhadap solusi yang dihasilkan. Solusi harus
diusahakan secara bersama-sama. Salah satu cara yang disarankan agar orang lain
menerima saran yang diajukan adalah memposisikan dirinya pada peran orang lain.
Dengan kata lain, setiap anggota mempresentasikan pendapat orang lain.
Langkah 6: Menjadwal sesi tindak lanjut untuk mengkaji solusi.
Pemberian tanggung jawab untuk melaksanakan komitmen sangat dihargai
oleh anggota tim. Mengkaji resolusi sangat diperlukan untuk mengetahui tingkat
keefektifan resolusi yang telah diberikan.
B.
Gaya Tanggapan Seseorang
Terhadap Konflik
Apabila konflik dihindarai maka akan
berdampak terhadap keefektifan suatu tim sehingga produktifitas tim akan
menurun. Sebaliknya konflik akan menjadi sehat apabila pihak-pihak yang terlibat
mau menjajaki ide-ide baru, menguji posisi dan keyakinan mereka serta
memperluas wawasan imajinasi mereka. Konflik yang ditangani secara konstruktif
akan merangsang anggota tim lebih kreatif sehingga akan memperoleh hasil yang
terbaik. Oleh karena itu setiap anggota tim dalam menghadapi suatu konflik
menurut Robert B. Meddux dalam bukaunya “Team
Building” mengklasifikasikan ke dalam 5 (lima) gaya tanggapan sebagai
berikut:
GAYA
|
CIRI PERILAKU
|
ALASAN PENYESUAIAN
|
Menghindar
|
-
Tidak mau berkonfrontasi
-
Mengabaikan atau melewatkan pokok permasalahan.
-
Menyangkal bahwa hal tersebut merupakan masalah.
|
- Perbedaan yang ada terlalu kecil atau terlalu
besar untuk diselesaikan.
- Usaha penyelesaian mungkin mengakibatkan rusaknya
hubungan atau justru menciptakan masalah yang lebih kompleks.
|
Mengakomodasi
|
-
Bersikap menyetujui dan tidak agresif
-
Kooperatif bahkan terkadang dengan mengorbankan keinginan
pribadi
|
Tidak sepadan reikonya, jika mengambil resiko justru akan
merusak hubungan dan menimbulkan ketidakselarasan secara keseluruhan.
|
Menang/ kalah
|
-
Konfrontatif, menuntut dan agresif
-
Harus menang dengan cara apapun
|
-
Yang kuat menang
-
Harus membuktikan superioritas
-
Paling benar secara etis dan profesi
|
Kompromi
|
-
Mementingkan pencapaian sasaran utama semua pihak serta
memelihara hubungan baik.
-
Agresif namum kooperatif
|
-
Tidak ada ide perorangan yang sempurna
-
Seharusnya ada lebih dari satu cara yang baik dalam
melakukan sesuatu.
-
Anda harus berkorban untuk dapat menerima
|
Penyelesaian masalah (kolaborasi win-win)
|
-
Kebutuhan kedua belah pihak adalah sah dan penting
-
Penghargaan yang tinggi terhadap sikap saling mendukung
-
Tegas dan kooperatif
|
Jika pihak-pihak yang terlibat mau membicarakan secara
terbuka pokok permasalahannya, biasanya solusi yang saling menguntungkan
dapat ditemukan tanpa satu pihakpun merasa dirugikan
|
Gaya Tanggapan Seseorang Terhadap Konflik
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pengembangan tim dalam jejaring
kerja merupakan ketrampilan tersendiri yang harus dipersiapkan oleh Tim
Kesehatan Haji Indonesia sebelum melaksanakan tugas. Tim Kesehatan Haji
Indonesia memegang peranan yang sangat vital karena berurusan dengan
keselamatan jiwa jamaah. Dalam
melaksanakan tugas TKHI diharapkan menjadi tim yang efektif, selalu bersikap
jujur, terbuka dan dapat menyelesaikan setiap konflik sesegera mungkin. Konflik
dalam setiap tim selalu ada sehingga diperlukan penyelesaian yang professional
tanpa mempengaruhi kinerja dalam melaksanakan tugas. Tim tidak bekerja sendiri tetapi membentuk
jejaring dengan tim-tim yang lain untuk dapat mengembangkanp pelayanan yang
optimal sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
B. Saran
Dalam penyelenggaraan kesehatan
haji telah dibentuk tim kesehatan yang disebut Tim Kesehatan Haji Indonesia
(TKHI) sehingga dalam memberikan pelayanan kepada jamaah haji akan bertindak
sebagai tim. TKHI dalam melaksanakan
tugasnya diharapkan tidak hanya membawa nama baik tim kloternya tetapi mmbawa
nama baik bangsa dan Negara Indonesia. Jalinan komunikasi yang efektif dan rutin
kepada sesama anggota tim dan kepada seluruh jamaah haji akan dapat
meminimalisir suatu konflik yang terjadi. Sebagai tim sebelum dan setelah
melaksanakan tugas selalu berpegang teguh kepada visi dan misi yang dijalankan
sehingga dalam bekerja selalu dalam koridor rel yang telah direncanakan. Semoga
TKHI akan selalu menjadi tim yang efektif di masa-masa yang akan datang. Amiiiin.
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian
Kesehatan RI, 2011, Modul Pelatihan
Jabatan Fungsional Perawat Jenjang Ahli Pertama, Jakarta, Kementerian
Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan Pusdiklat Aparatur.
Kementerian
Agama RI Direktorat Jenderal Penyelenggaraan haji dan Umrah Tahun 1433/ 2012 M,
2012, Kebijakan Penyelenggaraan Ibadah
Haji, Jakarta, Kementerian Agama RI.
Kementerian
Agama RI, 2012, Modul Pembekalan
Operasional Kesehatan Haji, Bahan Ajar Pelatihan Petugas Haji Tahun 1433 H/
2012 M, Jakarta, Kementerian Agama RI, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umrah.
Kementerian
Kesehatan RI, 2012, Bahan Bacaan Peserta
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia, Jakarta, Kementerian Kesehatan RI.
Langganan:
Postingan (Atom)