“Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. (QS. Mujadalah: 11) (http://triyo-rachmadi.blogspot.com)
Rabu, 16 September 2009
Kewenangan Tugas Perawat
Mungkin anda masih ingat dan mendengar tentang trend peristiwa kontroversi kewenangan KPK tentang penyidikan,pemeriksaan dan penuntutan yang dipermasalahkan oleh aparat hukum lain seperti:Polisi dan Kejaksaan. Dengan ditangkapnya 2 Pimpinan KPK yaitu Chandra dan Bibit Mabes Polri menyangkut penyalahgunaan wewenang yang memberkan surat cekal kepada Para koruptor. Dari sisi undang-undang KPK pimpinan KPK ini jelas sudah sesuai prosedur, tetapi mengapa dipermasalahkan oleh Mabes Polri. Dari peristiwa itu jelas sesuai dengan gambaran organisasi kita, Perawat yaitu PPNI yang dipermasalahkan oleh organisasi profesi lain seperti IDI. Contoh kasus: Pada keadaan darurat perawat boleh saja menjahit luka pasien dan memberi obat tetapi dipermasalahkan oleh IDI dengan menyalahkan bahwa itu bukan tindakan perawat. Padahal jelas di Undang-undang Keperawatan kita bahwa pada keadaan darurat dan di daerah terpencil perawat dibolehkan melakukan tindakan medis. Yang jadi pertanyaan, sudah sesuaikah para Dokter di Indonesia melakukan pelayanan kesehatan sampai ke daerah terpencil, Maukah mereka berjibaku dengan daerah pegunungan dan terpencil. Perawat dengan segala keterbatasannya mau dan mampu melakukan tindakan seperti dokter dan masyarakatpun menerima itu. Tapi mengapa Undang-undang praktek keperawatan kita masih saja menggantung.
Senin, 14 September 2009
Lanjutan Perguruan Tinggi berperan Aktif Dalam Penanggulangan Tuberculosis
Tujuan riset operasional adalah memberikan masukan langsung dalam upaya meningkatkan kualitas perencanaan dan pelayanan program pengendalian TB di Indonesia. Disadarai bahwa banyak riset operasional yang telah dilakukan di Indonesia, baik oleh LSM, perguruan tinggi atau institusi lain pada tingkatr daerah atau nasional. Namun hasil riset operasional tersebut seringkali tersebar secara terbatas bahkan kerap tidak sampai kepada pengambil keputusan. "Melalui kegiatan ini diharapkan hasil riset operasional dapat tersebar dengan baik dan menjadi masukan yang berarti bagi pengambil keputusan khususnya dalam pengendalian TB di Indonesia"Salah satu upaya yang dipercaya dapat meningkatkan capaian program TB pada level propinsi dan kabupaten/ kota adalah melalui peningkatan kapasitas sumber daya dan keterlibatan universitas di daerah secarta bersama-sama melalui riset operasional sehingga akhirnya setiap daerah secara independent dapat membuat dan mengevaluasi serta memberikan masukan kepada program mengenai langkah-langkah yang paling optimal sesuai dengan masing-masing daerah. Strategi DOTS (Directtly Observed Treatment Short Course telah diterima secara luas di seluruh dunia. Di Indonesia pendekatan DOTS mulai dilaksanakan tahun 1995. Pencapaiannya pada tahun 2007 meliputi peningkatan Case Detection Rate (CDR 69%) dan Succes Rate (SR 88%). Namun pada level propinsi capaian di atas khususnya CDR masih beragam.
Jumat, 11 September 2009
Perguruan Tinggi Berperan Aktif Dalam Penanggulangan Tuberculosis.
Masukan dari perguruan tinggi akan memperkaya program dengan ide dan terobosan baru. Sementara keterlibatan pelaksanaan program akan mempertajam pemilihan prioritas masalah dan juga meningkatakan komitmen pelaksanaan program dalam menerapkan rekomendasi hasil riset operasional.Untuk memperkaya program dengan ide terobosan baru telah dilakukan riset operasional di 7 propinsi yaitu DI Yogyakarta, Jatim, Jateng, Lampung, Sumsel, Sumut dan Sulsel yang melibatkan masing-masing dinas kesehatan propinsi dan kabupaten kota dengan masing-masing universitas UGM, UNDIP, UNAIR, UNHAS, USU, UNSRI dan UNLAM. Saat ini dilakukan pula peningkatan kemampuan riset operasional yang melibatkan 4 Propinsi baru yaitu Papua, Sulut, Kalsel dan Bali dengan melibatkan masing-masing unsur Universitas dari daerah tersebut.
Masukan dari perguruan tinggi akan memperkaya program dengan ide dan terobosan baru. Sementara keterlibatan pelaksanaan program akan mempertajam pemilihan prioritas masalah dan juga meningkatakan komitmen pelaksanaan program dalam menerapkan rekomendasi hasil riset operasional.Untuk memperkaya program dengan ide terobosan baru telah dilakukan riset operasional di 7 propinsi yaitu DI Yogyakarta, Jatim, Jateng, Lampung, Sumsel, Sumut dan Sulsel yang melibatkan masing-masing dinas kesehatan propinsi dan kabupaten kota dengan masing-masing universitas UGM, UNDIP, UNAIR, UNHAS, USU, UNSRI dan UNLAM. Saat ini dilakukan pula peningkatan kemampuan riset operasional yang melibatkan 4 Propinsi baru yaitu Papua, Sulut, Kalsel dan Bali dengan melibatkan masing-masing unsur Universitas dari daerah tersebut.
Selasa, 01 September 2009
Tuberculosis Belum Mati
Peringatan Hari Tuberculosis Sedunia (TB) Sedunia tahun 2009 mengambil tema "I am stopping TB" yang diindonesiakan "Ayo Berantas Tuntas TB". Tema ini diluncurkan pada ajhir 2007 di Cape Town oleh Stop TB Global sebagai upaya menyadarkan masyarakat dunia tentanfg bahaya TB yang masih mengancam.
Mycobacterium Tuberculosis, bakteri penyebab Tuberculosis (TB)yang ditemukan oleh Robert Koch pada 24 Maret 1882 belumlah mati. Hingga hari ini, ancaman TB masih terus diwaspadai, terutama di negara-negara tropis sedang berkembang seperti Indonesia.
Sejauh ini, penanggulangan TB di Indonesia menerapkan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse). Mulai diterapkan tahun 1995, strategi DOTS adalah strategi yang direkomendasikan WHO untuk menanggulangi TB. Di Indonesia, strategi ini dilaksanakan oleh Puskesmas yang memiliki jangkauan relatif paling luas dibandingkan unit pelayanan kesehatan lainnya(klinik swasta, rumah sakit dll).
Dalam Strategi DOTS, pemeriksaan awal TB dilakukan melalui pemeriksaan dahak. Jika terbukti positif mengandubg kuman mycobacterium tuberculosis, pasien diharuskan menjalani pengobatan selama 6 hingga 9 bulan dengan pendampingan dari orang lain yang bertindak sebagai Pengawas Menelan Obat (PMO). PMO ini dapat berasal dari petugas kesehatan, anggota keluarga maupun yang dekat dengan pasien.
Permasalahan dalam pengobatan TB adalah seringkali pasien tidak melanjutkan pengobatan hingga tuntas karena jenuh ataupun karena merasa lebih baik setelah minum obat di 2 bulan pertama. Penyebab lain bisa muncul dari masalah ekonomo hingga hambatan transportasi untuk berobat di Puskesmas. Selain itu, terkait dengan stigma pelayanan di Puskesmas, banyak masyarakat memilih nuntuk berobat di klinik swasta atau Rumah Sakit yang justru belum menerapkan strategi DOTS dalam penanganan TB.
Pengobatan yang terputus ataupun tidak sesuai standar DOTS dapat berakibat pada munculnya kasus kekebalan multi terhadap obat anti TB yang memunculkan jenis kuman yang lebih kuat, yang dikenal dengan TB MDR (Multi Drug Resistance). Pengobatan TB MDR membutuhkan waktu yang lebih lama dan biaya yang lebih mahal dengan keberhasilan pengobatan yang belum pasti.
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut dengan memperkuat kesiapan pelayanan kesehatan dalam menyediakan pelayanan TB yang berkualitas, antara lain dengan meningkatkan kualitas pelayanan di Puskesmas dan menerapkan strategi DOTS di Rumah Sakit maupun dokter praktek swasta sesuai dengan Pedoman Penanggulangn TB di Indonesia.
Mycobacterium Tuberculosis, bakteri penyebab Tuberculosis (TB)yang ditemukan oleh Robert Koch pada 24 Maret 1882 belumlah mati. Hingga hari ini, ancaman TB masih terus diwaspadai, terutama di negara-negara tropis sedang berkembang seperti Indonesia.
Sejauh ini, penanggulangan TB di Indonesia menerapkan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse). Mulai diterapkan tahun 1995, strategi DOTS adalah strategi yang direkomendasikan WHO untuk menanggulangi TB. Di Indonesia, strategi ini dilaksanakan oleh Puskesmas yang memiliki jangkauan relatif paling luas dibandingkan unit pelayanan kesehatan lainnya(klinik swasta, rumah sakit dll).
Dalam Strategi DOTS, pemeriksaan awal TB dilakukan melalui pemeriksaan dahak. Jika terbukti positif mengandubg kuman mycobacterium tuberculosis, pasien diharuskan menjalani pengobatan selama 6 hingga 9 bulan dengan pendampingan dari orang lain yang bertindak sebagai Pengawas Menelan Obat (PMO). PMO ini dapat berasal dari petugas kesehatan, anggota keluarga maupun yang dekat dengan pasien.
Permasalahan dalam pengobatan TB adalah seringkali pasien tidak melanjutkan pengobatan hingga tuntas karena jenuh ataupun karena merasa lebih baik setelah minum obat di 2 bulan pertama. Penyebab lain bisa muncul dari masalah ekonomo hingga hambatan transportasi untuk berobat di Puskesmas. Selain itu, terkait dengan stigma pelayanan di Puskesmas, banyak masyarakat memilih nuntuk berobat di klinik swasta atau Rumah Sakit yang justru belum menerapkan strategi DOTS dalam penanganan TB.
Pengobatan yang terputus ataupun tidak sesuai standar DOTS dapat berakibat pada munculnya kasus kekebalan multi terhadap obat anti TB yang memunculkan jenis kuman yang lebih kuat, yang dikenal dengan TB MDR (Multi Drug Resistance). Pengobatan TB MDR membutuhkan waktu yang lebih lama dan biaya yang lebih mahal dengan keberhasilan pengobatan yang belum pasti.
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut dengan memperkuat kesiapan pelayanan kesehatan dalam menyediakan pelayanan TB yang berkualitas, antara lain dengan meningkatkan kualitas pelayanan di Puskesmas dan menerapkan strategi DOTS di Rumah Sakit maupun dokter praktek swasta sesuai dengan Pedoman Penanggulangn TB di Indonesia.
Langganan:
Postingan (Atom)