PENGISIAN FORMULIR IDENTIFIKASI BAYI BARU LAHIR DI RUMAH
SAKIT MUHAMMADIYAH SRUWENG
Disusun Oleh :
APRILIA MA’FIDAH
NPM. 12.304.009
Pembimbing/ Penguji:
H. Triyo Rachmadi, S.Kep., M.H (Kes)
Politeknik Dharma Patria Kebumen
Program Studi Teknik Elektro Rekam Medis Kesehatan
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Rumah sakit memberikan pelayanan yang berdaya guna dan berhasil guna, maka
dibutuhkan berbagai sumber daya yang harus diatur dengan manajemen yang baik.
Dengan kecanggihan teknologi dan kecepatan dalam informasi serta kompetensi
sumber daya manusianya diharapkan dapat memberikan kepuasan bagi pengguna jasa
Rumah Sakit itu sendiri.
Berkembangnya ilmu kedokteran dengan berbasis bukti, membuat semua prosedur
yang dilakukan oleh seorang dokter maupun tenaga medis yang merawat pasien
harus dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Oleh karena itu dibutuhkan rekam
medis yang akurat, tepat waktu, mudah didapat dan mudah dianalisis.
Rekam medis merupakan salah satu
bagian penting dalam membantupelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di
Rumah Sakit. Hal ini berkaitandengan isi rekam medis yang mencerminkan segala
informasi menyangkut pasiensebagai dasar dalam menentukan tindakan lebih lanjut
dalam upaya pelayananmaupun tindakan medis lain.
Menurut Permenkes No.
269/Menkes/Per/III/2008, rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan
dokumententang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain yangtelah diberikan kepada pasien. Rekam medis merupakan
keterangan baik yang tertulismaupun yang terekam tentang identitas, anamnesis,
penentuan fisik laboratorium,diagnosis, segala pelayanan dan tindakan medis
yang diberikan kepada pasien selama dirawat di Rumah Sakit yang dilakukan pada
unit rawat jalan, termasuk rawat inap dan rawat darurat serta pada bayi baru
lahir.
Pada rekam medis
bayi baru lahir sering kali ditemukan formulir-formulir yang tidak lengkap
seperti pada formulir identifikasi bayi baru lahir. Formulir identifikasi bayi
baru lahir ini berfungsi untuk mengenal bayi melalui catatan yang berupa
keterangan permanen seperti cap kaki bayi dan cap jari tangan ibu serta tanda
tangan dokter dan perawat.
Kelengkapan pengisian berkas rekam medis oleh
tenaga kesehatan akan memudahkan tenaga kesehatan lain dalam memberikan
tindakan atau terapi kepada pasien. Selain itu
juga sebagai sumber data pada bagian rekam medis dalam pengolahan data
yang kemudian akan menjadi informasi yang berguna bagi pihak manajemen yang
menentukan langkah-langkah strategis untuk pengembangan pelayanan kesehatan.
Pengisian data
rekam medis oleh petugas kesehatan di sejumlah Rumah Sakit sangat minim.
Padahal pengisian rekam medis merupakan kegiatan yang sangat penting untuk
memberikan pelayanan baik kepada pasien dan data Rumah Sakit sangat diperlukan
untuk kepentingan Rumah Sakit. Pengisian pada berkas rekam medis terutama pada
formulir-formulir khusus seperti formulir identifikasi bayi baru lahir
hendaknya lengkap, oleh karena itu harus memiliki prosedur untuk keseragaman
pengisian.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan dengan
petugas rekam medis serta petugas kesehatan yang bersangkutan, penulis tertarik
untuk mengambil Judul “PENGISIAN FORMULIR IDENTIFIKASI BAYI BARU LAHIR DI RUMAH
SAKIT MUHAMMADIYAH SRUWENG”.
1.2.
Pokok permasalah
Dalam pembuatan Laporan Semester ini, pokok permasalahan
yang penulis rumuskan adalah “Bagaimana Pengisian Formulir identifikasi bayi
baru lahir di Rumah Sakit Muhammadiyah Sruweng”.
1.3.
Pertanyaan Penulis
a.
Bagaimana pengisian
formulir identifikasi bayi baru lahir?
b.
Apa saja
faktor-faktor yang menghambat dan mendorong kelengkapan pengisian formulir
identifikasi bayi baru lahir?
1.4.
Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.4.1
Tujuan Umum
Tujuan
umum adalah untuk mengetahui pengisian berkas rekam medis bayi baru lahir di
Rumah Sakit Muhammadiyah Sruweng.
1.4.2
Tujuan Khusus
a.
Mengetahui
pengisian formulir identifikasi bayi baru lahir.
b.
Mengidentifikasi
faktor-faktor yang menghambatan dan mendorong kelengkapan pengisian formulir identifikasi
bayi baru lahir.
1.4.3
Manfaat Penulisan
Adapun penulisan laporan ini
bermanfaat bagi :
a.
Penulis
Dapat memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan di bidang
rekam medis khususnya pengisian formulir identifikasi bayi baru lahir.
b.
Instansi Rumah
Sakit
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
meningkatkan kelancaran pelayanan kesehatan di bagian pengisian formulir
identifikasi bayi baru lahir.
c.
Akademik
Dapat digunakan sebagai literatur bagi mahasiswa yang
akan melakukan penelitian.
1.5.
Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
1.5.1.
Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup permasalahan, penulis hanya membahas
mengenai pengisian formulir identifikasi bayi baru lahir di Rumah Sakit
Muhammadiyah Sruweng dan faktor-faktor yang mendukung dan menghambat penelitian
serta upaya dalam pengisian formulir identifikasi bayi baru lahir di Rumah Sakit Muhammadiyah Sruweng..
1.5.2.
Batasan Masalah
Batasan masalah dari penelitian ini adalah pengisian berkas rekam medis bayi
baru lahir di Rumah Sakit Muhammadiyah Sruweng
1.6.
Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan penelitian
ini adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang
dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi
di masyarakat (Notoatmodjo, Soekidjo, 2012).
Jenis ini digunakan untuk mengetahui gambaran umum
pengisian formulir identifikasi bayi baru lahir sampai upaya pemecahan
dalampengisian formulir identifikasi bayi baru lahir di Rumah Sakit
Muhammadiyah Sruweng
Dalam melakukan penelitian untuk mendapatkan data dan
informasi, maka metode yang digunakan dalam proses pengumpulan data sebagai
berikut :
a.
Observasi yaitu teknik
pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan dalam artian bukan hanya
melihat tapi juga merekam, mencatat, menghitung dan mengukur. Sutrisno Hadi
(1986) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks,
suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua
diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
b.
Kajian Pustakayaitu
teknik pengumpulan data dengan cara mengambil teori-teori dari buku-buku ilmiah
serta kajian-kajian pustaka yang bermanfaat dalam penulisan laporan ini dan
memperkaya kajian ilmiah lainnya.
c.
Wawancaraadalah
suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti
mendapatkan keteranngan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran
penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang
tersebut (Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo : 2012)
1.7.
Waktu dan Tempat
Waktu : 1 Desember 2014 – 31 Desember 2014
Pukul 07.00 – 14.00 WIB
Tempat : Rumah Sakit Muhammadiyah Sruweng
Bagian : Rekam Medis
1.8.
Sistematika Penulisan
BAB I
PENDAHULUAN
Bab I Pendahuluan berisi latar
belakang, pokok permasalahan, pertanyaan Penulis, tujuan dan manfaat penulisan,
ruang lingkup, metodologi penelitian, waktu dan tempat, sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN
TEORI
Bab II Landasan teori berisi konsep
rekam medis, formulir rekam medis, tata cara pencatatan data identifikasi
pasien umum, identifikasi bayi baru lahir
BAB III PENGISIAN
FORMULIR IDENTIFIKASI BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH SRUWENG
Bab III Pengisian formulir
identifikasi bayi baru lahir di Rumah Sakit Muhammadiyah Sruweng berisi
gambaran Rumah Sakit Muhammadiyah Sruweng, hasil praktik kerja lapangan yang
berisi gambaran pengisian formulir identifikasi bayi baru lahir di Rumah Sakit
Muhammadiyah Sruweng, kelengkapan pengisian formulir identifikasi bayi baru
lahir di Rumah Sakit Muhammadiyah Sruweng, faktor yang menghambat dan mendorong
pengisian formulir identifikasi bayi baru lahir dan upaya pemecahan masalah
dalam pengisian formulir identifikasi bayi baru lahir di Rumah Sakit
Muhammadiyah Sruweng.
BAB IV PENUTUP
Bab IV Kesimpulan dan saran
berisi tujuan-tujuan dari dibuatnya laporan semester ini, serta menjadi bahan
masukan bagi institusi yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN –
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAB III
PENGISIAN FORMULIR IDENTIFIKASI
BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH SRUWENG
3.1
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH SRUWENG
3.1.1.
Sejarah Rumah Sakit
Muhammadiyah Sruweng
Pada
awal pendirian Rumah Sakit Muhammadiyah Sruweng dimulai dari diwakafkannya
sebidang tanah oleh seorang tokoh Muhammadiyah di daerah Sruweng (Bapak
Chamdani Abdul Rohman). Tanah wakaf tersebut kemudian dijadikan tempat untuk
membangun balai pengobatan atau rumah bersalin yang dananya diambil dari warga
Muhammadiyah dan simpatisannya.
Pada
awal berdirinya Balai Pengobatan / Rumah Bersalin PKU Muhammadiyah Sruweng
mempercayakan kepada Pimpinan Cabang ‘Aisyiah setempat dengan bantuan seorang
bidan dan dua orang lainnya. Pada
tanggal 15 Mei 1985, Balai Pengobatan / Rumah Bersalin ini mendapatkan izin
resmi dari Bupati (berdasarkan SK No. 503 / 530 / 006 / RB / 1993).
Setelah 8 tahun berjalan dan mengalami kemajuan yang pesat pengelolaan
Balai Pengobatan / Rumah Bersalin dikembalikan kepada Pimpinan Cabang
Muhammadiyah Sruweng. Pada tahun 2000 melalui Surat Keputusan Gubernur Jawa
Tengah No. 45 / 1406.09 / 2000 / 1.1
mendapat izin
sememntara Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Kesehatan kepada Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Sruweng dalam bentuk saran kesehatan “Rumah Sakit Umum Pertama”.
Pada tahun 2003 untuk menindak lanjuti izin sementara oleh kepala Dinas
Kesehatan Tingkat II Kabupaten Kebumen turun surat izin Penyelenggaraan Rumah
Sakit sebagai persyaratan persiapan untuk Izin Tetap Rumah Sakit dari Depkes RI
dengan nomor: YM. 02.04.3.5.300. Pada tanggal 12 Mei 2007 telah turun surat
Pemberian Izin Penyelenggaraan Rumah Sakit Tetap untuk jangka waktu 5 tahun
dari tanggal 21 Mei 2007-21 Mei 2012 dengan nomor: YM.02.04.3.5.2816.
Pada tahun 2009-2010 Rumah Sakit Muhammadiyah Sruweng melaksanakan
persiapan Akreditasi 5 pelayanan dan pada tanggal 7-9 Juni 2009 mendapat survey
penilaian Akreditasi 5 pelayanan dari Tim KARS dan dinyatakan lulus Penuh
Tingkat Dasar dengan sertifikat Akreditasi Rumah Sakit Nomor YM.01.10 / III /
4048 / 10 yang berlaku dari tanggal 30 Juli 2010-30 Juli 2013.
Pada tahun 2012 karena Izin Penyelenggaraan Rumah Sakit Tetap dengan No.
503 / 438 / KEP / 2012 yang berlaku dari tanggal 21 Mei 2012 sampai 20 Mei
2017. Pada tahun yang sama (2012) Rumah Sakit Muhammadiyah Sruweng mendapatkan
sertifikat Penetapan Kelas dari Kementrian Kesehatan dengan Type C NO.HK.03.05
/ I / 559 / 12.
3.1.2.
Falsafah, Visi,
Misi, dan Motto Rumah Sakit Muhammadiyah Sruweng
a.
Falsafah
Falsafah Rumah Sakit
Muhammadiyah Sruweng adalah amal usaha persyarikatan Muhammadiyah yang
merupakan manifestasi Iman kepada Allah SWT berupa amal Sholeh dan menjadikan
sebagai saran ibadah, sesuai dengan jiwa (QS. Al Baqarah: 25, Maryam: 96 dan
Asyua’ara: 80.
b.
Visi
Terwujudnya Rumah Sakit
Muhammadiyah Sruweng menjadi Rumah Sakit tipe Utama yang mendukung pelayanan
kesehatan komprehensif sesuai kebutuhan pasien dan menjadi rujukan bagi Rumah
Sakit Muhammadiyah di Indonesia, didasarkan iman kepada Allah SWT.
c.
Misi
1)
Mengembangkan
pelayanan kesehatan yang komprehensif baik fisikal, jiwa maupun spiritual yang
sesuai kebutuhan pasien.
2)
Mensinergikan
antara manusia bersumber daya, organisasi, teknologi dan lingkungannya untuk
mendukung terwujudnya Rumah Sakit yang Barokah.
3)
Menjalin dan
mengembangkan networking.
4)
Menjadikan
organisasi di Rumah Sakit sebagai learning
organization.
d.
Motto
Motto Rumah
Sakit Muhammadiyah Sruweng yaitu “Menjadi Rumah Sakit yang Barokah”.
3.1.3.
Struktur Organisasi
Rumah Sakit Muhammadiyah Sruweng
Struktur
organisasi Rumah Sakit Muhammadiyah Sruweng terdiri dari :
a.
Pimpinan Cabang
Muhammdiyah Sruweng yang merupakan pengurus dari cabang kemuhammadiyahan Rumah
Sakit Muhammadiyah Sruweng
b.
Direktur Rumah
Sakit yang diberikan tanggung jawab untuk mengelola Rumah Sakit Muhammadiyah
Sruweng.
c.
Majelis Pusat
Kesehatan Umum yang bertugas menangani hubungan pelayanan dengan
kemuhammadiyahan dan ikut serta dalam membantu pelaksaan pengelolaan Rumah
Sakit.
d.
SPI, Komite Medis
serta Komite Etik & Hukum yang berada dibawah direktur dimana masing-masing
tugas adalah mengatur tata kelola klinis, mengatur disiplin etika dan perilaku
profesi, serta sebagai perlindungan hukum bagi staf medis maupun pelayanan
kesehatan yang sedang berlangsung.
e.
Wakil direktur
umum dan keuangan, bertugas mengelola pelayanan umum dan keuangan
f.
Wakil direktur
penunjang medis bertugas mengelola aspek-aspek penunjang medis
g.
Wakil direktur
pelayanan medis. (Struktur Organisasi Terlampir).
3.1.4.
Struktur Organisasi
Unit Kerja Rekam Medis Rumah Sakit Muhammadiyah Sruweng
Struktur organisasi unit kerja Rekam Medis di Rumah Sakit
Muhammadiyah Sruweng diawali oleh direktur sebagai penanggung jawab Rumah
Sakit. Dalam melaksanakan tugasnya, direktur dibantu oleh :
a.
Wakil direktur
bagian umum dan keuangan
b.
Wakil direktur
pelayanan medis
c.
Wakil direktur
penunjang medis
d.
Manager penunjang
medis
e.
Asisten manajer
rekam medis
Asisten manager
rekam medis yang mempunyai satuan unit kerja dibawahnya yang terdiri dari :
1) Koordinator administrasi bpjs
2) Staf administrasi bpjs,
3) Staf rekam medis
4) Koordinator pendaftaran
5) Staf pendaftaran pasien. (Struktur Organisasi Terlampir).
3.1.5.
Sumber Daya Manusia
Rumah Sakit Muhammadiyah Sruweng
Sumber daya manusia di Rumah
Sakit Muhammadiyah Sruweng berjumlah 331 orang yang terdiri dari tenaga medis
dan tenaga kesehatan. Jumlah tersebut masih terbagi kedalam delapan jenis
tenaga kerja yaitu : 10 dokter umum, 19 dokter spesialis, 1 dokter gigi, 133
perawat, 3 perawat anastesi, 19 bidan, 34 orang penunjang medis dan 112 tenaga
non medis.
3.1.6.
Fasilitas Pelayanan di Rumah Sakit Muhammadiyah Sruweng
3.1.6.1.Pelayanan Kesehatan Dasar
a.
Instalasi Gawat
Darurat
b.
Poli Umum
c.
ICU (Intensive Care Unit)
d.
Instalasi Bedah Sentral
e.
Bangsal Perawatan
f.
Ambulance
g.
Ruang Bersalin
h.
Peristi
3.1.6.2.Pelayanan Klinis Spesialis
a.
Klinik Kebidanan
dan Kandungan
b.
Poli Kesehatan
Anak
c.
Poliklinik
Penyakit Dalam
d.
Instalasi
Radiologi
e.
Poliklinik THT
f.
Poliklinik Syaraf
g.
Poliklinik Kulit
dan Kelamin
h.
Poliklinik Paru
i.
Patologi Klinik
j.
Poliklinik Gigi
3.1.6.3.Pelayanan Penunjang
a.
Instalasi
Laboratorium
b.
Instalasi
Radiologi dan USG
c.
Instalasi Rekam
Medis
d.
Instalasi Gizi
e.
Instalasi Farmasi
f.
Poliklinik
Fisioterapi
g.
Kamar Jenazah
3.1.6.4.Ruang Rawat Inap
Bagian
rawat inap merupakan bagian perawatan pasien yang memerlukan perawatan
intensif, karena diperlukannya perawatan dan perhatian khusus dalam menangani
kesehatan pasien. Terdiri dari 7 ruangan dengan kapasitas tempat tidur sejumlah
121 buah dan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.1. Daftar Ruang Rawat Inap
No
|
Ruang Rawat
|
Jumlah
Tempat Tidur
|
1.
|
Kelas VIP / VVIP
|
9 TT
|
2.
|
Kelas Utama
|
10 TT
|
3.
|
Kelas I
|
12 TT
|
4.
|
Kelas II
|
14 TT
|
5.
|
Kelas III
|
59 TT
|
6.
|
ICU
|
7 TT
|
7.
|
Peristi / Box Bayi
|
10 TT
|
Jumlah
|
121 TT
|
Sumber : Rumah Sakit Muhammadiyah Sruweng
3.1.7.
Pelayanan Unggul
a.
Pelayanan Terpadu
Islami
b.
Pelayanan Rawat
Inap dan Rawat Jalan BPJS
3.2 Hasil Praktek Kerja Lapangan
Dari hasil observasi
lapangan selama 1 bulan, dan wawancara dengan petugas rekam medis di Rumah
Sakit Muhammadiyah Sruweng yang penulis lakukan, penulis dapat menggambarkan
bagaimana Pengisian Formulir Identifikasi Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit
Muhammadiyah Sruweng, pengisian formulir identifikasi bayi baru lahir dilakukan
oleh petugas kebidanan. Kegiatan pengisian formulir dimulai dari unit kebidanan
jika ada pasien yang melahirkan di Rumah Sakit Muhammadiyah Sruweng. Selama 1
bulan kegiatan praktek kerja lapangan bulan Desember 2014 diperoleh data bayi
yang baru lahir sejumlah 34 data. Selanjutnya kegiatan pengolahan data rekam
medis bayi baru lahir dilakukan oleh petugas rekam medis di Unit Kerja Rekam
Medis.
3.2.1
Gambaran Pengisian Formulir Identifikasi Bayi Baru Lahir
di RS Muhammadiyah Sruweng
Salah satu kegiatan yang berhubungan dengan rekam medis di Rumah Sakit
Muhammadiyah Sruweng yaitu pemberian identifikasi pada pasien. Identifikasi
artinya yaitu pengumpulan data dan pencatatan segala keterangan tentang
bukti-bukti dari seseorang sehingga kita dapat menetapkan dan mempersamakan
keterangan tersebut dengan individu seseorang dengan kata lain bahwa dengan
identifikasi kita dapat mengetahui identitas seseorang dan dengan identifikasi
tersebut kita dapat mengenal seseorang dengan membedakan dari orang lain
(Savitri Citra Budi : 2011). Sedangkan identifikasi yang dimaksud Rumah Sakit
Muhammadiyah Sruweng yaitu cara Rumah
Sakit membedakan data pasien yang terdiri dari nama, alamat lengkap, tanggal
lahir, jenis kelamin dan pekerjaan. Selain identifikasi pada pasien umum Rumah
Sakit Muhammadiyah Sruweng juga memberikan identifikasi khusus pada bayi baru
lahir. Pemberian identifikasi pada bayi baru lahir dicatat dalam
formulir-formulir tertentu sesuai dengan kegunaanya seperti formulir
identifikasi bayi baru lahir.
Formulir identifikasi bayi baru lahir merupakan salah satu formulir penting
untuk mengenal bayi yang baru lahir di Rumah Sakit Muhammadiyah Sruweng.
Pengisian formulir pada bayi baru lahir khususnya formulir identifikasi bayi
baru lahir ini dilakukan langsung setelah selesai pemeriksaan dan pemberian
gelang di ruang persalinan. Formulir identifikasi bayi baru lahir di Rumah
Sakit Muhammadiyah Sruweng terdapat 9 kolom yaitu nama pasien dan ruang, nomor
rekam medis, tanda tangan ibu, Cap ibu jari tangan kanan ibu, Cap kaki kanan
dan kiri bayi, tanda tangan saksi I dan saksi II, serta tanda tangan Dokter /
Bidan Penolong.
Setelah pasien bayi dinyatakan dalam keadaan baik dan diijinkan pulang,
berkas rekam medis bayi tersebut langsung dibawa ke ruang administrasi untuk
proses pencatatan pembiayaan selama pasien bayi dirawat. Kemudian, berkas rekam
medis masuk ke ruang rekam medis guna pengecekan / analisis kelengkapan data
serta pengelolaan berkas rekam medis lebih lanjut.
3.2.2
Kelengkapan Pengisian Formulir Identifikasi Bayi Baru
Lahir di Rumah Sakit Muhammadiyah Sruweng
Kelengkapan pengisian berkas rekam medis oleh tenaga kesehatan akan
memudahkan tenaga kesehatan lain dalam memberikan tindakan atau terapi kepada
pasien. Selain itu juga sebagai sumber
data pada bagian rekam medis dalam pengolahan data yang kemudian akan menjadi
informasi yang berguna bagi pihak manajemen yang menentukan langkah-langkah
strategis untuk pengembangan pelayanan kesehatan.
Berdasarkan penelitian tentang kelengkapan pengisian formulir identifikasi
bayi baru lahir yang dilakukan di unit reka medis Rumah Sakit Muhammadiyah
Sruweng pada tanggal 1 Desember 2014 sampai dengan 31 Desember 2014 dengan
jumlah sampel data 30, diperoleh hasil berikut :
Tabel 3.2. Rekapitulasi
Kelengkapan Formulir Identifikasi Bayi Baru Lahir bulan Desember 2014 di Rumah
Sakit Muhammadiyah Sruweng
No.
|
Keterangan
|
Rekam medis yg
lengkap
|
Prosentase
%
|
Rekam medis yg tidak lengkap
|
Prosentase
%
|
Jumlah Sampel
|
1
|
No. RM
|
29
|
96,67%
|
1
|
3,33%
|
30
|
2
|
Nama bayi
|
29
|
96,67%
|
1
|
3,33%
|
30
|
3
|
Tanda tangan ibu
|
0
|
0%
|
30
|
100%
|
30
|
4
|
Cap ibu jari tangan
kanan ibu
|
0
|
0%
|
30
|
100%
|
30
|
5.
|
Cap kaki kiri
bayi
|
29
|
96,67%
|
1
|
3,33%
|
30
|
6
|
Cap kaki
kanan bayi
|
29
|
96,67%
|
1
|
3,33%
|
30
|
7
|
Saksi I
|
0
|
0%
|
30
|
100%
|
30
|
8
|
Saksi II
|
0
|
0%
|
30
|
100%
|
30
|
9
|
Dokter / Bidan
penolong
|
0
|
0%
|
30
|
100%
|
30
|
11
|
Rata-rata
|
12
|
42,96%
|
18
|
57, 04%
|
30
|
Sumber : Data diolah
Dari tabel diatas terlihat bahwa angka kelengkapan pengisian pada
kolom-kolom formulir identifikasi bayi baru lahir yang menunjukkan prosentase
kelengkapan tinggi yaitu pada kolom nomor rekam medis bayi, nama bayi, cap kaki
kanan dan cap kaki kiri bayi yaitu sebanyak 29 atau 96,67%. Sedangkan prosentase kelengkapan pengisian
pada kolom formulir identifikasi bayi baru lahir yang paling rendah yaitu pada
kolom tanda tangan ibu, cap ibu jari tangan kanan ibu, saksi I, saksi II dan
tanda tangan Dokter / Bidan penolong masih sangat rendah yaitu sebanyak 0 atau
0%.
Secara keseluruhan dari total 30 sampel terlihat bahwa angka rata-rata
ketidaklengkapan formulir identifikasi bayi baru lahir lebih besar dari pada
angka kelengkapannya yaitu mencapai 57,04% atau 18 sampel data, sedangkan angka
kelengkapan pengisian formulir identifikasi bayi baru lahir hanya mencapai
42,96% atau 12 sampel data. Hal ini disebabkan karena petugas pengisian
formulir identifikasi bayi baru lahir adalah seorang bidan / dokter yang tidak
terlalu banyak mengerti tentang pentingnya kelengkapan pengisian formulir
identifikasi bayi baru lahir. Selain itu penyebab ketidaklengkapan pengisian formulir identifikasi bayi baru lahir juga
dikarenakan petugas pengisian formulir yang kurang disiplin serta kurangnya
petugas yaitu bidan / dokter yang bekerja di unit kebidanan. Banyaknya
kolom-kolom dalam formulir identifikasi bayi baru lahir yang tidak lengkap
dapat menyebabkan tertukarnya formulir bayi baru lahir yang satu dengan
formulir bayi baru lahir yang lain serta mempengaruhi kualitas Rumah Sakit.
3.2.3
Faktor – Faktor yang Menghambat dan Mendorong kelengkapan
Pengisian Formulir Identifikasi Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Muhammadiyah
Sruweng
Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat dan mendorong kelengkapan
pengisian formulir identifikasi bayi baru lahir di Rumah Sakit Muhammadiyah
Sruweng, selain melakukan observasi langsung penulis juga melakukan wawancara
dengan responden. Responden yang penulis wawancarai berjumlah 2 orang yaitu 1
kepala bidan yang bertugas di unit kebidanan dan 1 orang petugas rekam medis di
unit rekam medis.
Faktor-faktor yang menghambat kelengkapan pengisian formulir identifikasi
bayi baru lahir di Rumah Sakit Muhammadiyah Sruweng :
a.
Tingkat
kedisiplinan tenaga kesehatan dalam pengisian berkas rekam medis bayi baru
lahir khususnya formulir identifikasi bayi baru lahir. Faktor yang menghambat
kelengkapan pengisian formulir salah satunya adalah ketidakdisiplinan petugas
kesehatan dalam pengisian data dokumen rekam medis pada formulir identifikasi
bayi baru lahir. Ketidakdisipilinan
dalam pengisian formulir disebabkan oleh kurangnya kesadaran dari petugas akan
pentingnya kelengkapan pengisian formulir rekam medis. Dari 30 sampel data yang
diambil, ketidaklengkapan rata-rata mencapai 57,04% atau 18 sampel data.
Sedangkan ketidak lengkapan pada setiap kolom mencapai 0% yang terdapat pada
kolom tanda tngan ibu, cap jari tangan kanan ibu, saksi I dan II, serta dokter
/ penolong. Ketidaklengkapan dalam pengisian formulir bayi baru lahir tersebut
dapat berpengaruh terhadap kualitas pelayanan serta proses akreditasi Rumah
Sakit.
b.
Kurangnya
pengetahuan petugas dalam pengisian formulir-formulir rekam medis bayi baru
lahir. Petugas pengisian formulir identifikasi bayi baru lahir di Rumah Sakit
Muhammadiyah Sruweng bukan petugas rekam medis melainkan seorang bidan. Oleh
karena itu pengetahuan tentang pentingnya kelengkapan pengisian berkas rekam
medis terutama pada formulir identifikasi pasien sangat minim. Selain itu,
bidan yang sedang bertugas tidak saling mengingatkan untuk melengkapi formulir
identifikasi bayi baru lahir yang tidak lengkap. Hal ini menyebabkan formulir
pada bayi baru lahir tidak lengkap.
c.
Terbatasnya sumber
daya manusia dalam pengisian formulir rekam medis bayi baru lahir. Sumber daya
manusia sangat penting dalam mempengaruhi proses kerja dan dengan adanya
petugas yang kompeten dan dengan adanya sumber daya alam yang cukup dan
kompeten, maka hasil yang diperoleh akan lebih baik. Dalam pengisian formulir
identifikasi bayi baru lahir di unit kebidanan tentu hanya ada bidan dan
dokter. Di Rumah Sakit Muhammadiyah Sruweng bidan yang bertugas yaitu berjumlah
19 orang yang dibagi menjadi 3 sift dimana setiap sift berada dalam dua ruangan
yang berbeda yaitu di ruang bersalin dan di ruang kebidanan. Dari pembagian
sift dan ruangan ini, bidan yang bertugas menjadi sangat terbatas. Hal ini
dapat menghambat kelengkapan pengisian formulir rekam medis karena banyaknya
pekerjaan yang tidak seimbang dengan sumber daya manusianya.
d.
Belum adanya
Standar Operasional Prosedur (SOP) pengisian formulir identifikasi bayi baru
lahir. SOP yaitu pedoman tertulis tentang tatacara atau tahapan yag dilakukan
dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu secara
efektif dan efisien (Kars : 2000). Standar Prosedur Operasional penting dibuat
untuk mempermudah petugas mengisi formulir-formulir rekam medis terutama
formulir identifikasi bayi baru lahir. Di Rumah Sakit Muhammadiyah Sruweng belum terdapa SOP untuk pengisian formulir
identifikasi bayi baru lahir. Hal ini menyebabkan arah kerja dalam pengisian
formulir tidak teratur, sehingga mengakibatkan kolom-kolom dalam formulir tidak
lengkap.
Faktor-faktor yang mendorong
kelengkapan pengisian formulir identifikasi bayi baru lahir di Rumah Sakit
Muhammadiyah Sruweng :
a.
Adanya dukungan sistem
pengelolaan rekam medis yang baik dan benar di Rumah Sakit Muhammadiyah
Sruweng. Hal ini akan menciptakan tertib administrasi Rumah Sakit sebagaimana
yang diharapkan yang dapat menunjang tercapainya tertib administrasi dalam
rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
b.
Adanya komunikasi yang
berkesinambungan antara unit satu dengan unit yang lain sehingga tidak
menimbulkan kesalahpahaman data.
c.
Adanya formulir identifikasi
bayi baru lahir dapat mengurangi kemungkinan kesalahan yang terjadi dengan cara
merekam semua data dalam bentuk tulisan. Selain itu dengan adanya formulir
tersebut, dapat memudahkan petugas dalam pengklasifikasian data.
d.
Adanya tenaga bidan / dokter
yang membantu dalam pengisian formulir identifikasi bayi baru lahir di Rumah
Sakit Muhammadiyah Sruweng, menjadikan proses identifikasi bayi baru lahir
menjadi lebih efektif.
3.2.4
Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengisian Formulir
Identifikasi Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Muhammadiyah Sruweng
Upaya yang telah dilakukan oleh pihak Rumah Sakit Muhammadiyah Sruweng
dalam mengatasi ketidaklengkapan pengisian formulir identifikasi bayi baru
lahir.
a.
Ketidakdisiplinan
petugas dalam pengisian formulir identifikasi bayi baru lahir yang tinggi
berpengaruh terhadap kualitas berkas rekam medis bayi baru lahir. Dalam
permasalahan ini Rumah Sakit Muhammadiyah Sruweng belum ada upaya untuk
mengatasi faktor yang menghambat ketidakdisiplinan.
b.
Untuk meminimalisir
kurangnya pengetahuan tentang pengisian formulir rekam medis bayi baru lahir,
terutama formulir identifikasi bayi baru lahir, Rumah Sakit Muhammadiyah
Sruweng belum memberikan upaya untuk mengatasi faktor yang menghambat kelengkapan
formulir.
c.
Menambah sumber
daya manusia di unit kebidanan dan dengan adanya pemberitahuan kepada petugas
di unit kebidanan tentang pengisian formulir-formulir rekam medis bayi baru
lahir secara lengkap terutama pada formulir identifikasi bayi baru lahir.
d.
Dalam mengatasi
berbagai macam faktor yang menghambat kelengkapan formulir identifikasi bayi
baru lahir yaitu faktor tentang belum adanya Standar Operasional Prosedur, dari
pihak Rumah Sakit Muhammadiyah Sruweng belum ada upaya yang dilakukan.
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
1.
Pengisian formulir
identifikasi bayi baru lahir dilakukan oleh seorang bidan yang bertugas di unit
kebidanan. Proses pemberian identifikasi bayi baru lahir dilakukan langsung
setelah bayi lahir dan setelah menerima pemeriksaan serta pemasangan gelang
pengenal. Kemudian berkas rekam medis yang sudah terisi masuk ke ruangan rekam
medis guna pengecekan / analisis kelengkapan berkas rekam medis tersebut.
Proses pengecekan ini dilakukan setelah pasien bayi diijinkan pulang.
2.
Sebagian besar
formulir identifikasi formulir bayi baru lahir di Rumah Sakit Muhammadiyah
Sruweng masih belum lengkap yaitu dengan rata-rata prosentase 57,04% dari 30
sampel. Sedangkan prosentase untuk kelengkapan yang paling rendah pada setiap
kolom yaitu 0% dari 30 sampel yang terdapat pada kolom tanda tangan ibu, cap ibu jari tangan kanan ibu, saksi I,
saksi II dan tanda tangan Dokter / Bidan penolong. Kemudian berkas rekam medis
dibawa langsung ke ruang rekam medis guna pengecekan / analisis data. Hal ini
biasanya dilakukan setelah pasien / pasie bayi pulang.
3.
Faktor-faktor yang
menghambat kelengkapan pengisian formulir identifikasi bayi baru lahir yaitu
tingkat kedisiplinan petugas yang rendah, kurangnya pengetahuan petugas
kebidanan dalam pengisian
formulir identigikasi bayi
baru lahir, terbatasnya sumber daya manusia di unit kebidanan, dan belum adanya
Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk pengisian formulir identifikasi bayi
baru lahir.
4.
Faktor-faktor yang
mendorong kelengkapan pengisian formulir identifikasi bayi baru lahir yaitu
adanya didukung suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, adanya komunikasi yang berkesinambungan antar
unit, adanya formulir identifikasi bayi baru lahir, dan adanya tenaga bidan / dokter yang membantu
dalam proses pengisian formulir.
5.
Upaya pemecahan masalah dalam
pengisian formulir identifikasi bayi baru lahir di Rumah Sakit Muhammadiyah
Sruweng yaitu dengan menambah sumber daya manusia dan pemberitahuan tentang
kelengkapan formulir.
4.2.
Saran
Dari hasil laporan yang dibuat penulis, penulis memberi
saran :
1.
Dibutuhkan
ketanggapan petugas dalam melakukan pengisian formulir bayi baru lahir agar
formulir bayi baru lahir dapat terisi penuh dan tidak terjadi ketidaklengkapan
dalam pengisian formulir bayi baru lahir.
2.
Rumah Sakit Muhammadiyah
Sruweng perlu menambah petugas yang lebih berkompeten serta mengadakan
peningkatan kesadaran dan kedisiplinan petugas yang bertanggung jawab. Ini bisa
dilakukan dengan memberikan pelatihan kepada petugas kesehatan yang belum
mengertitentang pentingnya kelengkapan isi rekam medis.
3.
Rumah Sakit
Muhammadiyah Sruweng perlu membuat Standar Operasional Prosedur (SOP)
identifikasi bayi baru lahir. Karena dengan adanya SOP alur kerja pengisian
formulir identifikasi akan menjadi lebih terstruktur dan dapat meminimalisir
ketidaklengkapan formulir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar