Halaman

Jumat, 09 September 2011

PENATALAKSANAAN LUKA DAN PATAH TULANG







Oleh: Triyo Rachmadi,S.Kep.





Sebelum mempelajari kedua topik diatas sebaiknya kita harus mengetahui dan menguasai hal hal dibawah ini, yaitu :
¨ Luka adalah : rusak atau hilangnya sebagian dari kulit
¨ Fraktur adalah : terputusnya kesinambungan sebagian atau seluruh tulang atau tulang rawan

TRAUMA PADA EKSTREMITAS
Kita tidak boleh mengesampingkan atau melupakan luka ektremitas pada saat anda mencurahkan perahtian kepada pasien dimana ada tanda-tanda yang mengancam jiwa. Walaupun demikian ingat untuk selalu melakukan :
1. Survei primer dulu (ABC)
Bila ada cidera ektremitas yang mengganggu ABC (misalnya syok pernah luka yang berdarah aktif ), harus dilakukan penanganan dalam bentuk kontrol perdarahan terlebih dahulu
2. Survey sekunder baru disini diperhatikan kerusakan pada ektremitas.

Hal hal yang harus dipikirkan :
1. Memprioritaskan trauma ekstremitas dan luka apabila mengancam ABC
2. Dapat mengenal komplikasi yang berat dan pengobatan dari luka ektremitas dibawah ini :
> Fraktur
> Dislokasi
> Amputasi
> Luka terbuka
> Luka neurovaskuler
> Keseleo
> Impaled objects
> Sindrom kompartemen
3. Mengetahui jumlah darah yang hilang dari pelvis dan fraktur ekstremitas
Syok hemoragik adalah bahaya yang potensial dari cidera otot dan tulang hanya pada laserasi yang langsung dari arteri atau fraktur dari pelvis atau femur yang sering disertai dengan perdarahan yang cukup untuk menimbulkan syok. Luka pada syaraf atau pembuluh-pembuluh darah yang menyediakan darah bagi tangan dan kaki adalah merupakan komplikasi yang sering terjadi. Kerap kali luka menyebabkan kehilangan fungsi yang ditemukan pada kerusakan neurovaskuler. Oleh sebab itu evaluasi mengenai sirkulasi dan neurologis distal adalah sangat penting :
Jangan Lupa !!
¨ Pada survey primer, fraktur tulang panjang dan pelvis dapat menyebabkan syok
¨ Pada survey sekunder selalu periksa neuro-vaskuler distal




Fraktur/Patah tulang
Fraktur bisa terjadi dengan patahnya tulang dimana tulang tetap berada didalam (fraktur tertutup) atau diluar dari kulit (fraktur terbuka) fraktur ujung tulang yang sangat tajam dapat menyebabkan bahaya untuk jaringan lunak (biasanya otot sedikit banyak akan ikut rusak) yang mengelilingi tulang tersebut.

Syaraf dan pembuluh darah yang berjalan dekat tulang dapat ikut terluka. Fraktur tertutup sama bahayanya dengan fraktur terbuka karena luka dari jaringan lunak menyebabkan perdarahan yang banyak, sangat penting untuk mengenal adanya luka didekat patahan tulang, karena bisa menjadi pintu masuk dari kontaminasi dengan kuman.

Fraktur tertutup femur dapat menyebabkan darah lebih dari satu liter, apalagi bila kenan kedua femur, ini dapat menyebakan perdarahan yang dapat mengancam jiwa. Fraktur pelvis dapat menyebabkan perdarahan yang dapat masuk ke abdomen dan daerah retroperitonial. Pada pelvis dapat terjadi beberapa fragmen, fraktur pada beberapa tempat dan setiap fraktur dapat menyebabkan kehilangan darah sebanyak 500 cc. Fraktur pelvis dapat pula menyebabkan robekan pada kandung kemih atau pembuluh darah pelvis yang besar. Keduanya dapat menyebabkan perdarahan yang fatal kedalam abdomen. Perlu diingat, fraktur yang multipe dapat mengancam jiwa walaupun tidak terlihat darah yang keluar.

Dislokasi.
Dislokasi menimbulkan rasa nyeri yang sangat
Dislokasi kadang-kadang mudah dikenali, karena adanya perubahan dari anatomi yang normal. Walaupun dislokasi sendi ini umumnya tidak mengancam jiwa, tapi memerlukan tindakan emergency karena apabila tidak dilakukan tindakan secepatnya, akan menyebabkan gangguan pada bagian distal sehingga mungkin akan terpaksa dilakukan amputasi. Sangat sukar untuk mengetahui apakah fraktur disertai dengan dislokasi atau tidak. Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui denyut nadi, gerakan dan adanya gangguan persyarafan distal dari dislokasi. Biasanya kita membiasakan dislokasi tetap seperti pada saat kita menemukannya. Ada beberapa pengecualian pada kasus ini. Bahwa seseorang dapat dengan perlahan-lahan melakukan traksi pada setiap dislokasi dari ektremitas dalam usaha untuk memperbaikinya. Dengan cara sederhana, kita bisa menggunakan traksi untuk menguatkan dengan mempergunakan beban dari 5 kg. Kebanyakan, tindakan yang baik untuk pasien adalah menyangga dan meluruskan ektremitas ke posisi yang lebih menyenangkan untuk pasien dan membawanya ke tempat dimana terdapat fasilitas ortopedi yang baik.

Amputasi
Kadang kadang mengancam jiwa, juga sangat potensial menyebabkan perdarahan yang masif, tetapi kadang kadang perdarahan itu sendiri akan terkontrol dengan adanya tekanan dari alat penekan. Alat penekan ini ditutup dengan kasa steril dan pembungkus elastis dan dilakukan dengan penekanan yang baik. Jika perdarahan sama sekali tidak bisa dikontrol dengan tekanan, bisa dipergunakan torniket. Pada umumnya torniket tidak digunakan bila masih dapat dilakukan penekanan.
Anda harus berusaha mendapatkan bagian yang teramputasi karena kadang kadang masih dapat ditanam kembali (reimplantasi) implantasi kembali dilakukan hanya dalam keadaan-keadaan khusus, karena itu jangan beritahu pasien bahwa implantasi akan dilakukan. Bagian-bagian dari jaringan yang teramputasi dan kecil dapat diletakkan dikantung plastik secara kering, bila ada es, letakkan kantung plastik tersebut ditempat yang berisi es dan air. Jangan pergunakan es saja atau es krim, pendinginan akan meningkatkan viadibilitas sampai empat jam atau lebih, sangat penting untuk membawa bagian bagian dari amputasi tersebut walaupun implantasi kembali tidak mungkin dilakukan.

Luka
Bila akan segera dibawa, luka penderita cukup ditutup dengan kaca steril.
Bersihkan luka tersebut dengan alat-alat steril dan tutup dengan baik. Kontaminasi, seperti daun atau kotoran harus dibersihkan dari luka tersebut. Sekecil apapun bahan yang dapat menyebabkan kontaminasi harus diirigasi dari luka dengan larutan salin seperti anda membersihkan mata dari kontaminasi kimia. Perdarahan dapat dihentikan dengan tekanan. Torniket hanya dilakukan untuk menghentikan peradarahan apabila akan dilakukan amputasi. Jika perlu, penekanan pada arteri proksimal yang besar dari luka dapat dilakukan.

Luka Neurovaskuler
Syaraf dan pembuluh darah saling berdekatan satu sama lain terutama didaerah fleksor dari persedian, sehingga keduanya dapat sama-sama terluka dan menyebabkan gangguan sirkulai, sensibilitas, dan menyebabkan hematoma. Tulang yang patah dapat menyebabkan kekacauan struktur sehingga mengakibatkan malfungsi. Denyut nadi, gerakan, dan sensibilitas harus selalu dimonitor sebelum atau sesudah melakukan manipulasi ekstremitas, pemasangan spalk atau traksi.

Terkilir.
Cedera ini kadang-kadang sukar dibedakan dari fraktur. Lakukan hal yang sama sebagaimana anda mengobati fraktur.

Impaled Objects (benda tertancap)
Jangan menggerakkan impaled objects. Pergunakan cara “padding” untuk memegang objeknya, dan pindahkan pasien dengan menggunakan alat.

Sindrom Kompartemen
Ekstermitas kita terdiri dari otot-otot yang dibungkus oleh membran kuat yang tidak lentur. Trauma (fraktur terbuka atau tertutup, atau kompresi) pada area ini dapat menyebabkan perdarahan atau hematoma dalam daerah yang tertutup sehingga menyebabkan penekanan pada saraf dan pembuluh darah. Hal ini menyebabkan kegagalan sirkulasi, termasuk juga saraf. Biasanya luka ini berlanjut dalam beberapa jam. Gejala yang didapat adalah nyeri, edema, denyut nadi hilang, parstesi, dan kelumpuhan. Sama seperti syok, anda harus memikirkan diagnosis ini sebelum timbulnya gejala lebih lanjut.

RIWAYAT TRAUMA DAN PENATALAKSANAAN
Riwayat Trauma
Adalah sangat penting untuk mengetahui riwayat trauma ekstremitas, karena penampilan luka terkadang tidak sesuai dengan parahnya cedera. Jika ada saksi, seseorang dapat menceritakan kejadiannya sementara anda melakukan penelitian seluruh badan pasien.
Jika keadaan penderita parah, jangan melanjutkan detil dari riwayat trauma sampai anda dapat membereskan jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi.
Contoh : penderita terluka parah, untuk sementara cukup riwayat seperti ini : “pengemudi mobil sedan, tanpa sabuk pengaman menabrak pohon secara frontal dan terlempar ke kaca depan”’ lalu lakukan survei primer serta resusitasi. Pada pasien yang gelisah, anda harus berusaha mendapatkan riwayat trauma pada saat anda melakukan survei sekunder. Karena riwayat trauma ini menjadi sangat penting pada trauma ekstremitas, karena beberapa mekanisme yang menyebabkan luka ekstremitas tidak terlihat pada saat pemeriksaan awal.
Trauma pada tungkai (akibat jatuh dari ketinggian) sering disertai dengan trauma pada lumbal.
Trauma pada lutut pada saat pasien jatuh dengan posisi duduk dapat disertai dengan trauma panggul.
Jatuh pada lengan sering menyebabkan trauma pada siku. Sehingga, lengan dan siku harus dievaluasi bersamaan. Hal yang sama pada lutut dan proksimal fibula pada tungkai bawah.
Trauma apapun yang mngenai bahu harus diperhatikan secara seksama kareana dapat melibatkan leher, dada atau bahu. Fraktur pada pelvis juga sering mengakibatkan kehilangan arah yang sangat banyak. Apabila ada fraktur pelvis, maka kemungkinan syok harus segera diduga dan dicegah.
Penatalaksanaan
Dalam survei primer, anda harus sangat berhati-hati pada fraktu rpelvis dan tilang besar dan anda harus mengontrol perdarahan.
Pada survey sekunder yang dilakukan adalah :
1. Look : lihat, inspeksi. Penting : ada luka ?
2. Feel : raba, palpasi. Penting : bagaimana NVD ?
3. Move : gerakkan. Jangan lakukan bila jelas fraktur.
4. Ukur : adakah perbedaan panjang ekstermitas.

Periksa semua persendian dari sakit dan pergerakan. Ukur dan catat denyut nadi, pergerakan dan sensibilitas ekstremitas distal. Denyut nadi dapat ditandai dengan balpoin untuk menentukan di daerah mana denyut nadi yang paling terasa. Krepitasi adalah tanda dari fraktur dan bila diketahui ada krepitasi, tulang harus diimobilisasi untuk melindungi jaringan lunak. Untuk memeriksa krepitasi ini harus dilakukan secara perlahan-lahan, terutama krepitasi pada pelvis. Krepitasi yaitu ujung tulang yang patah saling bersinggungan satus ama lain dan menyebabkan kerusakan jaringan lebih lanjut.

Penanganan Umum Trauma Ekstremitas
Penanganan yang benar dari fraktur dan dislokasi akan menurunkan nyeri dan komplikasi yang serius. Tindakan per-rumah sakit, adalah imobilisasi yang benar dari lokasi trauma dengan menggunakan penyangga Slinting / spalk( dibahas lebih lanjut pada bahasan lain)

Lutut.
Fraktur atau dislokasi di daerah ini sangat esrius, karena arteri berada di bawah dan di atas dari persendian lutut dan bisa terjadi laserasi apabila persendian tersebut tidak dalam keadaan normal.
Tidak ada cara untuk mengetahui apakah ada fraktur atau tidak dalam keadaan posisi yang abnormal tersebut. Pada keadaan ini diagnostik harus berdasarkan pemeriksaan NVD.


Tibia dan Fibula.
Patah tungkai bawah sering membuat luka dan sering mengakibatkan perdarahan baik eksternal dan internal. Perdarahan internal daerah ini akan dapat menyebabkan terjadinya Compartement Syndrome.
Fraktur tibia dan fibula bagian bawah dapat dilakukan fiksasi dengan mempergunakan : Rigid Splint, Air Splint atau bantal.

Klavikula.
Ini adalah kejadian yang esring terjadi pada fraktur tulang tetapi tidak banyak menyebabkan problem.
Imobilisasi terbaik dapat dilakukan dengan mempergunakan Sling. Juga jarang terjadi kerusakan pada vena subklavia atau arteri dan saraf tangan.

Bahu.
Kebanyakan dari kerusakan bahu tidak mengancam jiwa tetapi dapat disertai kerusakan yang parah dari dada dan leher. Juga dapat disertai dengan dislokasi dari persendian bahu. Dislokasi bahu menyebabkan rasa yang sangat nyeri karena itu sering digunakan bantal antara lengan dan badan untuk mempertahankan tangan atas dalam posisi yang menyenangkan pasien. Selain itu dapat juga terjadi patah tulang humerus bagian atas yang dapat menyebabkan kerusakan dari N. Radialis, gejala yang timbul yaitu ketidakmampuan pasien untuk mengangkat tangan (Wrist Drop).

Siku.
Kadang-kadang sulit mengenal adanya fraktur atau dislokasi pada siku padahal keduanya sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah dan saraf (yang berjalan sepanjang permukaan fleksor dari siku).
Kerusakan pada siku harus difiksasi dalam posisi yang menyenangkan bagi penderita dan bagian distalnya harus dievaluasi secara benar. Jangan mencoba untuk meluruskan atau melakukan traksi pada kerusakan siku.


Tangan dan Pergelangan Tangan.
Fraktur yang terjadi biasanya akibat jatuh atau penarikan yang terlalu kuat. Biasanya untuk imobilisasi dilakukan dengan mempergunakan rigid splint, atau splint udara.

Kaki dan Tangan
Kecelakaan kerja (industri) dapat mengakibatkan fraktur multipel biasanya terbuka dan avulsi. Trauma ini sering tampak berat tapi jarang mengakibatkan perdarahan yang mengancan jiwa. Untuk mempertahankan kaki dan tangan dalam posisi normal sering digunakan bantal.
Metode alternatif untuk membalut tangan yaitu dengan membalut tangan dengan bola yang digenggam pasien, dengan balutan yang tebal.

Beberapa hal yang penting dalam menangani fraktur dan dislokasi :
1. Kita harus mengetahui mekanisme fraktur sehingga kita dapat mencari akibat dan komplikasinya.
2. Selalu mulai dengan survei primer
3. Lihat dan periksa tangan yang luka.
4. Waspada terhadap patah tulang panjang dan segera terapi syok.
5. Amati dan catat pulsasi pembuluh darah dan sensai (NVD) sebelum dan sesudah manipulasi dan pemasangan splinting.
6. Luruskan persendian dengan hati-hati dan seluruh splint harus terpasang dengan baik.
7. Jika kita mencurigai fraktur lakukan imobilisasi sendi di bawahnya atau diatasnya dari fraktur.
8. Splint pasien pada waktu yang tepat misalnya pada tulang-tulang panjang splint setelah survey primer tetapi pada ekstremitas setelah masa krisis lewat.
9. Apabila ada keragu-raguan mengenai tulang belakang selalu lakukan splinting pada long spineboard.
10. Ingat : jangan sia-siakan Golden Hour, maka kita harus cepat tapi berhati-hati.



LUKA TERMAL/ BAKAR

A. Umum
Kulit manusia banyak fungsinya, antara lain menghindari terjadinya kehilangan cairan. Apabila terjadi luka termal, maka kulit akan mengalamai denaturasi protein, sehingga kehilangan fungsinya. Semakin banyak kulit yang hilang, semakin berat kehilangan cairan. Saat ini luka termal (termal) masih merupakan masalah yang cukup besar, dan pertolongan pertama yang baik akan sangat membantu prognosis penderita

B. Anatomi dan Patofisiologi
Kulit terdiri atas :
- Epidermis
- Dermis

Epidermis :
Lapisan paling luar. Apabila terluka akan timbul luka serut (excoriatio). Bila terkena suhu panas atau ringan maka akan timbul kemerahan pada kulit yang kemudian akan mengelupas. Mini merupakan luka ternal yang paling ringan (derajat I) dan biasanya tidak diperhitungkan

Dermis :
Lapisan yang sangat kuat, bila terkena luka termal, maka menurut dalamnya luka akan berbagi menjadi :
Hanya terkena sebagian dermis (partial thieckness)
Pada keadaan ini, maka endermis yang diatasnya akan terlepas dari dermis, sehingga timbul gelembung-gelembung (disebut vesicula bila kecil, builla bila besar) yang berisi cairan plasma. Sudah tentu endermis yang menjadi gelembung ini sudah tidak sehat, sehingga invasi kuman kedalam gelembung tetap dapat terjadi.
Ujung-syaraf terdapat pada lapisan dermis, dan menjadi terbuka, dengan akibat bahwa luka termal seperti ini sangtat nyeri. Karena masih ada sisa epitel, maka luka termal yang hanya sebagian dermis terkena, akan sembuh dengan sempurna.

Terkena seluruh dermis (full thickness)
Tidak akan timbul gelembung. Kulit menjadi perkamen, hijau keabu-abuan. Tampak vena-vena kecil dibawahnya yang mengalami trombosis. Luka termal full thickness tidak akan terlalu nyeri, karena seluruh ujung syaraf sudah rusak. Luka termal sedalam ini sudah tidak akan sembuh sempurna, melainkan akan sembuh dengan pembentukan jaringan granulasi (jaringan kemerahan yang mudah berdarah bila tersinggung jaringan gramulasi ini kemudian akan sembuh dengan pembentukan jaringan kulit, dan penampilannya buruk. Bila hendak sembuh lebih baik, luka termal sedalam ini memerlukan tandur kulit (skin graft) dikemudian hari.

C. Penyebab Luka Termal
Luka termal dapat disebabkan :
- Suhu (panas/dingin
- Bahan kimia
- Listrik
Semakin luas luka termal, semakin buruk prognosis. Luka termal lebih dari 90 % luas badan hampir selalu akan meninggal

D. Luas Luka Termal
Luas luka termal harus dapat diketahui, karena akan masuk dalam laporan medik, menduga luas luka termal dapat dihitung dengan “rule of 9” (rumus9), yaitu ada 11 daerah masing-masing 9%, dengan perineum 1% (total 9%) Ke.11 daerah ini adalah :
1. Kepala
2. Dada
3. Punggung
4. Perut
5. Pinggang
6. Lengan kiri
7. Lengan kanan
8. dan 9 : Tungkai kiri
10. dan 11 : Tungkai kanan

Untuk anak-anak rumus ini tidak dapat dipakai karena kepala yang relatif besar, dan ekstremitas yang relatif kecil, sehingga harus melihat tabel (misalnya tabel Lund & Browder). Untuk mudahnya dapat dipakai patokan sebagai berikut : Telapak tangan (tanpa jari) = 1 %

E. luka Bakar
Biasanya luka bakar karena air panas lebih dangkal dibandingkan api. Ini akan merupakan rumus, karena uap yang berasal daris emburan mesin, dapat sangat panas, sehingga menyebabkan luka bakar yang dalam
Penanganan luka bakar.
1. Pada saat penderita ditemukan, biasanya api sudah mati. Apabila penderita masih dalam keadaan terbakar dapat ditempuh dengan cara :
· Menyiram dengan air dalam jumlah banyak. Apabila api disebabkan karena bensin dan minyak, maka menyiram dengan air dalam jumlah sedikit, hanya akan memperbesar api
· Menggulingkan penderita, kalau bisa dlaam selimut basah (jangan sampai turut terbakar)
2. Hentikan proses luka bakar
Luka bakar akan mengalami pendalam, walaupun api sudah mati. Untuk mengurangi proses pendalaman ini, luka dapat disiram dengan air bersih untuk pendinginannya. Harus segera ditambahkan bahwa proses pendalam ini hanya akan berlangsung selama 15 menit, sehingga apabila paramedik tiba setelah 15 menit, usaha ini akan sia-sia.
3. Airway
Pada permulaan airway biasanya tidak terganggu. Dalam keadaan ekstrim bisa saja airway terganggu, misalnya karena lama berada dalam ruangan tertutup yang terbakar sehingga terjadi pengaruh panas yang lama terhadap jalan nafas. Menghisap gas atau partikel karbon yang terbakar dalam jumlah banyak juga mengganggu airway. Pada permulaan penyumbatan airway tidak total, sehingga akan timbul suara stridor/erowing. Bila menimbulkan sesat berat (apalagi dapat memonitor saturasi 02 dan kurang dari 95%) maka ini merupakan indikasi mutlak untuk segera intubasi. Apabila obstruksi parsial ini dibiarkan, maka pasti akan menjadi total dengan akibat kematian penderita
4. Breathing.
Gangguan breathing yang timbul cepat dapat disebabkan karena :
Inhalasi partikel-partikel panas yang menyebabkan proses peradangan dan edema pada saluran jalan nafas yang paling kecil. Mengatasi sesak yang terjadi adalah dengan penanganan yang agresif
Keracunan CO (Karbon mono-oksida)
Asap dari apai mengandung CO/ apabila penderita berada dalam ruangan tertutup yang terbakar, maka kemungkinan keracunan CO cukup besar. Diagnostiknya sulit (apalagi di Pra-RS). Kulit yang berwarna merah terang biasanya belum terlihat . pulse oksimeter akan menunjukkan tingkat Sat. 02 yang cukup walaupun; penderita dalam keadaan sesak
Bila diduga kemungkinan keracunan CO, maka diberikan 02 100% (dengan non-rebreathing mask, ataupun bila perlu ventilasi tambahan dengan BVM yang ada reservoir O2)
5. Cireulation
Kulit yang terbuka akan menyebabkan penguapan air berlebihan tubuh, dengan akibatnya terjadi dehidrasi. Walaupun dehidrasi akan terjadi agak lambat, namun pemasangan infus pada luka bakar diatas 15 % merupakan indikasi. Jumlah cairan yang akan diberikan adalah rumus Baxter :
= 4 cc/KgBB/% luka bakar/24 jam
= Separuh diberikan dalam 8 jam pertama, separuhnya lagi dalam 16 jam berikut
contoh : Penderita 50 kg, luas luka bakar 20 %, penderita akan mendapat 50 x 20 x 4 cc/24 jam = 4000 cc/24 jam,separuhnya = 2000 cc (4 kolf) dalam 8 jam pertama
catatan : 2000 cc x 20 (tetes infus set) = ± tetes / menit, 4 (jam) x 60 (menit), sebenarnya rumus diatas tidak tepat karena banyak faktor tidak diperhitungkan dalam rumus ini. Luka bakar yang lebih dalam misalnya akan mengakibatkan kehilangan cairan yang lebih banyak.

Dengan demikian , maka rumus diatas hanya merupakan patokan awal, dan menilai cukupnya cairan yang diberikan lebih tepat dengan menilai produksi urin setiap jam (30-50 cc tiap jam pada orang dewasa)
Bila masa pra RS hanya singkat, maka tidak perlu pemasangan kateter uretra (pemasangan DC, Dauer cather). Namun dalam keadaan khusus dimana masa Pra-RS lama (transportasi yang sangat lama), maka perlu pemasangan DC sehingga dilakukan monitoring produksi urin.
6. Survei Sekunder
a. Anamnesis
Penting untuk menanyakan dengan teliti hal sekitar kejadian. Tidak jarang terjadi bahwa disamping luka bakar akan ditemukan pula perlukaan lain yang disebabkan usaha melarikan diri dari apai dalam keadaan panik dan sebagainya
b. Pemeriksaan ujung rambut-ujung kaki
Pemeriksaan teliti dilakukan apabila ada waktu. Apabila ditemukan kelainan maka diberikan pertolongan sesuai
c. Luka bakarnya sendiri
Tidak perlu dilakukan apa-apa, selain menutup dengan kain bersih, menyemprot dengan air dingin hanya dilakukan bila tiba sebelum 15 menit setelah kejadian.
Catatan : di negara klimat dingin tidak boleh menyiram dengan air dingin karena penderita akan hipotermia.
Jangan memecahkan bola atau veskula

F. Luka Listrik
Luka listrik cukup sering ditemukan. Yang harus diperhatikan adalah :
1. Yang menyebabkan kematian adalah :kuat arus ampera dan bukan voltase
2. Apabila datang dan penderita masih dalam keadaan terkena arus listrik :
a. Matikan listrik dari sumbernya
b. Apabila tidak mungkin, maka coba lepaskan penderita dengan perantaraan kayu kering, baju kering dan sebagainya (bahan non konduksi listrik)
Apabila listrik sudah mati, tetapi kita ingin meyakinkan, maka selalu meraba dengan punggung tangan, jangan dengan telapak tangan (apabila masih ada arus listrik, tangan akan selalu fleksi)
3. Bahaya gangguan irama jantung selalu ada, betapapun arus listrik, karena itu selalu pasang EKG. Bila ada kelainan, berikan terapi yang sesuai
Catatan : Terapi obat pada gangguan jantung hanya oleh paramedik III
4. Bila penderita sudah meninggal, selalu lakukan RJP (kecuali bila ada tanda kematian pasti) dan lakukan di RS
5. Masalah luka atau arus listriknya : dianggap sebagai luka bakar
Patut ditambahkan bahwa luka karena arus listrik akan masuk ke kulit (yang daya hantar rendah sehingga luka kecil saja), lalu ke subkutan dengan daya hantar lebih besar sehingga sehing pada subkutan luka lebih besar, lalu liwat otot yang daya hantar sangat besar sehingga luka sangat besar, lalu keluar lagi ke kulit. Dengan demikian mungkin luka listrik masuk dan keluar hanya kecil, sedangkan luka didalam luas.

G. Luka Kimia
1. Zat yang bersifat basa lebih berbahaya dibandingkan zat bersifat asam semakin asam/basa, semakin berbahaya pula
2. Apabila menemukan penderita masih dalam keadaan terkena zat kimia :
a. Selalu proteksi diri
b. Apabila zat kimia bersifat cair, langsung semprotkan dengan air mengalir. Untuk zat bersifat asam 30 menit, apabila basa lebih lama lagi. Lebih baik agak lama di TKP dengan usaha membersihkan zat kimia daripada langsung membawa RS
c. Apabila zat kimia bersifat bubuk, sapu dulu sampai zat kimia tipis, baru siram
d. Luka karena zat kimia diperlakukan sebagai luka bakar

Tugas Individu.
Ambil kasus luka dan patah tulang, pada anda tempat praktek, baik di Rumah Sakit maupun di Puskesmas, dengan format yang telah disediakan, dan untuk disajikan pada pertemuan berikutnya.
Format pengambilan kasus di tempat praktek.
No
Tanggal
Jenis kasus
Tindakan
Pengobatan


















Tidak ada komentar: