PENATALAKSANAAN TRAUMA KEPALA
Oleh: Triyo Rachmadi,S.Kep.
Umum
Trauma kapititis merupakan kejadian yang sangat sering dijumpai. Lebih dari 50 % penderita trauma adalah penderita trauma kapititis. Bila multi trauma (cedera lebih dari 1 bagian tubuh), maka 50 % penderita adalah masalah trauma kapititis.
A. Anatomi
Kulit kepala
Vaskularisasi kepala sangat baik sehingga bila luka kecil saja akan banyak mengeluarkan darah. Bila luka dalam, maka kontraksi otot akan menyebabkan luka tampak menganga, tetapi pembuluh darah juga akan kontraksi sehingga perdarahan akan berkurang.
Tulang kepala (kranium) :
Terdiri dari kalvaria (atap tengkorak) dan basis kranium (dasar tengkorak)
Patah tulang kalvaria dapat berbentuk garis (lineair) yang bisa non impressi (tidak masuk/menekan kedalam) atau impressi (masuk kedalam). Bila patah terbuka (ada hubungan dengan dunia luar), maka diperlukan operasi segera. Pada fraktur basis kranium, mungkin keluar darah dari hidung atau/dan telinga.
Dalam keadaan ini harus berhati-hati memasang Naso-Gastric tube (NGT-“Maagslang”), karena dapat masuk kerongga tengkorak. Yang juga harus diwaspadai pada fraktus basis adalah perdarahan yang hebat. Bila penderita tidak sadar, maka perdarahan mungkin mengganggu jalan nafas.
Isi tengkorak :
1. Lapisan pelindung otak
Terdiri dari 3 lapisan, yakni dura mater (menempel ketat pada bagian dalam tengkorak), piamater (menempel ketat pada jaringan otak) serta arachnoid antara kedua lapisan tadi.
Perdarahan pada rongga tengkorak, mungkin dapat berupa perdarahan epidural (antara dua meter dengan tengkorak) atau subdural (dibawah dura mater). Perdarahan juga dapat terjadi dalam jaringan otak sendiri (intra-serebral). Rongga tengkorak tidak besar, dan tertutup oleh tengkorak yang keras. Perdarahan yang terjadi didalam rongga tengkorak sebanyak 100 cc, mungkin sudah dapat menimbulkan kematian. Dengan demikian apabila mendapatkan penderita trauma kapitis yang dalam keadaan syok, maka syok tersebut biasanya berasal dari tempat lain (rongga toraks, abdomen, tulang pelvis atau tulang panjang)
2. Otak
Otak terdapat di dalam liquor cerebro-spinalis. Apabila terdapat hubungan langsung antara otak dengan dunia luar (fraktur kranium terbuka, fraktur basis dengan cairan otak keluar dari hidung atau telinga), maka ini merupakan keadaan yang berbahaya karena akan dapat menimbulkan peradangan pada otak
Otak dapat mengalami pembengkakan (edema), baik karena trauma langsung (primer) ataupun setelah trauma (sekunder)
Pembengkakan otak ini dikenal sebagai seribri, dan karena tengkorak merupakan ruangan yang tertutup rapat, maka edema ini akam menimbulkan peninggian tekanan dalan rongga tengkorak (peninggian tekanan intra-kranial)
B. Tekanan Intra-kranial
Tekanan intra-kranial terdapat dalam keadaan konstans. Peninggian tekanan intra-kranial dapat disebabkan misalnya oleh pembengkakan otak (edema serebri) atau karena terdapatnya perdarahan dalam otak (intra-kranial bleeding)
Peninggian tekanan intra-kranial yang cukup tinggi akan dapat menyebabkan turunya batang otak (herniasi batang otak) yang akan berakibat kematian
C. Kerusakan Otak akibat trauma
Kerusakan otak akibat trauma dapat karena :
1. Cidera langsung (primer)
2. Cedera terjadi kemudia (sekunder)
1. Cidera otak primer
Mudah dipahami. Apabila otak menumbuk bagian dalam tengkorak, maka mungkin terjadi perdarahan dalam jaringan (kontusio serebri), robekan jaringan otak (laserasi serebri) ataupun perdarahan karena putusnya pembuluh darah.
2. Cedera otak sekunder dapat disebabkan :
a. Hipovolemia (berkurangnya volume darah).
Pada trauma, maka hopovolemia biasanya disebabkan karena perdarahan kemudian akan menyebabkan terjadinya syok. Hipovolemia ini bila ringan akan dikompensir oleh tubuh, sehingga otak masih tetap mendapatkan darah.
Namun apabila hipovolemia sudah berat, maka darah yang ke otak pun akan berkurang. Hipovolemia yang berat akan menyebabkan perfusi darah ke otak yang sangat berkurang sehingga dapat menyebabkan iskemia otak (jaringan otak kurang mendapatkan darah) bahkan infark otak (kematian jaringan otak)
b. Hipoksia
Kurangnya oksigen dalam darah akan menyebabkan otak menerima oksigen yang kurang. Sama seperti hipovolemia, hipoksia akan menyebabkan iskemia otak, yang berat menjadi infark otak
c. Hiperkarbia dan hipokarbia
Pengaruh kadar C)2 dalam darah sangat penting dan trauma kapitis. Peningkatan CO2 darah akan menyebabkan vaso-dilatasi pembuluh darah otak, yang kemudian menyebabkan edema otak.
Pengurangan kadar CO2 darah (hipokarbia) akan menyebabkan vaso-konstriksi pembuluh darah otak, sehingga mungkin terjadi iskemia jaringan otak, yang mungkin melanjut menjadi infark.
Kadar CO2 dalam darah yang ideal pada trauma kapitis adalah 26-32 mmHg. Ini tidak mungkin di-deteksi tanpa alat khusus, sehingga dalam penanganan penderita dengan trauma kapitisa yang penting adalah jangan sampai penderita ada gangguan ventilasi.
D. Jenis trauma kapitis
1. Fraktur
Fraktur kalvaria (atap tengkorak) apabila tidak terluka (tidak ada hubungan otak dengan dunia luar) tidak memerlukan perhatian segera. Yang lebih penting adalah keadaan intra-kranial-nya. Fraktur basis kranium dapat berbahaya terutama karena perdarahan yang ditimbulkan sehingga menimbulkan ancaman terhadap jalannya pernafasan.
2. Komosio serebri, gegar otak.
Kehilangan Kesadaran sebentar (dibawah 15 menit), tidak berbahaya. Penderita tetap dibawa ke RS, karena kemungkinan cedera yang lain
3. Kontusio serebri
Kehilangan kesadaran lebih lama. dalam kepustakaan saat ini dikenal senagai DAI (Difuus Axonal Injury), yang mempunyai prognosis lebih buruk.
4. Perdarahan intra-kranial
Dapat berupa perdarahan epidural, perdarahan subdural atau perdarahan intra-kranial. Terutama perdarahan epidural dapat berbahaya karena perdarahan berlanjut akan menyebabnkan tekanan intra-kranial yang semakin berat.
E. Penilaian trauma kapitis
1. Penurunan kesadaran
Penurunan kesadaran merupakan tanda utama trauma kapitis. Saat ini penurunan kesadaran dinilai memakai Glasglow Coma Scale (GCS) merupakan keharusan untuk dikuasai oleh setiap para medik GCS memakai 3 komponen, yakni : Eye (mata), Verbal (kemampuan bicara) dan Motorik.
Eye (Mata)
4. | Membuka mata spontan |
3. | Membuka mata bila diajak bicara |
2. | Membuka mata bila dirangsang dengan nyeri (cubit dan sebagainya) |
1. | Tidak ada respon |
Verbal
5. | Berbicara norma |
4. | Berbicara mengacau |
3. | Berbicara tidak jelas, kata-kata (verb) masih jelas |
2. | Hanya suara yang keluar |
1. | Tidak ada respon |
Motorik
6. | Bergerak mengikuti perintah |
5. | Bergerak terhadap nyeri, dan dapat melokalisir nyeri |
4. | Bergerak menjauh terhadap rangsangan nyeri |
3. | Terhadap rangsangan ber-reaksi dengan gerak fleksi |
2. | Terhadap rangsangan ber-reaksi dengan gerak ekstensi |
1. | Tidak ada respon |
Keadaan koma apabila diterjemahkan ke CGS adalah :
Tidak membuka mata à Eye=1
Tidak dapat berkata-kata à Verbal =2 atau 1
Tidak dapat mengikuti perintah à motorik=5
Maka koma adalah GCS 7 atau kurang
2. Tanda lateralisasi
Tanda lateralisasi disebabkan karena adanya suatu proses pada satu sisi otak seperti misalnya perdarahan intra-kranial.
a. Pupil
Kedua pupil mata harus selalu diperiksa. Biasanya sama lebar (3 mm) dan reaksi sama cepat. Apabila salah satu lebih lebar (lebih dari 1 mm), maka keadaan ini disebut sebagai anisokoria.
b. Motorik
Dilakukan perangsangan pada kedua lengan dan tungkai. Apabila salah satu lengan atau/dan tungkai kurang atau sama sekali tidak bereaksi, maka disebut sebagai adanya tanda lateralisasi.
3. Tanda-tanda peninggian tekanan intra-kranial
a. Pusing dan muntah
b. Tekanan darah sistolik meninggi
c. Nadi melambat (bradikardia)
Tanda-tanda peninggian tekanan intra-kranial tidak mudah untuk dikenali, namun apabila ditemukan maka harus sangat waspada
F. Pengelolaan cedera kepala
1. Pada setiap cedera kepala harus selalu diwaspadai adanya fraktur servikal !!
2. Airway dan Breathing.
Gangguan airway dan breathing sangat berbahaya pada trauma kapitis karena akan dapat menimbulkan hipoksia atau hiperkarbia yang akan menyebabkan kerusakan otak sekunder ,
3. Circulation
Gangguan circulation (syok) akan menyebabkan gangguan perfusi darah ke otak yang akan menyebabkan kerusakan otak sekunder. Dengan demikian syok dengan trauma kapitis harus dilakukan penanganan dengan agresif.
4. Disability
Selalu dilakukan penilaian GCS, pupil dan tanda lateralisasi yang lain. Penurunan kesadaran dalam bentuk penurunan GCS lebih dari 1 (2 atau lebih) menandakan bedah syaraf dengan cepat.
Ingat : selalu upayakan untuk mencegah kerusakan otak sekunder.
| Tugas Individu. Ambil kasus cedera kepala, pada anda tempat praktek, baik di Rumah Sakit maupun di Puskesmas, dengan format yang telah disediakan, dan untuk disajikan pada pertemuan berikutnya. |
Format pengambilan kasus di tempat praktek.
No | Tanggal | Jenis kasus | Tindakan | Pengobatan |
|
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar